MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Anggota DPD RI Irman Gusman menggelar seminar Empat Pilar Kebangsaan MPR RI bertajuk “Ke-Minangkabauan: Merawat Adat, Menjawab Tantangan Zaman” di Auditorium Universitas Metamedia Padang, Sabtu (14/6/2025). Kegiatan ini menjadi wadah penting untuk mengidentifikasi persoalan aktual di ranah Minangkabau, sekaligus merumuskan solusi berbasis nilai-nilai adat dan kearifan lokal.
Seminar Minangkabau ini dihadiri beragam pemangku kepentingan, mulai dari pelaku adat, niniak mamak, LKAAM, bundo kanduang, akademisi, hingga mahasiswa. Turut hadir sebagai pembicara kunci Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Sumbar, Marwansyah, serta Sekretaris Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, Yayat Wahyudi.
Dalam pemaparannya, Marwansyah menyoroti pentingnya membangun sinergi antara nilai-nilai adat dan kebijakan pembangunan. “Adat Minangkabau yang kuat harus menjadi pondasi dalam merumuskan kebijakan di Sumatera Barat. Ini soal identitas dan arah pembangunan,” ujarnya.
Sementara itu, Yayat Wahyudi mengingatkan akan ancaman degradasi budaya di kalangan generasi muda. Ia mendorong berbagai inovasi dalam pelestarian budaya, termasuk melalui digitalisasi kearifan lokal dan penguatan pendidikan adat di sekolah. Ia juga menegaskan bahwa pelestarian adat bukan sekadar kegiatan budaya belaka, melainkan sudah menjadi tanggung jawab konstitusional.
“Urusan adat bukan hanya urusan komunitas, tapi sudah menjadi urusan pemerintahan, bahkan termasuk dalam pelayanan dasar sesuai Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Maka negara wajib hadir,” tegas Yayat.
Irman Gusman, selaku inisiator seminar, menyatakan bahwa nilai-nilai luhur Minangkabau—seperti musyawarah mufakat, gotong royong, dan penghormatan terhadap perempuan (bundo kanduang)—sejalan dengan prinsip Empat Pilar Kebangsaan: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah bukan hanya pegangan hidup orang Minang, tapi juga sangat relevan dengan nilai-nilai kebangsaan kita,” ujar senator RI tersebut. Ia juga menyinggung tantangan modernisasi, seperti melemahnya peran niniak mamak dan hilangnya fungsi surau sebagai pusat pendidikan moral.
Di akhir seminar, peserta merumuskan sejumlah rekomendasi strategis, antara lain:
1. Memperkuat peran bundo kanduang dan pemangku adat dalam pembangunan daerah.
2. Mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam kurikulum pendidikan formal.
3. Mendukung riset dan dokumentasi budaya Minangkabau yang kini semakin tergerus zaman.
Irman Gusman menyatakan komitmennya untuk membawa hasil seminar ini ke tingkat nasional. “Kami akan dorong regulasi yang bisa melindungi eksistensi adat Minangkabau tanpa menghambat kemajuan dan pembangunan,” pungkasnya.






