Gadih Minang Bertelanjang di Ajang Internasional, Ustad Asrizal Bentak: Kita Tidak Bisa Terima!

  • Whatsapp
Ustad Asrizal R. Mukhtar , Mubaligh dan Pengurus MUI Sumbar (Foto: Dok. Istimewa)

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Dunia maya mendidih. Sebuah video pendek yang beredar luas menunjukkan seorang gadis muda dengan mahkota di kepala, berdiri anggun di atas panggung internasional. Tapi, bagi sebagian mata di Ranah Minang, yang terlihat bukanlah kebanggaan, melainkan aib. Dia adalah Anna Quanaisha, siswi SMA 1 peraih gelar Miss Teen at Universe 2025, yang menyandang status sebagai Gadih Minang.

Gelar yang semestinya mulia itu kini jadi bumerang. Dari sudut manapun, bagi Ustad Asrizal R Mukhtar, aksi Anna di kontes kecantikan itu tak bisa diterima. “Yang katanya gadih minang. Bertelanjang di muka umum. Ditonton oleh jutaan mata dunia,” tulisnya dalam pernyataan menohok yang viral di media sosial.

Baginya, gelar “Anak Minang” bukan sekadar label genealogis. Ia adalah jubah kebudayaan yang sarat dengan nilai dan filosofi. “Masih pantas kah dia membawa nama besar minangkabau,” tanyanya retoris, “yang berfalsafah adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah?”

Pertanyaan itu bagai pisau yang membelah dua arus pendapat. Di satu sisi, ada kebanggaan atas prestasi anak muda di kancah global. Di sisi lain, ada kegelisahan dalam yang mendalam tentang erosi identitas.

Ustad Asrizal yang juga pengurus MUI Sumbar lalu melontarkan permenungan yang dalam. “Wahai Perempuan Minang, ‘Apa tidak terlalu Berat, jika sebutan Gadih Minang tersematkan kepada seseorang’.” Ia melihat ada benang kusut yang perlu diluruskan: antara “Gadis yang tinggal di Minang, dan Gadis keturunan Minang.”

Kekhawatiran ini bukanlah gertak sambal. Ia adalah jeritan hati yang memanggil para penjaga adat untuk turun tangan. Ustad Asrizal secara khusus menyerukan kepada Ketua Umum Bundo Kanduang Minangkabau dan Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) untuk bersuara lantang. “Agar budaya minang benar-benar tetap lestari.”

Seruan itu tidak berhenti di gerbang adat. “MUI SUMBAR PUN WAJIB BERSUARA,” tegasnya. Seruan ini menegaskan bahwa persoalan ini telah melampaui batas budaya, menyentuh ranah keyakinan dan moral keagamaan.

Tagar #perempuanminang dan #identitasbudaya pun ramai diperdebatkan. Publik menunggu. Apakah lembaga adat dan agama akan menjawab panggilan ini? Ataukah gelombang modernisasi telah mengubah makna menjadi “Gadih Minang” itu sendiri?

Satu hal yang pasti: di balik gemerlap panggung Miss Teen at Universe 2025, di Ranah Minang, sebuah perdebatan serius tentang jati diri baru saja dimulai. Dan Anna Quanaisha, tanpa diduga, telah menjadi pusat badainya.

Related posts