Demokrat Gelar Rakerda dan Bimtek di Padang: Merajut Strategi Panjang, Menakar Jalan Menuju Pemilu 2029

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, FEATURE –Langit Padang siang itu berwarna biru pucat, dengan awan-awan tipis yang seolah enggan bergerak. Di sebuah hotel di pusat kota, bendera biru Partai Demokrat berkibar, menandai sebuah perhelatan penting: Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dan Bimbingan Teknis (Bimtek). Dari luar, barisan mobil dinas dan pribadi terparkir rapat, seakan menjadi saksi bisu bahwa Demokrat Sumatera Barat tengah bersiap merapikan barisan, meneguhkan langkah menuju pertarungan besar: Pemilu 2029.

Di dalam ruangan, udara dingin dari pendingin ruangan bertabrakan dengan hangatnya semangat kader. Kursi-kursi terisi penuh. Wajah-wajah serius—sebagian penuh antusias, sebagian lain tampak menimbang-nimbang masa depan—menghadap panggung. Ada 76 anggota DPRD Demokrat dari seluruh Sumatera Barat, mulai dari tingkat kabupaten/kota hingga provinsi. Mereka datang bukan sekadar memenuhi undangan, tetapi membawa harapan, kegelisahan, dan tentu saja strategi.

Acara dibuka resmi oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Herman Khaeron, yang hadir mewakili Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Dari podium, Herman berbicara dengan nada yang penuh tekanan: anggota DPRD harus kembali dekat dengan rakyat, harus rajin turun ke dapil, harus menjadi garda depan partai. Kata “harus” diulang-ulang, seolah menjadi mantra yang ditanamkan ke benak seluruh kader.

“Pak AHY berpesan, jangan pernah jauh dari rakyat,” kata Herman. “Karena hanya dengan rakyat, Demokrat bisa kembali besar, sebagaimana masa kejayaan ketika Presiden SBY memimpin negeri ini.”

Dari Formalitas ke Tekad Kolektif

Di banyak partai, Rakerda sering dipandang sebagai agenda rutin—sekadar formalitas tahunan dengan laporan kegiatan dan seremonial yang kaku. Namun di Padang kali ini, ada semacam energi lain. Doni Harsiva Yandra, Sekretaris DPD sekaligus ketua pelaksana, menyebut acara ini “titik awal strategi besar menuju Pemilu 2029.” Kata-katanya sederhana, tapi nada suaranya mengandung tekad: Demokrat tak ingin hanya jadi penonton, mereka ingin kembali masuk ke gelanggang besar politik nasional.

Bimtek yang berjalan beriringan dengan Rakerda pun tidak sekadar mengajarkan tata kelola administrasi atau regulasi dewan. Materinya diarahkan pada bagaimana anggota DPRD bisa lebih peka, lebih responsif terhadap denyut aspirasi masyarakat. Doni menekankan: “DPRD adalah ujung tombak partai. Kalau mereka lemah, maka seluruh bangunan partai akan goyah.”

Jejak Tokoh Lokal dan Pepatah Minang

Hadir pula sejumlah kepala daerah yang berasal dari Demokrat: Bupati Tanah Datar Eka Putra, Bupati Pasaman Barat Yulianto, dan Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmantias. Kehadiran mereka memberi bobot lebih pada acara ini, menunjukkan bahwa Demokrat Sumbar tak hanya punya wakil di parlemen, tetapi juga di kursi eksekutif.

Di tengah sambutannya, Mulyadi, Ketua DPD Demokrat Sumbar, menyelipkan pepatah Minangkabau: “Sekali air besar, sekali tapian berubah.” Sebuah metafora sederhana namun tajam, yang menggambarkan betapa cepatnya dinamika politik bergerak. Ia ingin menegaskan bahwa Demokrat harus siap beradaptasi, karena air politik Indonesia selalu bergerak liar, dan tapian kekuasaan bisa berubah dalam sekejap.

“Rakerda ini bukan hanya soal Demokrat,” ujar Mulyadi. “Ini soal masyarakat Sumatera Barat. Kita harus ingat, tanah Minang pernah melahirkan tokoh bangsa sebesar Bung Hatta. Dari kampung-kampung, dari lilin-lilin kecil perjuangan itulah kekuatan politik lahir.”

Pernyataan itu terasa seperti teguran halus, bahwa perjuangan politik bukan hanya tentang elite di pusat, melainkan juga tentang kader-kader di daerah yang bekerja senyap, menyapa warga dari pintu ke pintu, pasar ke pasar, surau ke surau.

Menyiapkan Jalan Panjang 2029

Diskusi-diskusi yang mengisi tiga hari acara itu dirancang untuk menyelami bukan hanya angka-angka hasil Pemilu 2024, tetapi juga peta kekuatan baru menjelang 2029. Para peserta duduk dalam kelompok, mencatat, sesekali berdebat, kadang tertawa kecil, tapi lebih sering wajah mereka tegang. Mereka sadar, politik lima tahun mendatang bukan main-main.

Di sela-sela acara, seorang kader muda berbisik, “Kalau kali ini kita tidak serius, Demokrat bisa makin terpinggirkan. Kita harus kembali jadi pemain utama, bukan sekadar penggembira.”

Semangat itu sejalan dengan yang disuarakan Mulyadi. Ia menegaskan bahwa Pemilu 2029 harus jadi panggung Demokrat, bukan hanya di Sumatera Barat, tapi juga secara nasional. “Kita punya kader, punya modal sosial, tinggal bagaimana kita bekerja lebih keras dan lebih strategis,” katanya.

Antara Harapan dan Realitas

Tentu, jalan menuju 2029 tidak mudah. Di satu sisi, Demokrat Sumbar punya modal: 76 anggota DPRD yang tersebar di seluruh daerah, ditambah kepala daerah yang masih aktif bekerja di tingkat kabupaten/kota. Di sisi lain, peta politik selalu cair. Lawan politik datang bukan hanya dari partai besar, tetapi juga dari kekuatan baru yang mungkin lahir dalam lima tahun ke depan.

Namun, semangat yang terasa di ruangan itu adalah keyakinan kolektif. Bahwa meski badai politik bisa datang kapan saja, Demokrat ingin menempatkan dirinya sebagai perahu yang siap berlayar, bukan kapal karam yang tinggal dikenang.

Mulyadi menutup sambutannya dengan suara lantang: “Demokrat Sumbar harus jadi motor penggerak kemenangan nasional. Kita punya potensi, tinggal memastikan ada strategi dan kerja nyata.”

Dan ketika tepuk tangan menggema, terasa bahwa Rakerda kali ini bukan sekadar agenda rutin. Ia lebih mirip ritual politik—sebuah ikhtiar kolektif untuk menyalakan obor panjang menuju 2029.

Related posts