MINANGKABAUNEWS, INTERNASIONAL — Setelah lengser pekan lalu, Yossi Cohen selaku mantan kepala badan intelijen Israel, Mossad, terus menjadi sorotan karena berbagai pernyataan kontroversialnya, salah satunya kebingungannya akan sikap Amerika Serikat terhadap China.
“Saya tidak paham apa yang Amerika inginkan dari China. Jika ada yang paham, tolong jelaskan kepada saya. China tidak menentang kita dan bukan musuh kita,” ujar Cohen sebagaimana dikutip Haaretz pekan lalu.
Cohen melontarkan pernyataan ini tak lama setelah Presiden AS, Joe Biden, mendesak penyelidikan lebih lanjut terkait kemungkinan virus corona menyebar dari salah satu laboratorium di Wuhan, China.
Sama seperti Donald Trump, Biden juga mengambil sejumlah tindakan keras terhadap entitas perekonomian China, meski ia membatalkan larangan TikTok dan WeChat.
Menurut Cohen, AS juga sempat mendesak Israel tak mengizinkan China ikut campur dalam program jaringan 5G yang sedang dikembangkan di negaranya.
AS juga menentang kerja sama infrastruktur China di Israel, termasuk proyek terowongan di Haifa, rel kereta di Tel Aviv, dan perluasan Pelabuhan Haifa.
Menurut Cohen, Washington khawatir kehadiran China di Pelabuhan Haifa dapat meningkatkan potensi pengintaian, termasuk pengumpulan informasi mengenai operasi Israel-AS.
AS bahkan sempat menawarkan kerja sama peninjauan keamanan di Pelabuhan Haifa. Namun, Israel menolak tawaran itu karena tak penting.
“Peringatan keamanan mengenai China itu lelucon dan sangat gila. Jika mereka ingin mengumpulkan intelijen, mereka bisa dengan sederhana menyewa apartemen di Haifa ketimbang berinvestasi di pelabuhan,” ucap seorang sumber pemerintahan kepada Haaretz pada 2019 lalu.
Seorang sumber di industri transportasi Israel juga berkata, “China hanya ingin terlibat, dan upaya mereka lebih politis ketimbang ekonomi, yaitu menciptakan kehadiran China di Israel yang masih sangat terbatas ketimbang di belahan dunia lain.”
Selama ini, AS dikenal sebagai sekutu dekat Israel. Pernyataan Cohen yang dilontarkan secara terang-terangan ini pun sempat mengernyitkan dahi sejumlah pihak.
Setelah melontarkan pernyataan ini, Cohen kembali menjadi sorotan karena membeberkan operasi Mossad selama ini terhadap program nuklir Iran.
Dalam wawancara program investigasi Channel 12, Cohen membocorkan berbagai operasi, salah satunya pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh, dan sabotase situs nuklir Natanz beberapa waktu lalu.
Cohen menganggap upaya Israel mencegah para ilmuwan Iran itu berdampak pada program nuklir negara itu.
Ia juga menyebut beberapa ilmuwan utama telah meninggalkan pekerjaan mereka usai mendapat peringatan, bahkan ultimatum secara tidak langsung oleh Israel.
“Jika para ilmuwan itu ingin mengubah karier mereka dan tidak ingin melukai kita lagi, maka, ya, beberapa kali kita menawarkan mereka jalan keluar,” kata Cohen dalam wawancara tersebut.
Cohen juga membeberkan berbagai operasi lain, termasuk pencurian berkas program nuklir Iran yang kemudian dikirimkan ke Tel Aviv.
“Penting bagi kami agar dunia melihat ini dan memberi tahu Iran bahwa, wahai teman-teman terkasih, pertama, Anda telah disusupi; kedua, kami memata-matai Anda; dan tiga, era kebohongan sudah berakhir,” ujar Cohen. (CN)