Flyover Sitinjau Lauik: Lahan Bersih Oktober, Proyek Rp2,7 triliun ini pakai skema KPBU, target rampung 2027

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Pembangunan flyover Sitinjau Lauik, proyek infrastruktur besar yang telah lama dinantikan masyarakat Sumatera Barat, kini benar-benar mulai terlihat wujudnya. Jalur ekstrem Sitinjau Lauik, yang selama ini dikenal sebagai salah satu titik paling rawan kecelakaan di jalur lintas Padang–Solok, akan segera berubah wajah dengan hadirnya flyover megah senilai Rp2,7 triliun.

Kepala Dinas Bina Marga, Cipta Karya, dan Tata Ruang (BMCKTR) Pemprov Sumbar, Era Sukma, mengungkapkan bahwa progres pembebasan lahan sudah mendekati tahap akhir. “Sebagian besar lahan sudah clear and clean. Untuk kawasan hutan lindung, izinnya sudah keluar, dan saat ini pengukuran batas oleh BPN masih berjalan. Target kita, Oktober semua lahan tuntas,” ujarnya optimistis.

Tak hanya soal lahan, konstruksi fisik di lapangan pun mulai bergerak. Pekerjaan jembatan pertama sudah memasuki tahap pemasangan bored pile, salah satu tahapan krusial dalam pembangunan struktur jembatan. “Kami sudah melakukan peninjauan bersama Kepala Balai dan juga Anggota DPR RI, Andre Rosiade. Target besar kita adalah seluruh proyek ini rampung pada tahun 2027,” jelas Era Sukma.

Proyek raksasa ini menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), di mana pembiayaan seluruhnya ditanggung oleh konsorsium PT Hutama Karya dan HK Infrastruktur. Pemerintah nantinya akan melakukan pembayaran kembali melalui skema availability payment. “Pembiayaan murni dari badan usaha, sementara Kementerian PUPR nantinya yang akan membayar pinjaman sesuai mekanisme KPBU,” tambahnya.

Direktur Utama PT Hutama Panorama Sitinjau Lauik (HPSL), Michael AP Rumenser, menjelaskan bahwa proyek ini akan membutuhkan waktu sekitar 2,5 tahun untuk benar-benar tuntas. Dari total waktu tersebut, enam bulan pertama digunakan untuk proses desain detail, sementara dua tahun berikutnya untuk konstruksi di lapangan.

Meski terlihat singkat, menurut Michael, rentang dua tahun pengerjaan itu sejatinya cukup menantang. “Kondisi medan Sitinjau Lauik ini ekstrem, kemiringannya curam dan struktur tanahnya pun kompleks. Jadi waktu dua tahun untuk konstruksi sebenarnya mepet. Tapi kita tetap targetkan selesai Agustus 2027,” ungkapnya.

Karena itu, ia menegaskan bahwa percepatan pembebasan lahan adalah kunci agar proyek ini tidak tersendat. “Kami butuh dukungan penuh dari pemerintah daerah. Semakin cepat lahan selesai dibebaskan, semakin cepat pula kami bisa bekerja penuh di lapangan. Harapan kami, semua proses berjalan lancar tanpa hambatan,” tuturnya.

Flyover Sitinjau Lauik bukan hanya soal pembangunan infrastruktur fisik, tetapi juga harapan baru bagi masyarakat Sumbar dan pengguna jalan lintas Sumatera. Selama ini, jalur Sitinjau Lauik kerap menjadi momok karena sering memakan korban jiwa akibat kecelakaan. Dengan hadirnya flyover ini, jalur maut itu diharapkan berubah menjadi jalur aman dan efisien, sekaligus memperlancar arus logistik antara Padang dan daerah-daerah lain di Sumatera.

Bagi pemerintah pusat maupun daerah, proyek ini adalah salah satu bukti nyata keberpihakan pada pembangunan kawasan Sumatera. Bagi masyarakat, proyek ini adalah jawaban atas penantian panjang puluhan tahun. Kini, dengan proses lahan yang ditargetkan rampung pada Oktober 2025 dan konstruksi yang terus berjalan, bayangan flyover Sitinjau Lauik kian nyata di depan mata.

Data Proyek Flyover Sitinjau Lauik

  • Nilai proyek: Rp2,7 triliun
  • Skema: KPBU (Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha)
  • Pelaksana: Konsorsium PT Hutama Karya & HK Infrastruktur
  • Status lahan: 90% clear, target tuntas Oktober 2025
  • Pekerjaan fisik: Pemasangan bored pile untuk jembatan pertama
  • Target selesai: Agustus 2027

Related posts