MINANGKABAUNEWS.com, ARTIKEL – Pagi itu, angin dari Danau Sentani berhembus pelan, membawa aroma air tawar khas dari tepian Pantai Rhobing, Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura. Dari kejauhan, tampak sebuah bangunan permanen bercat biru cerah berdiri kokoh, menghadap langsung ke danau.
Bangunan seluas 400 meter persegi itu bukan sembarang dapur. Namanya Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Asei Besar, salah satu dapur bergizi modern pertama di Papua yang siap melayani ribuan anak sekolah. Lebih dari sekadar memasak, dapur ini dirancang sebagai pusat pemberdayaan ekonomi lokal dan simbol kemandirian masyarakat Sentani.
“Puji Tuhan, persiapan sudah 98 persen. Semua peralatan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Kami ingin memastikan kualitas makanan terbaik untuk anak-anak kita,” kata Hesty Imelda Kere, Ketua Yayasan TEKER Harapan Papua, sembari menunjukkan ruang dapur yang masih beraroma cat baru.
Dari Mama-Mama Kampung ke Chef Sekolah
Di balik dinding biru itu, 47 warga lokal direkrut, sebagian besar ibu rumah tangga dan anak muda di sekitar danau. Mereka dilatih menjadi juru masak, tenaga distribusi, hingga staf pendukung. Bahkan enam tenaga tambahan disiapkan sebagai keamanan, petugas kebersihan, dan operator lapangan.
Mama-mama yang biasanya hanya memasak untuk keluarga, kini menyiapkan hidangan untuk ribuan anak sekolah. Para anak muda belajar disiplin, mengenal kerja tim, dan berkesempatan meraih masa depan yang lebih baik.
Tak hanya tenaga kerja, masyarakat juga menjadi pemasok bahan baku. Petani kampung menyuplai beras, ayam, dan sayuran, sementara nelayan Danau Sentani memasok ikan segar yang wajib diperiksa di laboratorium protein hewani sebelum diolah. Sistem ini memastikan roda ekonomi berputar di kampung sendiri, tanpa bergantung pada pasokan luar.
Layanan Menembus Pulau
SPPG Asei Besar diproyeksikan melayani hampir 4.000 anak sekolah dari 35 sekolah, mulai dari PAUD hingga SMA. Tak hanya di pesisir, layanan ini menjangkau pulau-pulau kecil di tengah Danau Sentani.
Untuk itu, tiga speedboat milik warga disewa permanen. Setiap pagi, perahu-perahu itu mengangkut kotak makanan bergizi, menembus kabut dan riak air danau, hingga sampai ke dermaga sekolah. Dalam sebulan, pemilik speedboat bisa meraup penghasilan jutaan rupiah—bukti nyata bagaimana dapur ini menghidupkan ekonomi lokal.
Namun perjalanan distribusi tak selalu mulus. Angin kencang kadang memaksa perahu berhenti, atau mesin mogok di tengah danau. Meski begitu, tim sudah menyiapkan antisipasi agar anak-anak tetap menerima makanan tepat waktu.
Lebih dari Sekadar Dapur
Yang membuat SPPG Asei Besar berbeda adalah laboratorium protein hewaninya. Setiap ikan dan daging diperiksa ketat, dipastikan tidak lebih dari seminggu sejak produksi. Peralatan modern digunakan agar higienitas dan kualitas gizi terjaga hingga ke meja makan anak sekolah.
Menurut Bupati Jayapura Yunus Wonda, program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini bukan hanya soal anak-anak kenyang. “Kita bicara roda ekonomi masyarakat yang ikut hidup. Nelayan, petani, pemilik speedboat, ibu-ibu kampung—semua terlibat. Inilah ekonomi baru yang kita harapkan,” ujarnya.
Harapan dari Tepi Danau
Kini, persiapan menuju peresmian memasuki tahap akhir. Tembok dapur sudah dihiasi lukisan khas Sentani, simbol kebanggaan budaya lokal. Setelah diluncurkan, pihak sekolah dan orang tua akan diajak melihat langsung proses memasak agar kepercayaan publik terjaga.
“Nanti orang tua bisa lihat sendiri. Yang memasak adalah mama-mama kita, bukan orang jauh. Anak-anak makan dari tangan orang tuanya sendiri,” kata Yunus Wonda.
Bagi Hesty Imelda Kere, kebahagiaan terbesar adalah saat paket gizi benar-benar sampai di sekolah-sekolah terpencil, terutama di pulau-pulau kecil. “Banyak anak berangkat sekolah tanpa sarapan. Kalau mereka bisa belajar dengan perut kenyang, itu bukan sekadar makan, tapi investasi besar untuk masa depan Papua,” ucapnya dengan suara bergetar.
Saat matahari siang memantul di permukaan Danau Sentani, bangunan biru itu berdiri sebagai simbol harapan baru. Dari dapur kampung berstandar nasional, sebuah perubahan besar sedang dimulai: anak-anak Papua tumbuh sehat, sementara ekonomi lokal berputar kencang.
Oleh Agustina Estevani Janggo. (ANTARA)






