Al-Qur’an dan Tantangan Pemahaman Umat: Refleksi Kajian Ramadhan oleh Ketum MUI Sumbar

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, BUKITTINGGI – Dalam kajian Ramadhan yang digelar baru-baru ini, Buya Dr. Gusrizal Gazahar Datuak Paling, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat, mengangkat keprihatinan atas fenomena pengabaian Al-Qur’an di kalangan umat Islam. Meski diakui sebagai kitab suci, Al-Qur’an dinilai belum dijadikan pedoman hidup secara utuh, baik dalam aspek pembelajaran maupun pengamalan.

Mengutip Surat Asy-Syura ayat 7, Buya Gusrizal menegaskan bahwa Al-Qur’an sengaja diturunkan dalam bahasa Arab sebagai medium peringatan universal. Ayat ini menjadi landasan diskusi mengenai polemik penerjemahan kitab suci ke bahasa lain. Sebagian ulama, menurutnya, mendukung terjemahan untuk memastikan aksesibilitas makna bagi non-Arab. Namun, ada pula kekhawatiran bahwa hal ini berpotensi mengikis keaslian teks dan memicu penafsiran menyimpang.

Ia mengingatkan sejarah transformasi kitab-kitab samawi sebelumnya, seperti Injil, yang mengalami revisi berulang setelah diterjemahkan ke berbagai bahasa, sehingga menimbulkan inkonsistensi antarversi. “Ini menjadi pelajaran berharga agar umat Islam tetap berpegang pada teks asli Al-Qur’an dalam bahasa Arab, meski terjemahan diperbolehkan sebagai sarana pemahaman,” ujarnya.

Para ulama, lanjut Buya Gusrizal, telah bersepakat bahwa terjemahan Al-Qur’an tidak boleh dianggap setara dengan naskah aslinya, melainkan sekadar tafsiran makna yang membantu umat menggali pesan Ilahi. Dengan demikian, otentisitas dan kesakralan kitab suci tetap terjaga.

Kajian ini menekankan pentingnya revitalisasi peran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Umat Islam didorong tidak hanya menjadikannya simbol religius, tetapi aktif mempelajari, menginternalisasi nilai-nilainya, serta meneruskan tradisi keilmuan ini ke generasi mendatang. “Al-Qur’an harus hidup dalam tindakan, bukan hanya terpajang di rak atau terdengar dalam lantunan tanpa pemaknaan,” pungkasnya.

Melalui refleksi ini, Buya Gusrizal mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengembalikan Al-Qur’an sebagai sumber solusi dan penuntun hakiki dalam menjawab dinamika zaman.

Related posts