Astagfirullah! Sepi Saat Melayat

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.COM, HIKMAH – “Kriing… kring…,” suara telepon genggamku berdering.

“Shinta, Ibu Mahromin mertua dari Pak Budi meninggal,” terdengar suara ibu mertuaku di ujung telepon.

Read More

“Innalillaahi wa innailaihi rojiun. Bu Mahromin itu yang mana ya, Bu?” Tanyaku kembali.

“Itu lho mertua Pak Budi, yang rumahnya paling ujung gang 12. Kamu ke sana dulu, ibu sudah terlanjur di kantor tidak bisa di tinggal urusannya.” Mertuaku kembali menjelaskan.

“Baik Bu, saya segera ke sana,” jawabku.

Sesampainya di rumah duka kulihat suasana sepi tidak layak rumah duka pada umumnya. Aku heran kenapa sedikit sekali yang datang untuk mengurus jenazah Ibu Mahromin ini?

“Mungkin nanti juga akan datang para tetangga,” Pikirku.

Namun hingga Modin mengurus jenazah sampai selesai orang-orang belum juga ada yang datang.

“Apa karena tidak ada yang mengenal Bu Mahromin ya, sehingga tidak ada yang datang mengurus atau sekedar takziah kemari?” pikirku masih dipenuhi tanda tanya.

Karena aku sendiri tidak begitu mengenal bu Mahromin hanya sekedar tahu pak Budi saja. Yang aku tahu keluarga tersebut dikenal tertutup, kurang bersahaja dengan tetangga sekitar serta enggan membantu sesama. Hingga jenazah Bu Mahromin diangkut ke pemakaman jumlah pengantar jenazah kurang lebih hanya sepuluh orang saja. Sungguh sedih dan heran memenuhi hati ini.

Aku terpaku menyaksikan kejadian tersebut. Sungguh kondisi kematian kita adalah cerminan kehidupan yang sudah kita jalani. Sesungguhnya jika kita berbuat baik terhadap sesama maka perbuatan itu akan kembali pada kita.

Related posts