MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Konsep smart city bagi Wali Kota Padang, Fadly Amran, bukanlah deretan aplikasi canggih yang menganggur. Ia membongkar sejumlah persoalan klasik yang justru menjadi ujian sesungguhnya menuju kota cerdas. Dalam Focus Group Discussion (FGD) Smart City bersama Citiasiainc di Gedung Abu Bakar Jaar, Rabu (29/10), Fadly menyampaikan paparan kritisnya.
“Kita sedang menyusun road map menuju smart city Kota Padang. Tetapi, fondasinya harus kita perkuat dulu,” ujarnya membuka diskusi. Fondasi yang dimaksud adalah kepedulian lingkungan dan data yang kongkret di masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Dengan tegas, Fadly menekankan bahwa smart city bukan sekadar bicara aplikasi, melainkan lebih tentang pekerjaan nyata di lapangan. “Apa yang smart di kantor masing-masing? Itu pertanyaan mendasarnya,” tantangnya.
Ia pun memberikan contoh nyata yang sering dilihatnya. “Truk yang parkir di pinggiran jalan Bypass, apa smart solution-nya?” ujar Fadly. Persoalan lain yang ia soroti adalah praktik pungutan liar (pungli) yang belum juga tuntas. “Pajak sudah terverifikasi, penambahan 150 personel Satpol PP dilakukan, tetapi pungli tetap ada,” ungkapnya dengan blak-blakan.
Solusi jangka panjang, menurut Fadly, terletak pada cara kerja yang cerdas. “Cara kerja para OPD harus go smart. Semua harus terdata dan terdigitalisasi dengan baik,” tegasnya. Selain transformasi digital, ia juga menekankan pentingnya komunikasi dan kolaborasi dengan pihak universitas dan organisasi kepemudaan.
Untuk mewujudkannya, Fadly lantas menyodorkan langkah-langkah praktis. Kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH), ia meminta agar sungai-sungai di Padang dipantau kualitas airnya. “DLH harus mengetahui Indeks Kualitas Air. Alatnya murah, cuma Rp 30 juta,” jelasnya.
Tak kalah penting, ia memerintahkan pemasangan sistem pengawasan modern. “Pentingnya kamera pintar di tempat wisata, di lampu merah, dan fasilitas umum lainnya,” tambah Fadly. Kamera-kamera ini diharapkan menjadi mata yang mengawasi keamanan sekaligus mengumpulkan data untuk mengambil keputusan.
Dengan langkah-langkah konkret itu, Fadly berharap Kota Padang tidak hanya mengadopsi teknologi, tetapi benar-benar mengubah pola pikir dan tata kelola pemerintahan menuju kota yang lebih transparan, efisien, dan cerdas bagi warganya. Sebuah cita-cita smart city yang tak hanya hidup di aplikasi, tapi mati di tengah pungli, ia tantang untuk dibuktikan bersama.






