Flashback Masa Kecil, Apa Kalian Masih Memainkan Permainan Tradisional Minangkabau Ini?

  • Whatsapp
patok lele
Ilustrasi patok lele (Foto: Mediapijar.com)

Oleh: Ranika Ralnandes

Ada begitu banyak permainan tradisional yang berasal dari Sumatera Barat yang sampai kini masih tetap dipermainkan, baik itu dari kalangan anak-anak, para remaja hingga orang dewasa dengan tujuan untuk menghibur anak-anaknya. Permainan ini sudah menyatu dalam diri masyarakat minang, hingga permainan ini tak mudah untuk memudar apalagi terlupakan.

Read More

Namun, tak semua permainan yang biasa dipermainkan masyarakat minang berasal dari Budaya Sumatra Barat, ada juga dibeberapa permainan tradisional Minangkabau yang memiliki kesamaan dengan permainan dari provinsi lain hanya saja perbedaannya dapat dilihat dari namanya saja, sedangkan dalam tata cara dan alat-alat yang dipergunakan tetap sama. Bisa dikatakan permainan tersebut hampir terdapat di semua provinsi di Indonesia.

Dimasa Gaduh-gaduh nya zaman modernisasi dan perkembangan teknologi, kita dapat melihat dan berpendapat mengenai peralihan budaya didaerah masing-masing, utamanya menyangkut permainan yang dimainkan pada zaman-zaman dulu. Anak-anak pada zaman sekarang banyak mengikuti trend, sehingga hal ini dapat melunturkan rasa cinta pada budaya, ditambah dengan begitu cerdiknya mereka dalam penggunaan teknologi zaman sekarang contohnya seperti smartphone.

Pada masa sekarang sangat sulit atau sedikit bisa melihat anak-anak memainkan permainan Tradisional asal Sumatra Barat ini. Di zaman-zaman sekarang para anak-anak lebih suka menyibukkan diri dengan gadget, tak lain tujuannya hanya untuk bermain game dan bersosmed. Baiklah, kita langsung saja ke inti rangkuman. Berikut, ulasan selengkapnya.

Badia batuang

Permainan Tradisional pertama dari Sumatera Barat yaitu Badia batuang. Yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu “Meriam bambu”. Orang-orang Minangkabau tak hanya menyebutnya sebagai Badia batuang, namun ada nama lain juga yang biasa disebut orang-orang Minangkabau yaitu ” Dadantuang “, yang diambil dari kata ” Berbunyi keras “, tepat seperti yang dikira dimana bambu besar ini dapat mengeluarkan suara yang amat keras.

Bambu sembilang/Bambu besar disering dijumpai dan banyak terdapat di dalam hutan. Dalam cara pembuatan permainannya agar menghasilkan suara yaitu dengan cara memotong bambu dengan ukuran 2-3 meter, kemudian lubangi bagian pangkal bambu dengan bentuk persegi dengan ukuran 3-4 cm, masukkan sumbu dari kain serta minyak tanah kedalamnya.

Cara memainkannya yaitu, dengan cara memanaskan bambu terlebih dahulu, cara memanaskan nya cukup dengan menghidupkan api didalam lubang kecil yang tadinya sudah dimasukkan sumbu dan minyak tanah. Jika sudah terasa panas, barulah meriam sudah dapat dipakai.  Cara memakainya adalah, dengan mengambil sebilah kayu kecil, nyalakan api dan dekatkan ke lubang sumbu tadi, maka lubang itu akan menangkap api dan akan menghasilkan suara keras di ujung bambu

Karena tak sanggup untuk menahan dentuman suara keras yang dihasilkan, Tak jarang hal itu membuat bambu jadi terbelah. Sebenarnya permainan termasuk berbahaya, karena dapat membuat cidera, atau hal-hal tak diinginkan lainnya. Setelah meletus hendaknya kita harus mematikan api di dalamnya terlebih dahulu.

Mancik-Mancik

Permainan Tradisional Sumatera Barat berikutnya bernama Mancik-Mancik atau kerap di ucapkan dengan kata Cumancik. Dalam bahasa Indonesia nya permainan ini bernama Petak umpet. Mancik diartikan sebagai tikus. Permainan ini dulunya sangat populer dan tersohor di Minangkabau.

Permainan nya cukup mudah. Cara nya yang pertama yaitu, dengan melakukan “hompimpa” Dengan tujuan untuk menentukan siapa yang kalah alias yang akan bertugas mencari para pemain lain setelah para pemain bersembunyi, Jika sudah ditentukan siapa yang kalah atau yang akan menjaga. Setelah itu, pemain lain akan mencari tempat bersembunyi disertai si penjaga mulai menghitung, biasanya hitungannya bisa dari 10-100 hal itu tergantung dari kesepakatan para pemain, dan si penjaga atau yang kalah tadi menutup mata dengan cara menyenderkan kepala ke tembok-tembok rumah, tiang listrik hingga batang kayu.

Setelah hitungan selesai, si penjaga (yang kalah) akan mencari pemain lain satu persatu sampai semua pemain ditemukan. Ketika penjaga berhasil menemukan pemain, maka si penjaga dan pemain yang berhasil ditemukan tadi akan berpacu untuk sampai ketempat penjaga menghitung tadi, siapa yang sampai duluan, akan menepuk objek tersebut. Jika yang bersembunyi lebih dulu menepuk objek, artinya si penjaga gagal.

Sepak Tekong

Permainan selanjutnya yaitu Sepak tekong. Dalam bahasa Indonesia Tekong diartikan sebagai kaleng. Jika dilihat permainan ini hampir sama langkah-langkahnya dengan permainan cumancik tadi, hanya saja perbedaan nya di permainan ini menggunakan kaleng bekas , kerang hingga ranting kayu. Media ini akan dibentuk seperti segitiga. Masing-masing pemain sudah menyediakan atau memegang satu sandal

Sendal ini digunakan untuk melempar kaleng tadi dengan tujuan kaleng tadi bisa jatuh. Jika yang bersembunyi berhasil melempar hingga membuat kaleng jatuh, maka si pemain diperbolehkan lagi untuk bermain, sedangkan si penjaga harus segera menyusun kaleng hingga membentuk segitiga lagi. Permainan ini dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok yang satu bertugas untuk bersembunyi dan kelompok lainnya bertugas untuk menjaga

Kelompok kedua tidak akan dapat bermain sebagai pemain yang bersembunyi sebelum mereka semua berhasil mengalahkan para pemain yang bersembunyi. Begitulah seterusnya. Jika di permainan cumancik pemain harus menepuk media untuk menyender saat berhitung,lain hal dengan sepak tekong ini. Si pemain yang bersembunyi diuntungkan dapat menyentuh media dari jarak jauh hanya dengan melempar sandal yang sudah dipersiapkan. Namun jika kaleng tidak jatuh, dia dinyatakan gagal karena pasti didahului oleh si penjaga.

Petok / Tok Lele

Permainan selanjutnya yaitu Petok/Tok lele. Tidak semua daerah di Sumbar dapat ditemukan permainan ini. Kalaupun ada, mungkin permainan ini memiliki nama yang berbeda.

Langkah-langkah  Permainan ini dimulai dengan menyiapkan satu lubang yang berbentuk segitiga, di kedalaman sekitar 10 cm. Alat yang dipergunakan yaitu dua buah kayu seukuran tangkai sapu, kayu yang pertama dengan ukuran panjang 80 cm, dan kayu lainnya berukuran sepanjang 20 cm. Kayu yang ukurannya lebih panjang dipergunakan sebagai alat pemukul untuk memukul kayu yang lebih pendek, setelah kayu yang pendek dilemparkan keatas. Setelah kayu dipukul maka kayu tersebut akan ditangkap oleh pemain lawan.

Permainan ini termasuk permainan yang cukup berbahaya, karena tidak ada yang tahu sebesar apa kekuatan yang dikerahkan pemain untuk memukul kayu ,sehingga lemparan kayu akan sangat kencang dan kuat. Jika mengenai badan atau area lain, hal ini dapat memberikan dampak buruk dan bisa berakibat fatal bagi tubuh. Walaupun begitu,permainan ini tetap berkembang pada zaman dulu, meski zaman sekarang sangat sedikit anak-anak yang memainkan permainan ini.

Cakbur

Permainan Tradisional Sumatera Barat selanjutnya yaitu Cakbur. Tidak disemua daerah di Sumatera Barat terdapat permainan ini, di tempat lain permainan ini memiliki nama yang berbeda, tapi ada sedikit dari cara memainkannya yang berbeda

Permainan ini terdiri atas dua kelompok, kelompok satu sebagai pemain, dan kelompok lainnya sebagai penjaga. Sebelum permainan dimulai,kita harus membuat garis persegi panjang, dan didalamnya terdapat garis-garis kecil lainnya yang membatasi. Selanjutnya pemain penjaga akan berdiri di garis-garis yang sudah digambar tadi, sedangkan yang bermain harus berusaha melewati si penjaga tanpa tersentuh. Hasil akhir dari permainan ini yaitu, salah satu pemain yang bermain berhasil melewati garis akhir tanpa tersentuh oleh pemain penjaga, dan apabila si pemain yang bermain tersentuh oleh penjaga, maka kelompok nya akan berganti tugas sebagai penjaga

Permainan ini tak begitu luntur seperti permainan lainnya, karena saat sekarang ini masih terdapat anak-anak yang bermain permainan ini, dilain hal permainan ini memiliki banyak manfaat, dimulai dari kerjasama kelompok, melatih kelincahan, dan juga dapat menyehatkan tubuh.

Lompek Tali

Permainan Tradisional Sumatera Barat selanjutnya yaitu Lompek Tali, atau jika diartikan sebagai lompat tali. Permainan ini masih sering dimainkan hingga saat ini, karena memang terlihat menyenangkan dan juga tak begitu ketinggalan zama. Meski identik dengan permainan perempuan, namun tak jarang juga dimainkan oleh laki-laki.

Biasanya anak-anak memanfaatkan waktu istirahat nya disekolah untuk memainkan permainan ini, karena dizaman itu anak-anak perempuan masih menggunakan rok selutut dan tak menggunakan hijab, sedangkan anak laki-laki masih menggunakan celana pendek selutut. Sehingga, seragam sekolah tidak jadi penghambat untuk anak-anak memainkan permainan ini. Lain hal dengan masa sekarang ini, dimana anak-anak perempuan diwajibkan memakai rok panjang disertai hijab yang menutupi kepala.

Alat yang dipergunakan dalam permainan ini cukup bermodalkan karet gelang, cara membentuk nya agar bisa panjang, cukup dengan mengikat karet satu persatu hingga membentuk untaian yang panjang

Cara mainnya tak begitu sulit. Yaitu dengan cara dua orang bertugas sebagai pemutar karet dengan memutar karet sesuai arah jarum jam. Kemudian pemain lainnya bertugas melompat di dalam putaran karet itu, dan tanpa membuat karena itu berhenti berputar, jika tubuh mengenai tali dan membuat nya terhenti untuk berputar, maka pemain tersebut dinyatakan gugur.

Main Gundu

Permainan Tradisional Sumatera Barat selanjutnya adalah Gundu, dengan bermodalkan satu batu berukuran satu kepalan tangan, berbentuk pipih seperti piring. Batu yang pipih ini bertujuan agar gampang dilempar selayaknya kita bermain DiskFrisbee.

Permainan ini terdiri atas dua kelompok, kelompok pertama sebagai pemain dan yang lainnya bertugas untuk menyusun gundu-gundunya hingga berdiri di garis yang sudah disediakan. Kemudian pemain akan melepaskan gundu ke arah garis depan tujuan gundukan gundu tadi terjatuh, sehingga gundu tersebut keluar dari garis.

Engklek

Permainan Tradisional Sumatera Barat selanjutnya yakni Engklek. Di daerah saya biasa disebut sebagai lapak. Di dalam permainan ini keseimbangan dan ketangkasan pemain benar-benar diuji

Sebelum dimulainya permainan, Kita diharuskan untuk membuat beberapa garis sesuai dengan kesepakatan sebelum bermain. Kemudian buat garis setengah lingkaran dibagian ujung garis, sebagai pijakan terakhir / finish. Permainan ini terdiri dari dua orang pemain. Tiap-tiap pemain memanfaatkan satu buah batu yang ditujukan untuk dilemparkan kedalam kotak secara berurutan

Setelah itu, pemain akan memulai permainan dengan mengangkat satu kaki dan memanfaatkan satu kaki lainnya sebagai tumpuan, dengan syarat tidak boleh mengenai atau masuk kedalam Kotak yang berisi batu yang dilemparkan atau masuk ke daerah lawan. Pemain dinyatakan gugur jika batu yang dilemparkan mengenai garis, terjatuh dan sampai mengenai garis atau daerah lawan. Permainan Lapak ini bisa melatih konsentrasi dan keseimbangan kita.

Kelereng

Permainan Tradisional Sumatera Barat berikutnya adalah kelereng, yang tak asing ditelinga dari kalangan manapun. Hampir seluruh anak-anak di Indonesia pasti sudah pernah memainkan permainan ini. Permainan yang menggunakan media kelereng ini ada banyak jenis permainan. Diantaranya adalah Main Lobang, main banteng, Kapalo babi, dan masih banyak lagi

Di dalam permainan lobang, pemain bertugas untuk memasukkan kelereng kedalamlobang yang disediakan dengan jarak yang sudah ditentukan, pemain harus memasukkan kelereng kedalam lubang sesuai dengan banyak yang disudah disepakati antara para pemain

Lalu dipermainan Banteng, pemain harus membuat gambar persegi terlebih dahulu, sesuai dengan ukuran yang diinginkan, dalam cara memainkan nya, para pemain cukup menekan kelereng sehingga membuat kelereng berjalan kearah kelereng lawan dan mengenainya, hasil akhir dari permainan ini yaitu kelereng lawan harus keluar dari dalam lingkaran, maka pemain yang menang akan mendapatkan sejumlah kelereng yang sudah disepakati

Selanjutnya dipermainankapalo babi, pemain harus membuat garis memanjang, dan para pemain harus menyediakan sejumlah kelereng sama banyak dengan pemain lain, lalu kelereng itu disusun diatas garis yang sudah dibuat, setelah itu pemain harus menembakkan kelereng sehingga mengenai dan mengeluarkan kelereng yang disusun tadi dari garis, sehingga pemain yang berhasil membuat kelereng yang disusun tadi keluar dari garis maka pemain tersebut dapat mengambil kelereng yang berhasil mereka peroleh sesuai seberapa banyak kelereng yang berada di belakang kelereng yang dikeluarkan dari garis.

Sangat disayangkan permainan khas Minangkabau ini perlahan mulai ditinggalkan seiring bergersernya budaya. Marilah kita melestarikan budaya kita sebelum akhirnya benar-benar hilang.

/* Penulis adalah Mahasiswi Universitas Andalas.

Related posts