Belum Banyak yang Tahu, Inilah Peranan Penting yang Dimiliki Perempuan di Minangkabau

Perempuan Minangkabau
Ilustrasi Perempuan Minangkabau (Foto: Dok. Istimewa)

Oleh: Muhammad Malik Hidayat

Perempuan adalah manusia yang sangat terhormat dan mulia serta memiliki peran penting dalam mengubah tatanan dunia. Peran perempuan yang begitu penting membuatnya memiliki kharisma tersendiri sehingga perempuan bisa menjadi sosok yang disegani oleh banyak orang.

Read More

Hari Perempuan pertama kali digelar pada tanggal 28 Februari 1909 di New York. Karena adanya demonstrasi yang dilakukan oleh perempuan di Petrograd pada tanggal 8 maret 1917 menjadi cikal bakal adanya Hari Perempuan Internasional, karena pada saat itu perempuan-perempuan yang ada di Petrogad mampu memicu terjadinya Revolusi Rusia.

Perempuan memanglah bukan makhluk yang dapat dipandang sebelah mata. Dengan adanya hari besar tersebut menjadi bukti bahwa kaum perempuan bukanlah kaum yang lemah yang bisa ditaklukan dengan sangat mudah. Karena banyak keistimewaan yang terletak pada diri perempuan makanya perempuan ini tidak pernah habis untuk dibahas. Dalam Al-Qur’an sendiri pembahasan tentang perempuan sangatlah sering bahkan keistimewaan-keistimewaan yang dimilikinya juga disebutkan dengan sangat rinci.

Karena saking istimewanya, perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam tatanan sistem yang ada di Minangkabau. Daerah yang menganut sistem matrilineal ini adalah daerah yang memberikan legalitas perempuan untuk berkuasa. Matrilineal yang berarti keturunan berdasarkan garis keturunan ibu.

Pada masyarakat Minangkabau kaum perempuan memiliki empat panggilan yaitu yang pertama ada Batino yang memiliki arti perempuan yang baru lahir hingga mengingjak usia anak-anak. Lalu yang kedua adalah Gadih yaitu kaum perempuan yang sudah menginjak usia remaja, yang ketiga ada Padusi yaitu perempuan yang sudah menikah atau memiliki suami, dan yang terakhir adalah Parampuan yang merupakan perempuan yang sudah berusia lanjut dan biasanya sudah menjadi nenek-nenek.

Di Minangkabau perempuan memiliki peran yang sangat besar. Anak gadis di Minangkabau suatu saat nanti akan menjadi Bundo Kanduang. Bundo Kanduang merupakan sosok yang sangat dihormati karena sebagai orang yang paling dituakan di antara perempuan-perempuan yang ada dalam suatu kaum. Bundo Kanduang sendiri harus menjadi contoh serta panutan terhadap masyarakatnya karena ia adalah cerminan dari suatu kaum. Fungsi dari Bundo Kanduang sendiri ialah sebagai penerima waris dari pusako tinggi maka dari itu jika Bundo Kanduang sendiri memiliki sifat yang tidak bisa mencerminkan adat yang berlaku di masyarakat Minangkabau maka akan menjadi aib untuk kaumnya. Selain sebagai penerima waris pusako tinggi peran Bundo Kanduang juga sebagai pemelihara dari keberlangsungan keturan kaumnya serta sebagai perlambangan moralitas dari masyarakat Minangkabau.

Pada zaman dulu mungkin peran perempuan hanya dipandang sebagai penerus keturunan. Namun, perempuan saat ini tidak lagi berperan sebagai penerus keturunan saja tetapi juga bisa terlibat dalam musyawarah kampung, daerah, dan negerinya. Adanya ungkapan limpapeh rumah nan gadang menjadi alasan bahwa perempuan di Minangkabau harus menjadi contoh yang baik terhadap masyarakat sekitarnya.

Jika seorang perempuan memiliki hati serta perangai yang buruk maka akan melahirkan seorang anak yang perangainya buruk juga, sebaliknya jika hati serta perangainya baik maka akan menurun terhadap anak yang dilahirkannya. Kehidupan sosial masyarakat Minangkabau sudah pasti tidaklah jauh dengan perempuan karena itu perempuan selalu hadir jika ada acara-acara adat. Melindungi kaum perempuan merupakan salah satu tugas penting yang harus dilakukan oleh kaum laki-laki Minang agar kaum perempuan selalu merasa aman. Jika kaum perempuan merasa kesulitan dalam pekerjaannya kaum laki-laki harus siap menolongnya dalam hal apapun itu.

Namun, yang terjadi saat ini sangatlah berbeda dengan apa yang terjadi zaman dulu. Kini kaum perempuan itu selalu dipandang sebelah mata oleh kaum laki-laki bahkan kaum perempuan saat ini tidaklah lagi dihormati. Perempuan Minangkabau saat ini juga tidak mencerminkan apa yang sudah ditabur oleh nenek moyangnya dari dulu. Adanya perubahan globalisasi yang sangat cepat membuat semuanya berubah begitu cepat. Jika dilihat, perempuan Minangkabau saat ini terlihat miris karena banyak ajaran-ajaran adat yang sudah tidak lagi dijalani. Banyaknya sumbang-sumbang atau kesalahan-kesalahan yang ada pada kaum perempuan membuat mereka menjadi kaum yang saat ini dipandang sebelah mata.

Generasi milenial saat ini dapat mengakses berbagai macam informasi dan menyerapnya begitu cepat sehingga mudah sekali menerapkannya langsung dalam kehidupan sehari-hari. Banyak gaya hidup yang memiliki adat dan kebudayaan mulai ditinggalkan, berkembangnya kebudayaan barat membuat kebudayaan sendiri menjadi hancur.

Jika kita lihat di media sosial seperti Tiktok, Instagram , dan Facebook di dalamnya terdapat banyak konten-konten yang dimana kaum perempuan berani membuka aib mereka sendiri bahkan mengumbar-ngumbarnya dengan rasa bangga. Daripada mempelajari kebudayaan sendiri, perempuan saat ini terkhususnya di Minangkabau lebih suka bergoyang di depan kamera sambil memamerkan lekukan-lekukan tubuhnya. Hal ini sangatlah miris, dengan melihat bahwa perempuan mempunyai peranan penting di Minangkabau yang seharusnya lebih bisa berguna dalam tatanan masyarakat daripada membuat konten-konten yang seperti itu.

Alangkah banyaknya jika nanti banyak generasi-generasi muda di Minangkabau kehilangan akan jati dirinya sendiri dan menjadi wanita yang tidak mengetahui sopan santun atau bisa disebut juga dengan gadih nan indak bataratik. Salah satu cara menghindari hal tersebut ialah dengan menanamkan nilai-nilai kebudayaan dan adat serta sopan-santun yang benar sejak dini. Dengan memeberi tahukan mana yang baik dan salah, dan mana yang bagus untuk dilakukan serta mana yang tidak boleh dilakukan sedari dini agar ketika menjadi dewasa perempuan Minang memiliki peran serta fugsi yang penting dalam menjalankan tatanan masyarakat di Minangkabau.

Perlunya penanaman budaya dan adat yang baik sejak dini dapat membuat perempuan Minangkabau tidaklah salah dalam memilih jalan serta tidaklah terjebak dalam kesesatan. Maka dari itu pentingnya penanaman nilai-nilai budaya yang tidak boleh hilang saat ini menjadi salah satu kunci bahwa kaum perempuan merupakan salah satu kaum yang bisa dijadikan panutan. (*)

/* Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Budaya, Sastra Daerah Minangkabau Universitas Andalas.

Related posts