MINANGKABAUNEWS.com, PADANG –Pemerintah Indonesia secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh bangsa, salah satunya adalah Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah. Penetapan ini disambut positif oleh kalangan ulama, salah satunya Buya Gusrizal Gazahar dari Sumatra Barat.
Buya Gusrizal menegaskan bahwa gelar “Syekhah” yang telah diberikan Universitas Al-Azhar, Mesir, kepada Rahmah El Yunusiyah pada 1957 sudah menjadi pengakuan internasional atas kontribusinya. “Pengukuhan ini ibarat ‘pati ambalau’, penyempurna dan pengukuh atas penghargaan yang sudah mendunia tersebut,” ujarnya.
Siapa Rahmah El Yunusiyah?
Rahmah El Yunusiyah (1900-1969) bukanlah tokoh biasa. Ia adalah seorang pelopor pendidikan Islam bagi perempuan dan pejuang kemerdekaan yang tak kenal lelah. Ketidakpuasannya terhadap sistem pendidikan yang mencampurkan siswa laki-laki dan perempuan pada masanya mendorongnya untuk mengambil langkah berani.
Dengan dukungan kakaknya, Zainudin Labay El Yunusy, pada 1 November 1923, Rahmah mendirikan Diniyah Putri. Lembaga pendidikan ini tercatat sebagai sekolah agama Islam pertama untuk perempuan di Indonesia, yang kini berkembang dari tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah tinggi.
Lebih dari Sekadar Pendidik: Pejuang di Medan Perang
Dedikasinya tidak berhenti di ruang kelas. Saat Revolusi Nasional Indonesia bergolak, Rahmah turun langsung ke medan perang. Ia memelopori pembentukan unit logistik untuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Padang Panjang, menyediakan makanan, obat-obatan, bahkan membantu pengadaan senjata.
Akibat perjuangannya, Belanda menangkap dan memenjarakannya pada 7 Januari 1949. Semangat revolusinya terus menyala hingga ia memilih bergerilya mendukung PRRI, meski sebelumnya terpilih sebagai anggota DPR pada 1955.
Warisan yang Menginspirasi Dunia
Kiprah Rahmah bahkan melampaui batas negeri. Keberhasilan Diniyah Putri menginspirasi Universitas Al-Azhar untuk membuka Kulliyatul Banat, fakultas khusus perempuan. Kunjungan Imam Besar Al-Azhar ke sekolahnya pada 1955 menjadi pendahulu bagi penghormatan tertinggi universitas ternama itu. Pada 1957, Rahmah dianugerahi gelar kehormatan “Syekhah”, sebuah gelar yang saat itu belum pernah diberikan kepada siapapun.
Kini, setelah sebelumnya dianugerahi Bintang Mahaputra Adipradana (2013), gelar Pahlawan Nasional menjadi mahkota terakhir yang mengukuhkan posisinya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah pendidikan dan perjuangan perempuan Indonesia. Kisahnya adalah bukti bahwa semangat membara seorang Rahmah El Yunusiyah mampu meruntuhkan tembok diskriminasi dan menyalakan obor pendidikan bagi generasi mendatang.






