MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Dua puluh tiga calon doktor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat berangkat ke Malaysia dan Thailand dalam misi akademik selama enam hari. Mereka bukan sekadar jalan-jalan—setiap peserta berpeluang meraih 5 Satuan Kredit Semester gratis jika berhasil mempresentasikan penelitiannya di forum internasional.
Program Student Mobility yang berlangsung 24-29 September ini memberikan rekognisi akademik setara satu mata kuliah inti bagi mahasiswa Program Studi Doktor Studi Islam. Direktur Pascasarjana UM Sumbar Mahyudin Ritonga menyebut ini bukan sekadar kunjungan wisata akademik.
“Mahasiswa terlibat aktif dalam diskusi dan presentasi penelitian. Rekognisi 5 SKS menunjukkan keseriusan kami menjadikan pengalaman internasional bagian penting pembelajaran,” kata Mahyudin saat melepas peserta di Padang, Rabu (24/9).
Salah satu peserta, Wulan, mengaku gugup sekaligus antusias menguji temuan awal disertasinya tentang “Moderasi Islam di Asia Tenggara” langsung di hadapan pakar Malaysia. “Kesempatan emas untuk mendapat masukan kritis dari ahli lintas negara,” ujarnya.
Mahyudin menekankan pentingnya perspektif komparatif dari negara dengan populasi Muslim mayoritas seperti Malaysia dan minoritas seperti Thailand. Menurutnya, kontras ini akan memperkaya analisis dan kontekstualisasi penelitian mahasiswa.
“Pendekatan lintas negara sangat berharga dalam studi Islam. Ini akan mendekonstruksi wawasan dan menjadikan disertasi mereka relevan secara global,” tambahnya.
Program ini dinilai memiliki urgensi strategis lebih tinggi ketimbang student mobility tingkat sarjana atau magister. Alasannya: pengujian disertasi melalui presentasi internasional, pembukaan peluang kolaborasi riset, dan persiapan karier akademik global.
Para doktor muda UM Sumbar akan mengunjungi beberapa perguruan tinggi terkemuka di kedua negara. Mereka diharapkan membawa pulang tidak hanya pengalaman, tapi juga jaringan akademik yang bisa dimanfaatkan untuk publikasi jurnal bereputasi dunia.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut kerja sama strategis Pascasarjana UM Sumbar dengan perguruan tinggi Malaysia dan Thailand. Sekaligus pembuktian bahwa kampus berlambang bulan sabit ini mampu menyelenggarakan pendidikan doktoral berstandar internasional.
Dengan 23 “duta akademik” yang dikirim, UM Sumbar berambisi menempatkan diri dalam peta pendidikan tinggi Asia Tenggara. Pertanyaannya: berapa banyak dari mereka yang akan pulang dengan kantong penuh SKS bonus?






