Dr. Albert Perkenalkan Model Pelatihan untuk Wujudkan Pesantren Ramah Anak

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, BUKITTINGGI – Dr. Albert Dt. Bilang, pakar pendidikan Islam, menegaskan bahwa pesantren harus bebas dari segala bentuk kekerasan karena hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai dasar lembaga tersebut. Dalam wawancara dengan media (28/3/2025), ia menekankan pentingnya komitmen pengelola pesantren dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung tumbuh kembang santri.

Albert baru saja meraih gelar doktor dengan predikat cum laude dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi pada 7 Maret 2025. Disertasinya berjudul Pengembangan Model Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk Tim Pengelola Pesantren Ramah Anak berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji yang dipimpin Rektor UIN Bukittinggi, Prof. Dr. Silfia Hanani, M.Si., bersama sejumlah akademisi terkemuka.

Sebagai pengasuh Pesantren Terpadu Serambi Mekkah Padangpanjang dan anggota Majelis Tabligh Muhammadiyah, Albert mendefinisikan pesantren ramah anak sebagai lembaga yang memenuhi hak santri melalui perlindungan, partisipasi aktif dalam pembelajaran, serta fasilitas dan kepemimpinan yang mendukung. “Ini mencakup penyediaan sarana prasarana, layanan inklusif, serta pola asuh yang menghargai hak-hak anak,” ujarnya.

Namun, ia mengungkapkan adanya kesenjangan antara idealisme pesantren dan realitas di lapangan. Data menunjukkan kasus kekerasan, diskriminasi, dan pelanggaran hak anak masih terjadi, bahkan berujung pada gangguan psikologis hingga kematian. “Dalam empat kasus tragis, pelakunya justru teman sebaya korban, seringkali dipicu tuduhan pencurian barang pribadi,” tambah dosen Universitas Deztron Indonesia itu.

Merujuk data 2017–2019, korban kekerasan di pesantren melibatkan 47% laki-laki dan 53% perempuan, sementara 98% pelaku adalah laki-laki. Menanggapi hal ini, Albert merancang Model PE-ADI, sebuah pendekatan pelatihan berbasis empat tahap: Pemahaman, Eksplorasi, Aktualisasi, Demonstrasi, dan Improvisasi. Model ini bertujuan meningkatkan kapasitas pengelola pesantren dalam menciptakan lingkungan yang bermartabat, aman, dan nyaman bagi santri.

“Melalui PE-ADI, kami berharap dapat meminimalisir kekerasan sekaligus mendorong praktik pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai pesantren,” harap Albert. Inovasinya diharapkan menjadi solusi konkret bagi tantangan yang dihadapi lembaga pendidikan Islam tradisional ini.

Related posts