MINANGKABAUNEWS.COM, MENTAWAI – Pj. Bupati Kepulauan Mentawai Martinus Dahlan kembali membuka acara Focus Group Discussion (FGD) penerusan Toponimi Administrasi yang diadakan oleh Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Kegiatan berlangsung di Aula Setda Km 5 Tuapeijat, pada Selasa (25/10/2022)
Toponimi adalah bidang keilmuan dalam linguistik yang membahas tentang asal usul penamaan nama tempat, wilayah atau suatu bagian lain dari permukaan bumi. Termasuk yang bersifat alam buatan.
Toponimi itu sendiri berkaitan dengan bidang etnologi dan kebudayaan.
Dalam arahan Pj. Bupati Kepulauan Mentawai menyampaikan, penelitian ini terkait makna dan asal usul nama, ini penting dilakukan.
Misalnya penamaan Tuapejat sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Penamaan desa dan dusun harus kita dudukkan secara bersama, sebut Pj Bupati.
“Kita berharap hasil penelitian bisa di terbitkan dalam bentuk buku sehingga mendapatkan informasi terkait penamaan ini, disamping itu pendokumentasian penamaan yang lain seperti kebudayaan Mentawai juga harus dilakukan”, ujar Martinus.
Sementara, Ketua kegiatan penelitian Rita Novita, M.Hum menyampaikan, berdasarkan hasil riset awal ditemukan bahwa umumnya penamaan desa dan dusun menggunakan bahasa Mentawai.
Hanya tiga desa yang tidak menggunakan bahasa Mentawai, yaitu Desa Sipora Jaya, Sido Makmur, dan Bukit Pamewa, kata Rita Novita.
Penamaan desa dan dusun di Sipora Utara memiliki asal usul yang patut didokumentasikan. Penamaan tersebut dapat dikelompokan kedalam beberapa makna kategori, antara lain harapan masyarakat, binatang, tanaman dan etnis, sambungnya.
Akan tetapi ada beberapa penamaan yang belum sesuai dengan makna dan asal usul disampaikan oleh masyarakat setempat, misalnya Dusun Mapaddegat awalnya dusun tersebut bernama Bele’Paddegat, tegasnya.
Turut hadir pada kegiatan ini Asisten Pemerintahan dan Kesra Nurdin, S.Sos, Kepala Bappeda Sahad Perdamaian , St , Camat Sipora Utara, Kepala Desa se- Kecamatan Sipora Utara dan OPD terkait dengan Kegiatan ini. (Tirman/YY )