Kajian Fiqh Hati bersama Ketum MUI Sumbar Buya Dr. Gusrizal: Pentingnya Kemauan dalam Proses Hijrah Menuju Allah

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Dalam sebuah kajian Fiqh Al-Qulub di salah satu masjid di Padang, Ketua Umum MUI Sumatera Barat, Buya Dr. Gusrizal Gazahar Dt. Palimo Basa, menyampaikan pentingnya kemauan dalam perjalanan spiritual menuju Allah (suluk). Beliau menegaskan bahwa hijrah sejati dimulai dengan kesadaran diri (intibah), yang memunculkan keinginan untuk meninggalkan kelalaian dan berjalan menuju keridhaan-Nya.

Menurut Buya Gusrizal, mengutip pandangan Ibn Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarijus Salikin, perjalanan hijrah membutuhkan tiga tahap utama: kesadaran, kemauan, dan tekad. Berikut penjelasan lengkapnya:

Read More

Tahapan Kemauan dalam Perjalanan Hijrah

1. Kesadaran Diri (Intibah)
Kesadaran adalah langkah awal dalam hijrah. Ketika seseorang menyadari bahwa dirinya berada dalam kelalaian, ia mulai melihat jalan menuju perbaikan. Namun, kesadaran semata tidak cukup; harus ada dorongan dalam hati untuk bergerak. Banyak orang sadar akan kekeliruannya, tetapi tetap terjebak karena kurangnya motivasi untuk berubah.

2. Munculnya Kemauan Awal (Qasad)
Setelah kesadaran, kemauan adalah elemen penting dalam perjalanan ini. Kemauan, walaupun kecil, harus dipupuk melalui majelis ilmu dan nasihat dari para ulama. Imam Al-Harawi menjelaskan bahwa kemauan mulai dihimpun bahkan sejak seseorang melangkahkan kaki keluar rumah untuk menuntut ilmu. Allah mencatat setiap langkah itu sebagai amal di jalan-Nya.

3. Menghadapi Rintangan dan Kesulitan
Kemauan akan diuji oleh berbagai rintangan. Pada tahap ini, seseorang harus mengatasi setiap hambatan yang muncul. Ibn Qayyim menyebut tingkatan ini sebagai qasadun la yalqa sababan illa qata’ah—kemauan yang tak tergoyahkan meskipun menghadapi tantangan. Pada titik ini, seseorang akan mencari solusi dan berusaha keras untuk tetap melangkah di jalan Allah.

4. Tekad Kokoh (Azam)
Tahap tertinggi adalah ketika kemauan berubah menjadi tekad yang bulat. Seseorang pada tahap ini tidak lagi memedulikan pandangan atau pujian dari manusia. Semua tindakannya murni untuk Allah, tanpa ada motif duniawi. Dengan tekad ini, seseorang dapat terus berjalan dalam ketaatan tanpa terganggu oleh godaan.

Hijrah Sebagai Proses yang Berkelanjutan

Buya Gusrizal menekankan bahwa hijrah adalah perjalanan berkelanjutan yang membutuhkan bimbingan ilmu dan lingkungan yang mendukung. Syariat Islam telah menyediakan pedoman yang lengkap untuk setiap waktu dan keadaan, sehingga tidak ada amal yang monoton. Setiap amal memiliki fungsi spesifik yang membantu hamba mendekatkan diri kepada Allah.

“Perbaiki niat, pupuk kemauan, dan hadapi setiap tantangan dengan tekad yang kokoh. Dengan izin Allah, kita akan mencapai tujuan sejati, yaitu keridhaan-Nya,” ujar Buya Gusrizal mengakhiri kajiannya.

Related posts