Geger Indonesia & Malaysia Dikepung Nuklir, Ternyata Begini Faktanya

Ilustrasi (Foto: Dok. Istimewa)

MINANGKABAUNEWS, INTERNASIONAL — Pekan lalu pemberitaan dihebohkan dengan ancaman senjata nuklir yang bisa mengelilingi Indonesia dan ASEAN. Kawasan bebas nuklir ini khawatir dengan munculnya kemitraan yang melibatkan Amerika Serikat (AS), inggris dan Australia disebut AUKUS.

Dalam pengumumannya pekan lalu, AS dan Inggris akan membantu Canberra untuk memperoleh kapal selam bertenaga nuklir. Hal itu memungkinkan angkatan laut Australia melawan sejumlah negara yang dianggap ‘musuh’ di kawasan Asia Pasifik seperti China.

Read More

China sendiri menuangkan amarahnya terkait aliansi ini dan menyebutnya ‘proliferasi nuklir’. Negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu menyebut bahwa kerjasama itu telah mengganggu stabilitas Asia Pasifik.

Posisi ASEAN sendiri sebenarnya adalah zona bebas nuklir berdasarkan Traktat Bangkok tahun 1995. Tapi ketegangan antara negara-negara itu, menjepit ASEAN, karena salah satu titiknya adalah Laut China Selatan (LCS).

LCS panas sejak China mengklaim hampir 90% wilayah itu sebagai teritorinya dengan garis putus-putus. Aktivitas militer China yang semakin masif membuatnya bersitegang dengan banyak negara termasuk Filipina, Vietnam, Malaysia bahkan RI di Natuna bagian utara.

Hal ini membuat AS masuk dengan dalih kebebasan navigasi. Sejumlah langkah dilakukan AS, termasuk mengunjungi beberapa negara kunci di ASEAN untuk mendapat dukungan.

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, China diketahui memiliki 350 unit senjata nuklir, ketiga terbanyak setelah AS dan Rusia. Sekutunya yakni Korut juga memiliki senjata mematikan yang sama.

Di belahan Asia lain, sekutu AS melalui aliansi QUAD, India juga memiliki nuklir. Tetangganya Pakistan, juga memiliki senjata ini.

Indonesia dan Malaysia adalah yang kompak meneriakkan kekhawatiran ini. Kedua negara menyerukan dikedepankannya perdamaian bukan konflik.

“Indonesia sangat prihatin atas terus berlanjutnya perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan militer di kawasan,” kicau Kemlu melalui akun Twitter @Kemlu_RI, dikutip Senin (20/9/2021).

“Indonesia mendorong Australia dan pihak-pihak terkait lainnya untuk terus mengedepankan dialog dalam menyelesaikan perbedaan secara damai. Dalam kaitan ini, Indonesia menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 dalam menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan.”

Malaysia sendiri melihat AUKUS bisa menstimulasi tindakan lebih agresif dari negara-negara yang berseteru. Terutama di kawasan LCS.

“Ini akan memprovokasi kekuatan lain untuk juga bertindak lebih agresif di kawasan itu, terutama di LCS,” kata Kantor Perdana Menteri Malaysia dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters.

“Sebagai negara di ASEAN, Malaysia memegang prinsip menjaga ASEAN sebagai Zona Damai, Kebebasan, dan Netralitas (ZOFPAN).”

AUKUS sendiri membuat Korut panas. Sama dengan sekutu dekatnya China, negeri Kim Jong Un menyebut hal itu bisa memicu ‘perang senjata nuklir’ di Asia-Pasifik.

“Ini adalah tindakan yang sangat tidak diinginkan dan berbahaya,” ujar media pemerintah Korut, KCNA, sebagaimana dimuat AFP Senin (20/9/2021).

“Ini akan menganggu keseimbangan strategis kawasan Asia-Pasifik.”

Korut pun mengatakan wajar China mengecam hal ini. Ini, kata Negeri Pertapa, menghancurkan perdamaian dan stabilitas kawasan.

Korut menegaskan bila kesepakatan itu mengancam negerinya, pemerintah tak akan tinggal diam. Pejabat Korut yang tak disebutkan namanya itu bahkan berujar akan mengambil tindakan balasan jika aliansi memiliki dampak ke keamanan Korut, meski kecil.

Berbeda dengan Indonesia dan Malaysia, Filipina justru mendukung AUKUS. Negeri Rotrigo Dutrete itu berharap AUKUS dapat menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik.

“Peningkatan kemampuan sekutu dekat luar negeri untuk memproyeksikan kekuatan harus memulihkan dan menjaga keseimbangan daripada mengacaukannya,” kata Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin dalam sebuah pernyataan Selasa (21/9/2021).

Locsin mengatakan bahwa tanpa kehadiran senjata nuklir yang sebenarnya, langkah AUKUS tidak akan melanggar perjanjian 1995 untuk menjauhkan senjata nuklir dari Asia Tenggara. ASEAN sesuai Traktat Bangkok adalah kawasan bebas nuklir.

“Peningkatan kapasitas militer ‘teman dekat’ dan sekutu ASEAN (adalah) untuk menanggapi ancaman di kawasan atau menantang status quo,” tambah Locsin, tanpa merinci jenis ancaman yang dimaksud.

“Ini membutuhkan peningkatan kemampuan Australia, ditambah dengan sekutu militer utamanya, untuk mencapai kalibrasi itu.”

Filipina sendiri bermasalah dengan China karena klaim teritori ini. Salah satunya Whitsun Reef yang berbentuk bumerang, area yang disebut Beijing sebagai Niu’e Jiao.

AUKUS nyatanya sempat membuat Prancis kecewa. Aliansi yang tercipta antara AS-Inggris-Australia telah membatalkan perjanjian kapal selam nuklir antara Paris dan Canberra. Australia memilih untuk mengembangkan kapal nuklirnya dengan AS.

“Ini benar-benar ‘menusuk dari belakang’. Kami telah menjalin hubungan kepercayaan dengan Australia, kepercayaan ini telah dikhianati,” kata Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian kepada radio France Info dikutip AFP.

“Saya sangat marah hari ini, dan pahit … ini bukan sesuatu yang dilakukan sekutu satu sama lain,” tambahnya.

Le Drian juga mengatakan perilaku pemerintahan Presiden Joe Biden mengingatkan pada pendahulunya Trump yang membuat Eropa jengkel dengan pengambilan keputusan yang terkesan tiba-tiba.

“Keputusan sepihak, tiba-tiba, dan tak terduga ini sangat mengingatkan apa yang akan dilakukan Trump,” tuturnya lagi.

Ketua Dewan Eropa, Charles Michel mempertanyakan loyalitas di antara sekutu. Ia menyebut ada ketidaktransparanan yang terjadi.

“Kami mengamati kurangnya transparansi dan loyalitas yang jelas,” tegasnya dikutip AFP, Selasa (21/9/2021).

Hal sama juga dikatakan Diplomat Tinggi Eropa Josep Borrell. Ia menegaskan kawasan menyatakan sikap solidaritas dengan Prancis.

“Pengumuman (kerja sama kapal selam nuklir AUKUS) bertentangan dengan seruan untuk kerja sama yang lebih besar dengan UE di Indo Pasifik,” tegasnya.

Dalam laporannya, dikutip Kamis (23/9/2021), ABC menyebut Morrison melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Australia tetap akan mempertahankan kewajibannya berdasarkan perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT),” ujar media itu melaporkan.

Ia juga menjelaskan bahwa kemitraan AUKUS akan berkontribusi pada stabilitas dan keseimbangan strategis di wilayah. Tim Morisson juga disebut akan ke Jakarta untuk memberikan penjelasan lebih lanjut.

Sebenarnya, Indonesia bukan satu-satunya negeri yang khawatir. Malaysia juga demikian.

“Proyek itu dapat “memprovokasi kekuatan lain untuk mengambil tindakan lebih agresif di kawasan ini, terutama di LCS,” kata Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri.

Sementara itu, Duta Besar Australia untuk ASEAN Will Nankervis mengatakan AUKUS bukan fakta pertahanan. Ia berjanji AUKUS tak akan mengubah komitmen kepada ASEAN.

Australia tidak memiliki keinginan untuk memperoleh senjata nuklir. Ia menekankan bahwa kapal selam baru yang diusulkan tidak akan membawa hulu ledak nuklir.

“Australia tetap teguh dalam dukungan kami untuk Perjanjian NPT. Australia akan bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional untuk memastikan kepatuhan penuh dengan kewajiban NPT kami sebagai negara senjata non nuklir,” tegasnya lagi.

Related posts