Buya Dr. Gusrizal Gazahar: “Pelaku Maksiat Tetaplah Jahil, Meski Bergelar Doktor”

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, Bukittinggi – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat, Buya Dr. H. Gusrizal Gazahar Datuak Palimo Basa, menegaskan bahwa setiap pelaku maksiat—meski berpendidikan tinggi—pada hakikatnya masih dalam keadaan jahil (bodoh). Pernyataan ini disampaikan dalam kajian Fiqh di Masjid Surau Buya Gusrizal, Bukittinggi, pekan lalu.

“Orang berbuat dosa itu bodoh, meski bergelar doktor atau profesor. Dia mungkin tahu itu haram, tapi tidak paham akibatnya di akhirat,” tegas Buya Gusrizal, mengutip ijma’ para sahabat Nabi.

Dalam ceramahnya, Buya Gusrizal membandingkan sikap iblis yang tak pernah mengakui kesalahan dengan Nabi Adam AS yang langsung memohon ampun saat tergoda.

“Iblis diberi kesempatan tobat oleh Nabi Musa AS, tapi malah membangkit: ‘Ngapain saya sujud ke Adam?’ Sombongnya tak hilang,” ujarnya.

Sedangkan Adam, meski digoda iblis, tak menyalahkan pihak luar. Ia berkata:
“Rabbana zalamna anfusana…” (Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri).

“Ini taubat sejati: mengakui kesalahan sendiri, bukan cari kambing hitam,” tegas Buya.

Maksiat = Kebodohan, Sekalipun Dilakukan Ulama
Mengutip Surah An-Nisa ayat 17, Buya menjelaskan bahwa taubat hanya diterima Allah jika pelaku menyadari kejahilannya.

“Banyak orang berbuat dosa karena:
1. Tidak tahu hukum (jahil syar’i),
2. Tidak paham akibat dosa, atau
3. Bodoh memilih—mengutamakan kesenangan sesaat daripada pahala abadi,” paparnya.

Contoh nyata?
– Pejabat korup yang tahu haram, tapi mengira harta bisa menebus dosa.
– Pasangan LGBT yang paham agama, tapi menganggap “cinta” membenarkan segalanya.

“Mereka jahil karena lupa bahwa doa orang teraniaya (mazlum) mustajab. Dosa tak selesai hanya dengan minta maaf,” tegasnya.

Buya mengingatkan, pintu taubat terbuka lebar, tapi bisa tertutup kapan saja—entah karena kematian atau datangnya Kiamat.

“Jangan bangga punya gelar panjang kalau masih maksiat. Di mata Allah, Anda tetap anggota ‘klub Abu Jahal’,” sindirnya.

Solusinya?
– Akui kesalahan sendiri, tanpa cari alasan.
– Segera bertaubat, sebelum penyesalan tak berguna.

“Taubat Nabi Adam itu contoh terbaik. Tak ada waktu untuk menyalahkan iblis atau Hawa—langsung minta ampun!” pesannya.

Kajian ini berakhir dengan pesan tegas: Taubat bukan sekadar ucapan, tapi perubahan. Sebab, di akhirat nanti, tak ada yang bisa disalahkan kecuali diri sendiri.

“Innamat taubatu ‘alallah…”
(Sesungguhnya taubat di sisi Allah itu bagi orang-orang yang melakukan kejahatan karena kebodohan…)

Related posts