MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Hujan deras yang mengguyur wilayah Sumatera Barat selama sepekan terakhir akhirnya memakan korban. Kali ini, bukan nyawa manusia yang melayang, namun akses vital penghubung dua kabupaten penting di ranah Minang harus terbayar mahal.
Kamis pagi yang kelam di Korong Batu Mangaum, Nagari Kuranji Hulu, menjadi saksi bisu bagaimana alam menunjukkan kekuatannya. Ruas jalan strategis yang menghubungkan Kabupaten Padang Pariaman dengan Kabupaten Agam di Kecamatan Sungai Garinggiang kini terputus total akibat longsor masif yang terjadi secara bertahap.
Wali Korong Batu Mangaum, Jepri, yang pagi itu sedang memantau kondisi wilayahnya, menyaksikan langsung bagaimana bencana ini berkembang dengan cepat. “Pagi tadi masih longsor di sisi jalan saja,” ujarnya dengan nada prihatin. Namun siapa sangka, dalam hitungan jam, situasi berubah drastis.
Pukul 12.00 WIB, tepat saat matahari berada di titik tertinggi, gemuruh tanah kembali terdengar. Kali ini lebih dahsyat. Seluruh badan jalan di kawasan Luhuang ambles sepenuhnya, menciptakan jurang pemisah antara dua kabupaten yang sebelumnya terhubung dengan lancar.
Yang membuat situasi semakin memprihatinkan, sebelum longsor total terjadi, jalan tersebut masih bisa dilintasi kendaraan roda dua. Pengendara motor masih nekad melintas dengan hati-hati, sementara kendaraan roda empat sudah dialihkan ke jalur alternatif. Namun kini, bahkan sepeda motor pun tak bisa menembus reruntuhan tanah dan bebatuan yang menutupi jalan.
Kepolisian setempat langsung bergerak cepat. Garis polisi dipasang di sekitar lokasi longsor, tidak hanya untuk mengatur lalu lintas, tetapi juga demi keselamatan warga. Petugas khawatir longsor akan meluas, apalagi hujan masih terus membasahi kawasan tersebut tanpa henti.
Arus kendaraan yang biasanya ramai melintas di ruas jalan ini kini dialihkan ke berbagai jalur alternatif, salah satunya menuju Nagari Batu Gadang Kuranji Hulu. Pengendara dari berbagai arah terpaksa memutar jauh, menambah waktu tempuh yang normalnya hanya puluhan menit menjadi berjam-jam.
Yang menjadi ironi dalam peristiwa ini adalah lokasi longsor bersebelahan langsung dengan area yang baru saja diperbaiki pemerintah provinsi beberapa bulan lalu. Investasi yang tidak sedikit telah dikucurkan untuk memperbaiki jalan yang beberapa tahun lalu juga pernah longsor. Hasilnya terlihat bagus dan aman.
Namun, tebing di samping area yang sudah diperbaiki tersebut tampaknya luput dari perhatian. Tidak ada perlakuan khusus atau penguatan struktur pada bagian tersebut. Akibatnya, saat cuaca ekstrem melanda, bagian yang tidak tersentuh perbaikan inilah yang menjadi titik lemah dan akhirnya longsor.
Bencana di Sungai Garinggiang ini sebenarnya hanya satu dari sekian banyak dampak cuaca ekstrem yang melanda Padang Pariaman. Sejak Jumat, 21 November, berbagai lokasi di kabupaten ini dilanda banjir, longsor, dan pohon tumbang. Kondisi inilah yang mendorong Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman mengambil langkah tegas.
Bupati Padang Pariaman, John Kenedy Azis, dengan sigap menetapkan status tanggap darurat bencana. Di Parik Malintang, sang bupati memberikan arahan tegas kepada seluruh jajarannya. “Semua personel terkait harus bergerak cepat, fokus pada keselamatan warga dan penanganan darurat,” tegasnya.
Penetapan status tanggap darurat ini bukan keputusan yang diambil sembarangan. Pemerintah daerah telah melakukan kajian mendalam, melihat dampak bencana yang terjadi, mengevaluasi keterbatasan sumber daya lokal yang ada, serta mempertimbangkan rekomendasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang Pariaman.
Kini, masyarakat di kedua kabupaten harus bersabar menunggu proses perbaikan yang tentunya membutuhkan waktu tidak sebentar. Pertanyaan yang mengemuka adalah: apakah perbaikan kali ini akan benar-benar menyeluruh, termasuk penguatan tebing-tebing di sekitar area rawan longsor? Atau akankah sejarah terulang kembali di masa mendatang?
Yang jelas, cuaca ekstrem yang terus melanda Sumatera Barat menjadi peringatan serius bagi semua pihak tentang pentingnya infrastruktur yang tangguh dan perencanaan pembangunan yang komprehensif dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin tidak menentu.






