MINANGKABAUNEWS.com PADANG PANJANG – Di tengah semakin ketatnya persaingan dunia komunikasi, Pesantren KAUMAN Muhammadiyah Padang Panjang mengambil langkah progresif. Pada Sabtu (9/8), mereka menggelar Seminar Public Speaking bertajuk “Let’s Speak Up to Be King”, menghadirkan pembicara ternama, Bapak Diki Asnur, untuk mengasah keterampilan komunikasi santri kelas XI.
Sejak pagi, aula pesantren dipenuhi semangat para peserta. Ustadz Surya Bunawan, Wakil Mudir I Bidang SDM dan Humas, membuka acara dengan pesan yang menegaskan pentingnya seni berbicara di depan umum, bukan hanya sebagai keterampilan teknis, tetapi juga sebagai bekal dakwah dan kepemimpinan.
“Public speaking bukan sekadar bicara di depan umum, tapi tentang menyampaikan pesan dengan efektif dan penuh keyakinan. Ini relevan bagi santri kami yang kelak akan menjadi dai atau pemimpin di masyarakat,” ujar Ustadz Surya.
Bapak Diki Asnur kemudian mengambil alih panggung. Dengan gaya interaktif, ia memaparkan teknik penguasaan panggung, pengaturan intonasi, hingga cara merangkai konten yang memikat audiens. Tidak hanya teori, para santri juga diajak langsung mempraktikkan teknik-teknik tersebut.
Wahyu, salah satu peserta, mengaku mendapat banyak pelajaran baru.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat, terutama bagi kami yang sering terlibat dalam kegiatan pesantren dan perlu berbicara di depan umum,” ungkapnya.
Suasana semakin cair ketika sesi praktik berlangsung. Beberapa santri mencoba tampil di depan, mempraktikkan intonasi dan bahasa tubuh yang telah dipelajari. Sorakan dukungan dari teman-teman membuat momen ini terasa seperti mini talkshow yang hangat.
Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada narasumber dan sesi foto bersama. Panitia pun sudah memikirkan langkah berikutnya.
“Kami berencana mengadakan workshop lanjutan dengan tema lebih spesifik, seperti digital storytelling atau manajemen media sosial untuk dakwah,” tambah Ustadz Surya.
Dengan menggabungkan semangat kolaborasi dan visi pengembangan diri, Pesantren KAUMAN Muhammadiyah Padang Panjang berharap mampu mencetak generasi santri yang tidak hanya kokoh dalam ilmu agama, tetapi juga mahir berkomunikasi dan mengelola organisasi—sebuah modal berharga untuk menapaki panggung kehidupan yang lebih luas.






