DARURAT! Padang Dilanda Banjir Beruntun 4 Hari, 27 Ribu Jiwa Terjebak – BPBD: “Ini Beda dengan Tahun-tahun Sebelumnya!”

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Kota Padang kini benar-benar dalam status siaga darurat. Bukan banjir biasa yang datang lalu surut, tapi bencana yang terus berulang setiap hari seperti tak ada habisnya. Lebih dari 27 ribu jiwa kini hidup dalam ketidakpastian, tidak tahu kapan air akan kembali mengepung rumah mereka.

Jumat malam (28/11/2025), Pemerintah Kota Padang akhirnya mengambil langkah darurat dengan mendirikan Posko Penanggulangan Bencana Alam di seluruh kelurahan. Posko komando utama langsung dipusatkan di Rumah Dinas Wali Kota Padang di Jalan Ahmad Yani, menunjukkan keseriusan penanganan krisis ini.

Read More

“Kami dirikan posko di setiap kelurahan untuk memastikan tidak ada warga yang kelaparan atau kehilangan akses bantuan. Ini situasi darurat yang membutuhkan respons cepat,” tegas Kepala Pelaksana BPBD Kota Padang, Hendri Zulviton.

Yang membuat situasi semakin mencekam adalah pola bencana yang aneh kali ini. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana banjir datang sekali lalu pergi, kali ini air datang berulang-ulang seperti gelombang tak berujung.

“Ini yang kami sebut sebagai bencana berlanjut. Kemarin banjir lalu surut, hari ini banjir lagi. Besok surut, lusa banjir lagi. Warga tidak punya waktu untuk bernapas lega,” jelas Hendri dengan nada prihatin.

Lima kecamatan kini menjadi zona merah: Nanggalo, Pauh, Kuranji, Padang Utara, dan Koto Tangah. Di wilayah-wilayah ini, personel BPBD masih berjibaku membantu evakuasi warga yang rumahnya terendam berulang kali.

Data yang dihimpun BPBD sejak Senin (24/11) hingga Jumat siang mencatat kerusakan yang mengkhawatirkan: 12 rumah rusak berat hingga tak layak huni, 86 rumah rusak sedang, dan 90 rumah rusak ringan. Belum lagi lima jembatan yang ambruk dan tiga sekolah dasar yang hancur diterjang arus.

Yang lebih parah, distribusi air bersih dari PDAM Padang juga terhenti total. Ironi yang menyakitkan—dikelilingi air banjir tapi tak punya air bersih untuk diminum.

Seorang ibu rumah tangga di Kecamatan Nanggalo, Rina, menceritakan pengalaman mengerikannya. “Sudah empat hari kami seperti hidup di atas ranjau. Pagi banjir, sore surut, malam banjir lagi. Anak-anak sudah trauma, Pak. Setiap dengar suara hujan deras, mereka langsung menangis ketakutan,” ujarnya sambil menggendong balitanya yang rewel.

Hendri Zulviton menjelaskan, bencana beruntun ini dipicu oleh intensitas hujan yang luar biasa tinggi dan terus-menerus mengguyur Padang setiap hari. “Cuaca sedang hingga lebat terus terjadi tanpa jeda. Tanah sudah jenuh, sungai-sungai sudah meluap maksimal. Ini kondisi kritis,” jelasnya.

Meski begitu, ia memastikan bahwa jumlah pengungsi permanen tidak terlalu banyak. Sebagian besar dari 27 ribu jiwa yang terdampak memilih bertahan di rumah masing-masing sambil berharap banjir benar-benar surut.

Namun harapan itu kian tipis seiring prakiraan cuaca yang memprediksi hujan akan terus berlanjut dalam beberapa hari ke depan.

Posko-posko yang kini beroperasi di seluruh kelurahan bekerja 24 jam nonstop. Mereka tidak hanya menyalurkan makanan dan logistik, tapi juga menjadi tempat warga mencari informasi dan perlindungan saat air kembali naik.

“Kami tidak akan meninggalkan warga sendirian. Selama bencana ini berlanjut, kami akan terus berada di lapangan,” tandas Hendri.

Padang kini berpacu dengan waktu. Antara hujan yang tak kunjung reda dan harapan yang mulai menipis, perjuangan melawan bencana berlanjut terus berlangsung.

Related posts