MINANGKABAUNEWS.COM– Padang, 30 September 2025 Koalisi Aksi Muda Minang (KA2M) yang terdiri dari Lentera Institute dan Menyala Institute menggelar aksi demonstrasi di depan kantor DPW Partai Nasdem Sumatera Barat sebagai bentuk perlawanan moral terhadap tindakan tidak etis yang dipertontonkan oleh salah seorang pengurus partai, Cindy Monica.
Dalam beberapa waktu terakhir, publik dikejutkan oleh aksi Cindy yang mempertontonkan gaya hidup mewah (flexing) di media sosial. Di tengah kondisi bangsa yang sedang dilanda krisis ekonomi, kesulitan rakyat yang kian berat, serta harga kebutuhan pokok yang terus melonjak, sikap arogan seorang bendahara partai yang justru memamerkan kemewahan dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap penderitaan masyarakat.
KA2M menilai bahwa peristiwa ini bukan hanya persoalan gaya hidup pribadi, melainkan juga cermin dari kegagalan partai politik dalam membangun kaderisasi yang berintegritas. Sebagai Bendahara DPW Nasdem Sumatera Barat, Cindy Monica seharusnya tampil sebagai sosok yang sederhana, peka, dan mampu menunjukkan solidaritas moral kepada rakyat. Namun, kenyataannya justru sebaliknya: publik diperlihatkan pada wajah elitis politik yang jauh dari denyut nadi rakyat kecil. Bagi KA2M, tindakan Cindy Monica adalah bentuk kemerosotan etika politik yang tidak bisa dianggap sepele dan tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Dalam aksi tersebut, KA2M mendesak agar DPW Partai Nasdem segera mengambil langkah tegas dengan mencopot Cindy Monica dari jabatannya sebagai bendahara. Sikap arogan yang ditunjukkan melalui flexing di ruang publik sudah cukup menjadi alasan untuk menilai bahwa ia tidak lagi layak mengemban jabatan strategis di tubuh partai.
Selain itu, KA2M menuntut Ketua DPW Nasdem Sumatera Barat untuk menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada masyarakat, sebagai bentuk tanggung jawab moral atas ulah kadernya yang telah mencederai rasa keadilan publik.
Salah satu orator aksi, Edo Arianto selaku Ketua Lentera Institute, menegaskan bahwa kasus ini adalah simbol kegagalan partai politik dalam menghadirkan moralitas di tengah panggung demokrasi.
“Hari ini rakyat Sumatera Barat dipertontonkan oleh wajah asli elit politik yang jauh dari realitas kehidupan masyarakat. Ketika rakyat bersusah payah mencari nafkah, seorang pengurus partai malah sibuk memamerkan harta dan gaya hidup mewah di media sosial.
Apakah ini wajah politik yang mau ditawarkan kepada generasi muda? Apakah ini bentuk pengabdian yang diharapkan dari partai yang mengaku peduli rakyat?”
“Bagi kami, flexing Cindy Monica bukan hanya persoalan pribadi. Ini adalah tamparan keras bagi publik, sebuah bukti nyata bahwa Partai Nasdem gagal melakukan kaderisasi moral dan gagal menanamkan kepekaan sosial pada pengurusnya.
Jika partai masih membiarkan kader seperti ini bercokol di jabatan penting, maka rakyat berhak mempertanyakan komitmen moral Partai Nasdem terhadap rakyat Sumatera Barat,” tegas Edo.
Edo menambahkan bahwa jika Partai Nasdem tidak segera bertindak tegas, maka publik akan menilai bahwa DPW Nasdem Sumatera Barat mengamini sikap arogan dan elitis tersebut. Hal ini tentu akan menjadi catatan buruk yang akan terus diingat masyarakat, terlebih di tengah menurunnya kepercayaan publik terhadap partai politik.
KA2M menegaskan bahwa aksi yang digelar hari ini adalah bentuk peringatan keras, tidak hanya untuk Partai Nasdem, tetapi juga bagi seluruh partai politik di Sumatera Barat.
Politik seharusnya menjadi ruang pengabdian untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, bukan panggung untuk mempertontonkan kekuasaan dan kemewahan. Sikap Cindy Monica hanyalah salah satu contoh nyata betapa rusaknya moralitas politik jika partai membiarkan kadernya jauh dari realitas penderitaan rakyat.
Di akhir pernyataannya, Edo Arianto menutup dengan lantang bahwa suara anak muda Minang tidak akan pernah berhenti untuk mengingatkan dan melawan segala bentuk kesewenang-wenangan elit politik.
“Kami tidak akan tinggal diam. Kami akan terus bersuara, karena suara anak muda Minang adalah suara perlawanan, suara keberanian, dan suara rakyat yang menolak dibungkam oleh gaya hidup hedonis elit politik.
Selama partai politik masih abai pada moralitas, selama kadernya masih sibuk memamerkan kekayaan di tengah derita rakyat, maka kami akan terus berdiri di garda depan untuk melawan,” pungkasnya.






