MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Bencana banjir dan longsor yang melanda hampir seluruh kabupaten/kota di Sumatera Barat beberapa hari terakhir memicu refleksi mendalam dari kalangan ulama. Ustadz Asrizal R Mukhtar, Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, mengeluarkan pernyataan menohok yang mengajak umat untuk tidak sekadar melihat musibah ini sebagai bencana alam biasa.
Dalam seruannya yang menyentil keras para juru dakwah, Ustadz Asrizal mengajak masyarakat untuk melihat ke belakang. “Betapa perbuatan dosa besar dan maksiat begitu masif terjadi di tengah masyarakat,” tulisnya.
Pertanyaan menggantung pun dilontarkan: apakah bencana yang menimpa Sumbar ini merupakan bentuk kemurkaan Allah, ataukah sekadar teguran bagi masyarakat?
Yang menarik perhatian, Ustadz Asrizal justru mengkritik pedas para juru dakwah, termasuk dirinya sendiri. Menurutnya, selama ini dakwah yang dilakukan baru sebatas amar ma’ruf (menyuruh kebaikan), namun belum mampu melaksanakan nahi mungkar (mencegah kemungkaran).
“Masih ada saja berbagai kemungkaran yang terjadi di sekeliling kita. Tapi kenapa kita memilih diam? Padahal dakwah itu satu paket yaitu amar ma’ruf nahi mungkar,” tegasnya.
Pengurus MUI Sumbar ini menyerukan agar para dai memanfaatkan mimbar Jumat untuk mengajak umat kembali kepada jalan Allah dan meninggalkan berbagai bentuk maksiat yang selama ini marak terjadi.
Pernyataan yang menghubungkan bencana alam dengan dosa masyarakat ini bukanlah hal baru dalam diskursus keagamaan. Namun, pandangan semacam ini kerap menuai perdebatan, terutama dari kalangan yang lebih menekankan faktor saintifik seperti kerusakan lingkungan, alih fungsi lahan, dan perubahan iklim sebagai penyebab utama bencana.
Banjir dan longsor yang melanda Sumbar dalam beberapa hari terakhir memang telah menimbulkan kerugian material dan korban jiwa. Berbagai daerah tergenang, akses jalan terputus, dan ribuan warga terpaksa mengungsi.






