3 Siswa Tewas Terseret Arus Sungai di Curug Kembar, Komisioner KPAI Jasra Putra Gercep Takziah ke Rumah Korban

  • Whatsapp
Komisioner KPAI Jasra Putra datangi rumah korban.

MINANGKABAUNEWS.com, JAKARTA — Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) yang digelar SMPIT Al Hikmah Kota Depok di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat memakan korban.

Sebanyak empat siswa hilang terseret arus sungai di Curug Kembar, Megamendung, Bogor. Tiga siswa sudah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sementara satu lainnya masih dalam pencarian.

Read More

Komisioner KPAI Jasra Putra mengatakan SMPIT Al Hikmah Kota Depok dinilai telah melanggar kesepakatan Ijin LDKS bersama orang tua sehingga menyebabkan siswa meninggal.

“KPAI baru saja bertakziah pada salah satu korban meninggal di kegiatan sekolah SMP Al Hikmah Depok,” kata Jasra dalam keterangan tertulis.

Menurut Jasra, peristiwa tersebut bukan peristiwa pertama sejak seminggu nusim hujan. Tapi terjadi di beberapa sekolah yang mengadakan kegiatan di ruang alam terbuka yang menyebabkan siswanya meninggal.

Korban Amira adalah anak anggota Kepolisian di Korlantas Polda Metro Jaya Pak Wawang. Memiliki 4 anak sebelumnya. Sedangkan istrinya bekerja di Universitas Trisakti.

Orang tua korban menerima berita duka ini dari WAG kelas lain. Dan lanngsung bergerak ke lokasi Hanya di tengah jalan mendapatkan kabar untuk langsung ke RSUD. Ada permintaan otopsi, tapi kami menolak dan langsung mengurus kepulangan jenazah.

“kami menyayangkan sikap sekolah yang tidak menelpon langsung. Hal itu dikarenakan komunikasi ibu korban dengan sekolah yang meminta kegiatan hanya di perkemahan, tidak seberang atau susur sungai,” imbuh Jasra

Ayah korban mendengar peristiwa tersebut, ketika sedang bertugas pengawalan dari arah Puncak Bogor menuju Jakarta.

Dalam dialog bersama KPAI, ayah korban mengenang ananda Amira sebagai anak yang semangat dalam menjalankan aktivitas sekolah, hampir setiap hari pulang sore, kalau dia capek paling tertidur, katanya.

“Saat ini Polres Bogor sedang melakukan penyelidikan atas peristiwa, karena ada beberapa korban yang meninggal, dan juga ada yang belum ditemukan,” imbuhnya.

Selain ayahnya, kakak korban perempuan SMA kelas X, juga sangat terpukul dengan ditinggal adik kesayangannya secara mendadak, kami sangat dekat, katanya.

“Harapan orang tua tidak mau terjadi amira-amira lain dalam kegiatan sekolah diruang terbuka yang tidak aman dan nyaman bagi anak. Apalagi cuaca tidak bersahabat,” tutur Jasra.

Untuk diketahui korban memiliki 4 saudara,, kakaknya kelas X SMA perempuan, korban, adiknya laki laki kelas 3 SD dan adiknya yang paling kecil. perempuan masih kelas 1 SD.

Kabar dari keluarga, Gubernur Jawa Barat juga akan menyambangi rumah duka sore ini.

KPAI mengingatkan peringatan BMKG wajib jadi catatan saat menggelar kegiatan. Kemudian ada aturan kegiatan, ketika sekolah membawa anak keluar, Dinas Pendidikan wajib tahu

Kegiatan di alam terbuka, tentu safety jadi prasyarat, apalagi melewati jalan curam, sungai. Artinya penting standard safety, studi kelayakan, persiapan panitia. Contoh dengan menyusur atau menyeberangi sungai sampai meninggal, apakah panitia sudah mempersiapkan pelampung, pengamanan berlapis, seperti titian tali. Tapi alangkah baiknya disituasi alam seperti ini, memilih alternatif kegiatan yang lain, tanpa mengurangi niat capaian sekolah pada tujuan kegiatan.

Atas peristiwa teraebut KPAI sangat berduka, untuk peristiwa kesekian kalinya, kegiatan sekolah di alam terbuka, melewati sungai, medan terjal, hiking dan berbagai nama sebutan kegiatan di alam terbuka, yang sangat penting mengindahkan peringatan BMKG, mendapat ijin BPBD dan Dinas terkait.

Masih ada korban yang belum ditemukan, tentu kita berdoa, agar segera dapat ditemukan petugas. Tentu kita ikut merasakan kebatinan keluarga yang ingin segera bertemu korban.

Kegiatan kegiatan alam terbuka merupakan kegiatan berbayar, yang harusya memiliki standard keamanan ketat, karena di alam terbuka, apalagi dengan kondisi alam yang sewaktu waktu tidak bisa di tebak.

Untuk itu perlu tanggung jawab profesional penyelenggara dalam mengutamakan aspek keselamatan. Agar jadi pelajaran berharga di kemudian hari.

Tentu peristiwa ini menyebabkan anak anak trauma, terutama yang melihat langsung teman temannya meninggal. Sekolah punya kewajiban menyediakan ahli kejiwaan, untuk menjaga anak anak tidak trauma berkepanjangan.

Padahal BMKG sudah memperingatkan potensi hujan dengan curah tinggi, tetapi bagai tidak terkonek. Siapa yang bertanggung jawab mengingatkan sebenarnya? Untuk itu ada baiknya sekolah diharap sensitif dan melapor ke BPBD dan Dinas terkait sebelum melaksankan kegiatan

Jasra Putra mengingatkan pentingnya kegiatan di masa musim hujan, mengaktifkan kembali peta kewaspadaan kebencanaan kita, terutama daerah yang berpengaruh dengan kondisi alam di musim hujan. Dengan melibatkan BPBD dan Dinas terkait.

Related posts