MINANGKABAUNEWS.com, PARAKAN — buah adegan yang jarang terlihat justru terjadi di halaman sekolah SMK 17 Parakan dan berhasil direkam untuk dunia maya. Pada 17 November 2025, seorang guru mengambil langkah tegas yang langsung menyulut badai kontroversi. Bukannya di dalam kelas, pembinaan ini dilakukan di area terbuka, di mana sang guru terlihat menghapus riasan wajah beberapa siswanya satu per satu.
Aksi yang penuh dengan muatan disiplin ini tidak disimpan untuk kalangan internal. Sang guru justru dengan percaya diri mengunggah rekamannya langsung ke akun Instagram pribadi @ikogon_yumurdi. Dalam unggahan yang kini viral itu, terlihat guru tersebut membersihkan makeup para siswa sambil memberikan pembinaan, sebagai bentuk penegakan aturan tata tertib sekolah. Caption singkat yang menyertai, “Tetap menawan tanpa polesan,” seakan menjadi pembenaran sekaligus pemicu debat.
Respon Netizen: Dukungan dan Kritik yang Tajam
Gelombang reaksi pun tak terelakkan. Video tersebut dengan cepat menjadi bahan perbincangan hangat, memecah opini publik menjadi dua kubu yang berseberangan.
Di satu sisi, banyak warganet yang justru bertepuk tangan. Mereka melihat ini sebagai langkah berani untuk mengembalikan citra dan kedisiplinan anak sekolah. Akun bernama na.sofy** dengan tegas berkomentar, “Kembalikan anak sekolah tanpa make up menor,” mewakili suara yang mendambakan kesederhanaan dan kepatuhan pada aturan. Dukungan serupa datang dari akun yualieya** yang memuji penampilan natural para siswa. Menurutnya, tanpa riasan berlebihan, para siswa justru terlihat lebih sesuai dengan usianya dan tidak terkesan “lebih tua”.
Namun, di balik dukungan, muncul pertanyaan-pertanyaan kritis. Banyak yang mempertanyakan metode pembinaan yang dilakukan di tempat umum, yang dinilai dapat mempermalukan siswa di depan teman-temannya. Isu privasi dan trauma psikologis menjadi sorotan. Apakah tindakan “sweeping” makeup di depan umum adalah cara terbaik untuk mendidik, atau justru bentuk pelanggaran terhadap harga diri anak?
Diskusi Publik yang Tak Kunjung Reda
Viralnya video ini telah membuka kotak Pandora mengenai batasan yang tepat dalam mendidik dan menegakkan aturan di lingkungan sekolah. Di mana seharusnya garis demarkasi antara kedisiplinan dan penghargaan terhadap individu siswa? Pendekatan seperti apa yang sebaiknya diambil oleh pihak sekolah agar tujuan pendidikan karakter tercapai tanpa meninggalkan luka?
Hingga berita ini diturunkan, unggahan tersebut terus dibagikan ribuan kali, bertahan sebagai topik panas di berbagai platform media sosial. Setiap share dan komentar baru seakan menambahkan bahan bakar pada diskusi panjang tentang etika pendidikan di era digital.
Satu hal yang pasti: aksi guru di SMK 17 Parakan ini telah sukses memantik sebuah perbincangan nasional yang sangat diperlukan tentang cara kita membentuk dan memperlakukan generasi muda.
Penata Visual: Aksa Zugito






