Fakultas Ekonomi UM Sumbar Bahas Strategi Investasi Emas di Era Digital

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG– Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat menggelar kuliah umum dan diskusi publik bertajuk “Harga Emas Merajalela, Tetap Menjadi Primadona”, Kamis (19/6). Bertempat di Convention Hall Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Ma’arif, M.A, Kampus I Padang, kegiatan ini menghadirkan dua narasumber dari dunia keuangan dan investasi emas.

Hadir sebagai pembicara, Syahrial, S.Pt, M.Si, CFP, selaku Gold Investment Department Head PT Bank Syariah Indonesia Tbk, serta Muhammad Ichsan, S.H, S.IP, Ketua Bidang 3 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumbar.

Acara yang dimoderatori oleh Tesa Depina Amelia ini juga dihadiri Wakil Rektor III UM Sumbar Dr. Ahmad Lahmi, M.A; Dekan Fakultas Ekonomi Immu Puteri, S.E, M.Si; civitas akademika UM Sumbar; perwakilan BEM Fakultas Ekonomi; Ibu-ibu Aisyiyah Cabang Koto Tangah; serta sejumlah stakeholder lainnya.

Dekan Fakultas Ekonomi, Immu Puteri, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tren harga emas yang terus menanjak justru memperkuat posisinya sebagai aset favorit masyarakat. Menurutnya, ada tiga alasan utama mengapa emas tetap menjadi pilihan: stabilitas nilai intrinsik, kepercayaan di tengah ketidakpastian ekonomi, dan statusnya sebagai pelindung kekayaan sejak lama.

“Kita tidak bisa menghindari gejolak harga emas, tapi kita bisa memanfaatkannya sebagai strategi jangka panjang dalam pengelolaan aset,” ujarnya.

Wakil Rektor III, Dr. Ahmad Lahmi, menilai kegiatan ini sebagai refleksi nyata bahwa dunia akademik tidak hanya berkutat pada teori, tetapi juga peka terhadap dinamika ekonomi. Ia berharap mahasiswa dapat menjadikan momen ini sebagai ruang meningkatkan literasi finansial, memperluas perspektif, serta mengasah nalar kritis dalam menghadapi tantangan global.

Dalam pemaparannya, Syahrial menjelaskan bahwa investasi adalah penempatan dana dalam satu atau lebih aset untuk memperoleh keuntungan di masa depan. Tiga alasan utama investasi menurutnya adalah menghadapi inflasi, menyiapkan masa pensiun, dan mencapai kebebasan finansial (financial freedom). Ia merujuk hasil survei HSBC yang menyebutkan bahwa 90 persen masyarakat Indonesia belum siap secara finansial menghadapi pensiun.

“Emas adalah salah satu jalan menuju kemerdekaan finansial,” tegasnya.

Ia juga memaparkan langkah praktis memulai investasi, mulai dari menentukan tujuan (seperti menikah, pendidikan anak, hingga pensiun), menghitung jangka waktu, memahami profil risiko, menentukan alokasi portofolio, serta melakukan evaluasi berkala agar hasil optimal.

Sementara itu, Muhammad Ichsan menyoroti tingginya permintaan emas yang mencapai 13 ton pada kuartal I 2025. Transaksi digital emas pun melonjak hingga menembus Rp 20 triliun pada April 2025, dengan proyeksi mencapai Rp 70 triliun di akhir tahun.

Ia juga membeberkan 10 aset dengan kapitalisasi pasar terbesar per April 2025, dengan emas berada di posisi teratas (US$22,4 triliun), disusul Apple, Nvidia, Microsoft, hingga Bitcoin.

“Emas adalah aset yang tidak tergantung pada pihak ketiga. Ia diakui secara universal, memiliki likuiditas tinggi, dan menjadi pelindung dari inflasi,” jelas Ichsan.

Menurutnya, generasi muda semakin melirik emas karena sifatnya yang mudah diakses secara digital, nilai stabil, serta minim risiko. Untuk itu, ia menawarkan tujuh strategi cerdas investasi bagi anak muda, mulai dari menyusun rencana, memulai dengan modal kecil, memilih platform digital tepercaya, menerapkan metode Dollar Cost Averaging (DCA), mencermati tren ekonomi global, menghitung risiko penyimpanan, hingga melakukan diversifikasi portofolio.

“Kunci sukses adalah rencana yang jelas, disiplin, menggunakan platform yang aman, dan tidak terpaku pada satu jenis aset,” tandasnya.

Diskusi ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif yang disambut antusias oleh mahasiswa. Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen Fakultas Ekonomi UM Sumatera Barat dalam memperkuat sinergi akademik dan dunia nyata di tengah geliat ekonomi digital. (TIA)

Related posts