Ikhtiar Kompol Russirwan Perwira Polisi Polda Sumbar yang Bantu Petani Pascapandemi

  • Whatsapp
Kompol Russirwan, perwira polisi Polda Sumbar yang konsisten dan proaktif membantu petani di Luak Limopuluah. (Foto: Ist)

MINANGKABAUNEWS.COM, LIMAPULUH KOTA – Jemari kedua tangan seorang lelaki berkulit cerah, begitu cekatan memetik buah kacang panjang di sebuah kebun di tepi ruas jalan raya negara Payakumbuh-Bukittinggi, tepatnya di Jorong Piladang, Nagari Koto Tangah Batuhampa, Kabupaten Limapuluh Kota, akhir pekan kemarin.

Memakai baju hitam lengan panjang berlambang merah-putih di bagian lengan, ia terlihat bersemangat memanen hasil kebun tani. Hasil petikannya, kemudian dimasukkan ke dalam keranjang, untuk kemudian dikumpul pada sebuah pondok di pinggir kebun.

Lelaki yang gemar bertani itu bernama Kompol Russirwan, seorang perwira polisi yang bertugas di Mapolda Sumatera Barat. Sebelumnya, ia diketahui pernah menjabat sebagai Waka Polres Limapuluh Kota, serta Kepala Satuan (Kasat) Narkoba di Polres Payakumbuh.

Di tengah kesibukan menjalankan rutinitas dinas sebagai Kasubag Renmin Rolog di Polda Sumbar, Kompol Russirwan di hari libur sering memanfaatkan waktunya mengelola kebun pertanian di Payakumbuh.

“Ini hanya bagian mengisi waktu luang saja, di sela tugas menjadi abdi negara, sambil bertani. Badan sehat, hati pun riang di tengah sawah ini,” kata Russirwan, sambil tertawa ringan ketika dikunjungi wartawan MKN di area pertanian yang terletak di samping SPBU Piladang.

Mengolah kebun kacang panjang itu, Russirwan ternyata tidak bekerja sendiri. Dia bekerja sama dengan petani sekitar untuk menggarap lahan pertanian tidur, yang selama ini tak termanfaatkan.

Ayah-panggilan akrabnya, bercerita bahwa keinginannya untuk mengolah lahan pertanian bermula dari pelatihan yang dilakukan Kapolda Sumbar bersama Kabiro SDM. Dalam kegiatan tersebut, setiap anggota polisi diajak bertani.

Selain untuk ekonomi keluarga juga untuk warga sekitar yang akibat pandemi Covid-19 cukup banyak kehilangan pekerjaan. Dengan adanya lahan untuk diolah, warga yang kehilangan pekerjaan tetap dapat produktif dengan turun ke ladang.

“Dari situ kami antusias bertani dan memanfaatkan lahan tidur. Mudah-mudahan berpengaruh terhadap masyarakat dalam berusaha. Di sini kita memperkerjakan beberapa orang, dengan begitu mereka tetap bisa memberikan sesuatu kepada keluarganya. Mudah-mudahan ini bisa jadi motivasi untuk masyarakat lain,” katanya.

Sebagai modal awal, Kompol Russirwan mengaku menyisihkan sejumlah pendapatannya sebagai perwira polisi untuk kemudian menyewa lahan dan memperkerjakan sejumlah orang di daerahnya.

Hasilnya cukup lumayan, sebelum kacang panjang yang hasil panennya sudah 1,5 ton, di lahan sekitar 1 hektare yang diolahnya itu juga sempat ditanami mentimun dengan hasil panen sampai 5 ton. Hasil panen dipasarkan ke Pakanbaru dan Muaro Bungo. Tidak hanya mentimun dan kacang panjang, di lahan tersebut dia juga menanam cabai dan terong.

“Dengan adanya sinergitas bersama masyarakat, hasil panen kita cukup baik. Bisa jadi tambahan penghasilan untuk pribadi dan juga pekerja di sini,” tambah Russirwan.

Dia berharap, dengan apa yang dilakukannya sebagai perwira polisi aktif yang ikut turun bertani, dia ingin memberikan motivasi kepada seluruh masyarakat untuk tetap giat bertani. Menurutnya, pertanian merupakan salah satu wadah untuk dapat mengangkat perokonomian masyarakat.

“Ingin menunjukkan kepada masyarakat Sumbar, khususnya di Limapuluh Kota bahwa dengan bertani dapat membantu perekonomian keluarga,” jelasnya.

Salah seorang penggarap kebun yang bekerjasama dengan Russirwan bernama Yunzila. Ia adalah warga Jorong Piladang. Rina, istrinya bekerja menyambi sebagai penjual buah durian di tepi ruas jalan raya negara.

Sebelum menanam kacang panjang, Yunzila pernah menanam terung dan timun. Bapak dua anak yang berasal dari Nagari Durian Gadang, Kecamatan Akabiluru itu sebelumnya sangat kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

“Memang, sejak pascapandemi Covid-19 lalu, ekonomi kami sangat terpukul, karena tidak punya biaya lagi untuk memodali kebun. Apalagi, saat ini harga pupuk dan pestisida sangat mahal,” ungkapnya.

Sekitar akhir 2021 lalu, Yunzila mengaku bertemu dengan Kompol Russirwan, yang sudah lama ia kenal sejak Ayah masih bertugas di Polres Limapuluh Kota. Dia bercerita, saat itu perwira polisi itu sedang aktif bertugas menyukseskan program Sumbar Sadar Vaksin (Sumdarsin).

“Saya kebetulan ketemu Ayah Rusirwan di pertigaan Piladang. Kami lalu ngobrol dan saya sampaikan keluhan saya soal modal usaha. Alhamdulillah, Ayah tidak pikir panjang dan langsung berkata kepada saya, jika ia siap membantu,” terangnya.

Yunzila menambahkan, ia sejak lama sangat percaya dengan Kompol Russirwan, bahkan menganggapnya sebagai Bapak sekaligus sahabat sendiri. Bahkan, ketika itu pria yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD) itu pernah diajak oleh anggota Babinkamtibmas untuk ikuti vaksinasi Covid-19.

“Saya awalnya anti dan takut divaksin, karena melihat info yang simpang-siur di media sosial. Karena saya kenal Ayah yang saat itu sedang menjabat Waka Polres, saya tanyakan apakah aman divaksin. Setelah dijelaskan olehnya saya dan keluarga langsung minta divaksin,” cerita Yunzila.

Menurut dia, Kompol Russirwan merupakan seorang sosok polisi yang sangat humanis serta memiliki kepedulian dengan sesama. Sehingga, apabila terbentur persoalan, ia langsung minta nasehat kepada Russirwan.

Untuk mengelola lahan kebun pertanian yang disewa kepada orang lain, Yunzila menyebut memakan biaya modal sekitar 6-7 juta. Dia membuat perjanjian untuk melakukan sistem bagi hasil, dengan pemilik tanah dan Russirwan selaku pemodal.

“Alhamdulillah, satu kali panen satu periode menanam timun, waktu itu panen sekitar 3,3 ton, dengan pendapatan sekitar Rp15 juta. Usaha ini sangat membantu saya bersama keluarga, karena kami untuk pembeli beras buat makan keluarga saja susah,” tutup pria yang mengaku pernah merantau ke Pekanbaru, Riau itu. (akg)

Related posts