Banjir di Tabing Banda Gadang Padang dalam Tinjauan Intevensi Psikologi Expresive Writing bagi para Korban

  • Whatsapp
Masyarakat korban banjir di Tabiang Banda Gadang, Padang.

Oleh: Wardha Syafiqah Arraya, Febi Yola Ranu Ramayani dan Alif Akbar Kacaribu

(Mahasiswa/i Prodi Psikologi FK Universitas Andalas)

Read More

Banjir Padang adalah bencana alam yang bisa diprediksi, diantisipasi, dan diatasi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah jauh-jauh hari telah menginformasikan mengenai prakiraan cuaca pada musim hujan. Informasi itu termasuk kapan puncak musim hujan tiba, yang ditandai dengan curah hujan dan intensitas hujan tertinggi

Soal banjir di Kota Padang khususnya Tabiang Banda Gadang, memang menjadi momok bagi masyarakat serta bagaimana masyarakat bisa menerima banjir sebagai sebuah kejadian alam biasa dengan meminilisir dampak psikologi yang ditimbulkan.

“Banjirnya bahkan sampai melebihi ventilasi rumah, saat itu kami baru evakuasi ke atas”, ucap salahsatu warga di Tabiang Banda Gadang, Nanggalo, Kota Padang.

Warga sudah terbiasa dengan banjir, setiap hujan menjadi siaga tersendiri untuk memastikan tanggul akan bocor dan air masuk ke pemukiman warga atau tidak. Apabila banjir belum melebihi tinggi anak-anak, biasanya warga tidak mengevakuasikan diri melainkan menyelamatkan barang-barang di rumah.

Bervariasi pula warga yang tinggal di daerah ini, dari keluarga yang memiliki lansia hingga anak berkebutuhan khusus. Hal yang pasti adalah mereka saling menjaga saat banjir melanda, begitu dari hasil wawancara yang kami lakukan di lokasi. Menjadi tantangan tersendiri dengan keberagaman anggota keluarga.

Setelah berbincang dengan warga, kami menemukan sisi yang perlu dibahas lebih lanjut, yaitu bagaimana cara warga bertahan dengan kondisi yang tentunya merugikan banyak sisi ini. Kami melihat urgensi untuk membahas lebih lanjut dengan para remaja setempat karena sudut pandang yang berbeda mengenai bencana yang terjadi dan bagaimana perasaan mereka terhadap situasi yang dihadapi.

Expressive writing menjadi pilihan kami untuk membawa para remaja kembali kepada apa yang mereka rasakan dan pikirkan sejujurnya pada hal yang terjadi. Kami membahas, apa saja pikiran dari otomatis dan rasional yang muncul, kami juga menulis mengenai perasaan yang dirasakan mengenai pengalaman yang dialami. Setelah melakukan kilas balik pada kejadian, kami membawa topik kepada rasa bersyukur kepada apa saja yang selamat dari kejadian termasuk diri, keluarga dan harta benda.

Tujuan dari expressive writing ini selain mengeluarkan apa yang mungkin selama ini dipendam oleh remaja karena keterbatasan suasana yang mendukung, membuat remaja lebih jujur kepada diri sendiri. Selain itu, kami juga mengarahkan kepada rasa bersyukur sebagai penutup tulisan masing-masing, mengingatkan kembali bahwa ada setiap hikmah dari setiap kejadian.

Dengan itu, kami berharap juga intervensi ini tetap dilanjutkan oleh para remaja setempat. Semoga dapat diaplikasikan dikala kalut melanda tidak hanya setelah terjadi banjir, namun aspek kehidupan lain.
Dampak banjir tidak saja menimbulkan korban jiwa dan materi tetapi juga dampak psikologi bagi para korban, maka itu dukungan dari pemerintah, keluarga dan masyarakat sekitar sangat diharapkan agar korban terlepas dari dampak psiologi yang ditimbulkan. Wallahu ‘alam.

Related posts