Kajian Fiqh Buya Gusrizal: Proses Meniti Jalan Menuju Allah, Pentingnya Kesadaran Diri (Al-Yaqazhah)

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat, Buya Dr. Gusrizal Gazahar Dt. Palimo Basa, menyampaikan kajian fikih di sebuah masjid belum lama ini. Dalam kesempatan tersebut, Buya Gusrizal mengupas pentingnya kesadaran diri atau al-yaqazhah sebagai langkah awal dalam perjalanan spiritual menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kesadaran sebagai Titik Awal

Read More

Buya Gusrizal menekankan bahwa seorang hamba yang ingin mendekatkan diri kepada Allah tidak boleh terjebak dalam “tidur” duniawi, yakni keadaan lalai (ghaflah). Allah SWT berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 179:

“Mereka memiliki hati, tetapi tidak mereka gunakan untuk memahami. Mereka memiliki mata, tetapi tidak mereka gunakan untuk melihat. Mereka memiliki telinga, tetapi tidak mereka gunakan untuk mendengar. Mereka seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.”

Menurutnya, kelalaian menyebabkan manusia hanya memperturutkan syahwat, baik itu nafsu makan maupun hasrat duniawi lainnya, tanpa memanfaatkan potensi akal, hati, penglihatan, dan pendengaran yang telah Allah anugerahkan. Padahal, manusia telah dimuliakan oleh Allah sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Isra ayat 70 dengan tubuh yang sempurna, kemampuan berpikir, dan kemampuan mengenali petunjuk.

Bangkit dari Kelalaian

Buya Gusrizal menjelaskan bahwa langkah awal untuk memperbaiki diri adalah menyadari kelalaian yang selama ini terjadi. Proses ini penting sebagai pintu masuk menuju perubahan. Nasihat dan tausiah dari para ulama serta majelis ilmu menjadi sarana untuk menyentakkan seseorang dari tidur panjang kelalaiannya.

Setelah terbangun dari kelalaian, seorang hamba perlu menghadirkan basirah (pandangan hati) agar mampu memahami posisi hidupnya dan menentukan jalan yang benar. Refleksi ini mencakup dua hal utama:

1. Evaluasi diri: Apakah pekerjaan yang dilakukan halal? Apakah tanggung jawab telah dijalankan dengan baik?

2. Kesadaran akan petunjuk Allah: Melihat perintah dan larangan-Nya, serta memahami janji dan ancaman yang telah Allah tetapkan.

Menghadirkan Basirah untuk Menata Hidup

Langkah berikutnya adalah menghadirkan basirah. Ada tiga aspek utama dalam menata basirah:

1. Asma wa Sifat Allah
Dengan memahami sifat-sifat Allah, seorang hamba menyadari bahwa Allah selalu mendampingi dan mengawasi setiap langkah hidupnya.

2. Perintah dan Larangan
Memperhatikan kembali perintah dan larangan Allah, serta mengevaluasi sejauh mana ketaatan yang telah dilakukan.

3. Janji dan Ancaman (Al-Wa’du wa Al-Wa’id)
Menyadari janji pahala dari Allah bagi mereka yang taat dan ancaman siksa bagi yang melanggar, sehingga timbul motivasi untuk terus memperbaiki diri.

Penutup

Perjalanan spiritual menuju Allah dimulai dengan kesadaran diri bahwa hidup tidak semata untuk memenuhi kebutuhan duniawi. Dengan menyadari kelalaian (al-yaqazhah) dan menata pandangan hati (basirah), seorang hamba mampu meniti jalan yang lurus menuju ridha Allah.

Majelis ilmu dan tausiah berperan penting sebagai sarana untuk membangunkan kita dari kelalaian dan mengingatkan akan tujuan hidup yang sejati. Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang sadar dan istiqamah dalam perjalanan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Related posts