Oleh: Revi Marta Dasta
Kang Dedi Mulyadi (KDM) dikenal sebagai gubernur Provinsi Jawa Barat. Ia juga seorang konten kreator yang memiliki banyak pengikut di sosial media. “Ngonten” yang dilakukan KDM banyak mendapatkan perhatian serius dari para nitizen. Mantan bupati Purwakarta itu telah membuka mata batin nitizen bahwa ada pemimpin yang langsung terjun mengurai segenap persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Jawa Barat serta memberikan solusinya.
KDM memiliki gaya kepemimpinan sederhana dan humanis. Banyak kalangan yang menaruh harapan agar KDM bisa memimpin Indonesia.
Sebagai kepala daerah, KDM mampu hadir ditengah arus perubahan sosial yang kian kompleks. Memang seharusnya Indonesia sangat membutuhkan pemimpin yang tak sekadar hadir di atas kertas atau tampil dalam seremoni formal belaka.
KDM sering membuat konten, seringkali serius bahkan bisa marah, tetapi juga pintar membuat konten lucu-lucuan. Apalagi ngonten bersama Egi, yang sudah dijadikan anak angkat oleh KDM.
Ia gubernur bersahaja. Tak banyak pejabat yang seperti KDM. Ia tidak terlalu birokratis, tapi mampu memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Ia tak mau menerima laporan anak buahnya. Tapi langsung turun ke bawah.
Di Sumbar gejala KDM mulai tumbuh bersemi dibumi ranah minang. Banyak yang mengidolakan KDM dari berbagai lapisan masyarakat. Hal tersebut terlihat dari komemtar nitizen di sosial media.
Salah satu Akun youtube asal Sumbar yang concern membicarakan KDM adalah Moetwa Official. Akun ini mengupas tuntas tentang KDM dari berbagai persepktif. Disampaikan para pakar dan tokoh dari berbagai profesi mulai dari akademisi, politisi, ulama dan tokoh masyarakat sampai kepada kalangan generasi muda.
KDM diceritakan mirip dengan kepemimpinan minang, yang hanya ditinggikan seranting, didulukan selangkah. Ditinggikan se ranting mengandung makna yaitu sang pemimpin begitu dekat dengan rakyat yang dia pimpin. Bila dia berbicara akan jelas terdengar oleh rakyat yang dia pimpin, tanpa harus punya perantara atau juru bicara yang memungkinkan terjadinya salah penyampaian maupun salah penafsiran. Karena kedekatan antara pemimpin dan yang dipimpin, rakyatpun tak harus berteriak untuk menyampaikan setiap permasalahan yang timbul di tengah rakyat.
Pemimpin tersebut bukanlah orang jumawa yang harus “disembah”, ia juga bisa memiliki kesalahan yang bisa ditegur oleh anak buahnya. Untuk itu pemimpin diminang haruslah merakyat, “tahu raso jo pareso”.
Moetwa Official digagas oleh Afrizal Moetwa. Pensiunan PNS di Kementerian Koordinator Kesra RI. Ia merupakan aktvis islam, pernah menjabat sebagi Ketua Umum Badko HMI Sumatera Barat-Riau.
Afrizal Moetwa, lahir di Sumpur Batipuh Selatan Kab. Tanah Datar Prov. Sumatera Barat, tanggal 01 April 1958. Menikah dengan Musmawita, Ketua Korp HMI Wati (Kohati) HMI Cabang Padang. Memiliki anak empat orang yang semuanya berdomisili di Jakarta.
Sekitar tahun 1983-1985/86 Afrizal Moetwa merupakan salah satu tokoh sentral dalam sejarah perkembangan HMI Kongres HMI ke 16 di Padang 1986, dimana diterimanya Asas Pancasila oleh Peserta Kongres HMI.
“KDM itu Ketua Umum HMI Cabang Purwakarta. Saya Ketua Umum Badko, ada kedekatan emosional yang membuat saya ikut serta membincangkannya” ujar Afrizal Moetwa
Ia mengakui tertarik dengan figur KDM yang merakyat dan cerdas serta memiliki pengalama dalam memimpin pemerintahan, baik di eksekutif maupun legilatif. Afrizal menangkap bahwa figur seperti KDM yang dirindukan oleh masyarakat saat ini
Tidak hanya soal isu KDM, Moetwa Official juga membahas tentang isu-isu penting lainnya yang menjadi pembicaraan publik. Seperti makanan bergizi, konflik Timur Tengah, Pahlawan Nasional dari minangkabau sampai kepada sejarah.




