Banjir Bandang Terjang Padang: Sungai Meluap Dini Hari, Warga Panik Mengungsi

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Dini hari yang seharusnya tenang berubah menjadi mimpi buruk bagi warga Koto Tengah, Kota Padang. Tepat pukul 04.30 WIB pada Kamis pagi ini, Sungai Lubuk Minturun yang melintasi kawasan tersebut tiba-tiba meluap dengan deras, mengirimkan gelombang air keruh bercampur lumpur pekat ke tengah-tengah pemukiman penduduk.

Kompleks Perumahan LuminPark menjadi salah satu lokasi yang paling parah terdampak. Air sungai yang meluber dengan kecepatan tinggi langsung menggenangi rumah-rumah warga, memaksa mereka terbangun dalam kepanikan. Suara gemuruh air dan teriakan warga bercampur dalam kegelapan pagi yang masih sunyi.

Read More

Yang membuat situasi semakin mengkhawatirkan adalah kondisi air yang sangat keruh dengan kandungan material lumpur yang tebal. Arus deras yang membawa berbagai material ini mengancam sejumlah bangunan rumah yang berdiri di bantaran sungai. Struktur bangunan yang sudah lama berdiri di tepi sungai kini dalam kondisi rentan, terancam tersapu atau ambruk kapan saja.

Kepanikan warga terlihat jelas di lapangan. Sejumlah kepala keluarga yang tinggal di area paling rawan sudah memutuskan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mereka membawa barang-barang berharga dan kebutuhan pokok dalam tergesa-gesa. Namun, masih banyak pula warga yang memilih bertahan di rumah masing-masing, sambil terus memantau ketinggian air dengan harap-harap cemas. Mereka berharap intensitas hujan akan segera mereda dan luapan air akan surut dengan sendirinya.

Banjir yang melanda Padang ini bukanlah peristiwa tiba-tiba. Sejak Sabtu pekan lalu, hujan deras terus mengguyur Kota Padang tanpa henti. Intensitas hujan yang tinggi berlanjut hingga Kamis pagi, membuat tanah sudah tidak mampu lagi menyerap air. Aliran sungai-sungai di kawasan ini pun melampaui kapasitas normal, berujung pada luapan di berbagai titik.

Koto Tengah hanyalah satu dari sekian banyak wilayah di Sumatera Barat yang kini tengah berjibaku melawan bencana hidrometeorologi. Bencana serupa bahkan dengan skala lebih besar melanda sejumlah kabupaten lainnya. Kabupaten Agam, Padang Pariaman, Pasaman, Pasaman Barat, Solok, Solok Selatan, dan Tanah Datar juga dilaporkan mengalami banjir, banjir bandang, tanah longsor, hingga akses jalan yang terputus.

Dampak paling serius dirasakan di wilayah Batang Anai, Padang Pariaman, di mana banjir berhasil memutus akses jalan nasional yang menghubungkan Padang dengan Bukittinggi. Jalur vital ini merupakan urat nadi perekonomian dan transportasi di Sumatera Barat. Terputusnya akses ini menimbulkan efek domino pada distribusi barang dan mobilitas masyarakat.

Kondisi semakin diperparah dengan terputusnya jalur alternatif Malalak-Bukittinggi yang sudah dua hari tidak bisa dilalui akibat longsor di wilayah Kabupaten Agam. Dengan terputusnya kedua jalur utama ini, Bukittinggi dan kawasan sekitarnya praktis terisolasi dari Padang.

Situasi di lapangan menunjukkan betapa rentannya infrastruktur di kawasan ini terhadap bencana alam. Curah hujan tinggi yang berlangsung berhari-hari telah melampaui daya tampung sistem drainase dan aliran sungai alami, memicu bencana berantai di berbagai wilayah.

Para warga yang bertahan di rumah kini tengah dalam kondisi waspada penuh, terus memantau perkembangan ketinggian air sambil bersiap untuk mengungsi sewaktu-waktu jika situasi memburuk. Sementara itu, warga yang sudah mengungsi kini menunggu di posko-posko pengungsian, berharap dapat segera kembali ke rumah masing-masing.

Related posts