Demi Kopi dan Kehangatan, Wagub Sumbar Turun Langsung ke Lokasi Banjir!

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Di tengah genangan air yang masih mengepung pemukiman warga Batu Busuak, sosok Wakil Gubernur Sumatera Barat Vasko Ruseimy hadir membawa harapan. Selasa sore (25/11/2025), pria yang akrab disapa Vasko itu langsung menuju posko pengungsian SMP 44 Padang, tempat ratusan warga korban banjir mengais ketenangan.

Luapan Sungai Batu Busuak telah memaksa 341 warga dari 120 kepala keluarga di Kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan Pauh meninggalkan rumah mereka. Posko pengungsian yang didirikan darurat di sekolah menengah tersebut kini menjadi rumah sementara bagi mereka yang kehilangan tempat berteduh.

Read More

Vasko tidak datang dengan tangan kosong. Bantuan senilai lebih dari Rp 31,9 juta yang dikoordinasikan Dinas Sosial dan BPBD Sumbar langsung diserahkan kepada para pengungsi. Bantuan tersebut mencakup 40 paket makanan anak, 50 paket makanan siap saji, 66 lembar selimut, hingga kebutuhan dasar seperti air mineral, mie instan, bahkan kopi dan gula untuk mengembalikan kehangatan di tengah ketidakpastian.

“Prioritas kita sekarang sederhana tapi krusial: pastikan perut mereka kenyang, badan hangat, dan anak-anak tetap terlindungi,” ujar Vasko dengan tegas di hadapan para pengungsi.

Wagub yang dikenal turun langsung ke lapangan ini juga membawa pesan serius kepada warga yang masih nekad bertahan di rumah mereka meski air terus naik. Dengan cuaca yang tidak menentu dan prediksi hujan yang masih berlanjut, Vasko memperingatkan agar warga tidak mengambil risiko.

“Nyawa tidak bisa diganti. Kalau kondisi sudah tidak aman, jangan berpikir dua kali untuk mengungsi,” tegasnya.

Koordinasi lintas instansi pun terus diperketat. Vasko langsung menginstruksikan seluruh perangkat daerah, BPBD, hingga jajaran Pemkot Padang untuk memastikan penanganan darurat berjalan tanpa hambatan. Data terkini dari BPBD menunjukkan debit air di sejumlah titik masih tinggi, sehingga kewaspadaan maksimal tetap menjadi kunci.

Banjir Batu Busuak menjadi pengingat bahwa alam tidak bisa ditawar. Di balik genangan dan tangis pengungsi, ada harapan yang terus dijaga—bahwa bantuan akan terus datang dan kehidupan bisa kembali normal.

Related posts