Oleh: Miranti
MINANGKABAUNEWS.com – Minangkabau daerah dengan sejuta keindahan dan cerita yang terdapat di dalamnya, salah satunya yaitu cerita rakyat Minangkabau. Cerita rakyat sangat beragam di Minangkabau, dimulai dari legenda, cerita mistis, dan berbagai cerita lainnya tetang Minangkabau. Salah satu cerita rakyat Minangkabau yang populer adalah Kaba Anggun Nan Tongga.
Cerita Anggun Nan Tongga berkisah tentang petualangan dan kisah cinta seorang pemuda yang bernama Anggun Nan Tongga dengan kekasihnya yang Bernama Gondan Gondoriah. Cerita ini terjadi di sebuah Lorong Pedalaman Kampung Pariaman. Hiduplah seorang pemuda yang bernama Anggun Nan Tongga, yang bergelar Magek Jabang. Ibunya bernama Ganto Sani wafat tak lama setelah dirinya dilahirkan, sedangkan ayahnya pergi ke Gunung Ledang.
Semasa kecilnya Anggun Nan Tongga hidup bersama saudara perempuan ibunya yang bernama Suto Suri. Dari kecil Anggun Nan Tongga dijodohkan dengan seorang gadis yang bernama putri Gondan Gondoriah yang merupakan anak dari mamaknya. Anggun Nan Tongga tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, tampan, mahir berkuda, silat dan pandai mengaji serta ilmu agama yang sangat baik.
Suatu hari terdengar kabar bahwa di Sungai Garinggiang Nangkodoh Baha membuka arena pertandingan untuk mencari suami untuk adiknya bernama Intan Korong. Nan Tongga meminta izin kepada ibu Suto Suri untuk ikut serta dalam pertandingan tersebut.
Awalnya ibu Suto Suri menolak, karena Anggun Nan Tongga sudah dijodohkan dengan Gondan Gondoriah, Namun, pada akhirnya sang ibu mengalah dan mengizinkan Nan tongga. Dalam setiap pertandingan Nan Tongga berhasil mengalahkan Nangkodo Baha dalam setiap permainannya mulai dari sabung ayam, menembak dan juga catur.
Tidak menerima kekalahannya dan malu akibat dikalahkan Nan Tongga, Nangkodo Baha mengejek Nan Tongga karena membiarkan ketiga mamaknya (saudara laki-laki ibu) ditahan bajak laut di Pulau Binuang Sati. Mendengar berita tentang mamaknya Nan Tongga pulang dengan bersedih hati.
Karena ejekan itu, Nan Tongga meminta izin kepada Suto Suri dan Gondan untuk mencari ketiga mamaknya yaitu Mangkudun Sati, Nangkodoh Rajo, dan Katik Intan. Gondan meminta Nan Tongga membawa benda-benda dan hewan langka sebanyak 120 buah. Beberapa di antaranya seekor burung Nuri yang bisa bicara, beruk (monyet) yang bisa bermain kecapi dan kain cinda yang tak basah oleh air.
Anggun Nan Tongga pun kemudian berlayar ditemani pembantu setianya yang bernama Bujang Selamat dengan kapal Dandang Panjang yang dinahkodai oleh Malin Cik Ameh. Setelah lama berlayar sampailah mereka di pulau Binuang Sati dan Tonggo menyuruh kapal berlabuh di sana.
Tetapi kedatangan Nan Tongga ditolak oleh Panglima Bajau raja Binuang Sati. Terjadilah pertengkaran yang kemudian berhasil dimenangkan, dimana Panglima Bajau mati terbunuh oleh Bujang Selamat dan pulau Binuang Sati pun takluk.
Nan Tongga berhasil menemukan satu orang mamaknya yang bernama Nangkodoh Rajo yang dikurung di kandang babi. Nangkodoh Rajo memberitahu bahawa kedua mamaknya yang lain berhasil meloloskan diri ketika pertempuran di laut dengan Panglima Bajau. Dan juga memberitahukan keberadaan burung nuri yang pandai berbicara ada di Kuala Koto Tanau.
Kemudian Nan Tongga meminta Malin Cik Ameh pulang ke Pariaman menggunakan kapal ramokan Binuang Sati, dan memberi pesan ke kampung halaman bahwa Nangkodoh Rajo sudah dibebaskan. Nan Tongga melanjutkan berlayar dengan Dandang Panjang bersama Bujang Selamat ke Kota Tanau. Ia menemukan mamaknya yang lain.
Putri sang mamak, yaitu Putri Andani Sutan, diketahui memiliki burung Nuri yang bisa berbicara. Untuk bisa memiliki burung tersebut Anggun Nan Tongga harus menikahi Putri Andani Sutan. Tidak ada pilihan lain Nan Tongga pun menikahinya. Setelah menikah burung Nuri itu terlepas dari sangkarnya dan menemui Gondan. Burung itu memberitahu Gondan bahwa tunangannya sudah menikah. Mendengar kabar itu, Gondan mulai gusar.
Tidak dapat membendung rasa rindunya kepada kampung halaman dan juga tunangannya Nan Tongga memutuskan meninggalkan Andani Sutan yang sedang hamil. Mendengar kepulangan Nan Tongga, Gondan Gondoriah lari ke Gunung Ledang. Nan Tongga mengejar dan membujuknya untuk pulang, dia berhasil meluluhkan hati Gondan dan kembali bersama Nan Tongga.
Kemudian Nan Tongga meminta izin untuk menikahi Gondan Gondoriah dengan keduanya pergi menemui Tuanku Haji Mudo untuk meminta restu. Tuanku Haji Mudo tidak memberikan restunya dikarenakan Nan Tongga dan Gondan Gondoriah merupakan saudara sepersepupuan, sebab Nan Tongga pernah menyusu pada ibu Gondan Gondoriah.
Karena tak kunjung pulang orangtua Nan Tongga dan Gondan Godoriah meminta orang untuk mencarinya. Mereka menemukan Bujang Selamat sendiri yang mengatakan bahwa Nan Tongga, Gondan Gondoriah, dan Tuanku Haji Mudo naik ke langit, menghilang begitu saja dan dianggap sudah meninggal dunia. (*)
*/ Mahasiswi Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas.