BPJS Kesehatan Gelar Monev Program Rujuk Balik bersama FKTP Swasta di Bukittinggi

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, BUKITTINGGI – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Bukittinggi menggelar kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) Program Rujuk Balik (PRB) bersama sejumlah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) swasta yang berada di Kota Bukittinggi, pada Selasa (12/8/2025).

Kegiatan tersebut bertujuan untuk memperkuat koordinasi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang menderita penyakit kronis dengan kondisi yang sudah stabil.

Read More

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bukittinggi Haris Prayudi, mengatakan bahwa program rujuk balik ini merupakan pelayanan kesehatan bagi peserta JKN yang mengidap penyakit kronis tertentu seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, asma, stroke, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), epilepsi, skizofrenia, dan lupus, yang telah dinyatakan stabil oleh dokter spesialis dan kemudian dirujuk balik ke FKTP terdaftarnya untuk mendapatkan konsultasi, komunikasi informasi dan edukasi, pemantauan riwayat kesehatan hingga pelayanan obat.

“Peserta JKN yang memiliki penyakit kronis, dapat berobat di FKTP terdaftarnya melalui Program Rujuk Balik (PRB). Dengan program ini peserta mendapatkan kemudahan akses pelayanan Kesehatan, karena nantinya FKTP juga akan memastikan peserta tersebut kontrol rutin ke FKTP dan Apotek PRB setiap bulan,” kata Haris dalam keterangan tertulis.

“Peserta cukup datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk kontrol dan mengambil obat rutin. Hal ini tidak hanya mempermudah peserta, tetapi juga membantu mengurangi beban antrean di rumah sakit,” sambungnya.

Dalam monev ini, Haris juga mendorong langkah-langkah peningkatan jumlah peserta aktif PRB yang dilakukan FKTP yang bertujuan untuk memastikan pelayanan kesehatan berjalan optimal dan tepat sasaran.

Upaya tersebut mencakup pengingat jadwal kontrol melalui call reminder kepada peserta, pemeriksaan kesehatan berkala seperti tekanan darah dan gula darah bagi pasien hipertensi maupun diabetes melitus, serta pencatatan lengkap di Aplikasi PCare.

Selain itu, kata Haris, FKTP diminta melakukan validasi data peserta untuk memastikan bahwa yang terdaftar masih memenuhi kriteria PRB. Jadi bagi peserta yang mengalami komplikasi, pindah domisili, atau tidak melakukan kunjungan lebih dari satu tahun diharapkan dilaporkan ke BPJS Kesehatan Cabang Bukittinggi untuk dinonaktifkan dari program ini.

“Tentu kami harapkan kolaborasi aktif FKTP dengan BPJS Kesehatan menjadi kunci keberhasilan program ini nantinya,” harapnya.

Haris juga menjelaskan mengenai perbedaan Prolanis dengan Program Rujuk Balik (PRB). Perlu dipahami, bahwa Prolanis dan PRB ini berbeda. Prolanis untuk mekanisme pendaftaran peserta dilakukan oleh FKTP, sedangkan PRB pendaftaran pesertanya dilakukan oleh FKRTL dan tentunya atas rekomendasi dokter spesialis/sub spesialis.

Kemudian untuk pengelolaan Prolanis fokus kepada pengelolaan terhadap peserta dengan diagnosa diabetes melitus dan hipertensi dengan pemeriksaan terjadwal serta edukasi tentang kesehatan.

“Sedangkan untuk PRB fokus pada menjaga kondisi peserta penyakit kronis untuk tetap stabil dan mencegah adanya komplikasi serta terapi obat berlanjut,” katanya.

Salah satu Person In Charge (PIC) di Klinik Kayyasa 2 Bukittinggi, Elviza menyampaikan bahwa PRB memberi banyak manfaat bagi Peserta JKN yang memiliki diagnosa penyakit kronis.

“Pelayanan di klinik lebih cepat dan suasananya lebih akrab. Pasien tidak perlu perjalanan jauh ke rumah sakit, sehingga mereka lebih patuh menjalani pengobatan. Kami juga menyerap beberapa testimoni Peserta JKN, bahwa mereka sangat dimudahkan dengan kehadiran PRB ini,” ujar Elviza

Program Rujuk Balik juga memberikan perlindungan bagi peserta JKN dari risiko komplikasi, sekaligus memastikan pengelolaan terapi obat yang tepat sesuai kebutuhan medis.

“Saya pernah dengar dari salah satu Peserta JKN yang mengikuti program rujuk balik ini bahwa dahulu dia harus datang setiap bulan ke rumah sakit. Sekarang ia cukup di klinik dekat rumah, lebih hemat waktu dan tenaga. Jadi dapat disimpulkan bahwa PRB ini banyak sekali membantu peserta,” tutur Elviza menutup. (*)

Related posts