MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat Dr. Bakhtiar, M.Ag mengingatkan seluruh warga Aisyiyah agar senantiasa menjaga kemurnian ibadah sesuai manhaj Muhammadiyah. Ia menegaskan, dalam urusan ibadah, tidak boleh ada pengurangan maupun penambahan yang menyimpang dari tuntunan syariat.
“Ibadah itu harus tetap tunduk kepada manhaj Muhammadiyah yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis,” pesannya saat menjadi pemateri dalam Training of Trainers (TOT) Mubalighat yang digelar Majelis Tabligh dan Ketarjihan (MTK) Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Sumatera Barat, Kamis (26/9).
Acara yang berlangsung di Aula PWA Sumbar pada 26-28 September 2025 ini dihadiri perwakilan Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) se-Sumbar.
Menurutnya, Muhammadiyah sejak awal berdiri telah berkomitmen menjadikan Al-Qur’an dan hadis sahih sebagai landasan utama dalam beragama. Karena itu, setiap warga, khususnya kader Aisyiyah, diingatkan untuk menjaga konsistensi dalam beramal sesuai prinsip tersebut.
“Kalau dalam urusan muamalah duniawiyah kita boleh kreatif dan berkembang sesuai zaman, tetapi dalam hal ibadah mahdhah tidak ada ruang untuk rekayasa. Semuanya harus sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW,” ujarnya menegaskan.
Ia berharap Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah dapat terus menjadi teladan dalam menjaga kemurnian ibadah, sekaligus menjadi penggerak dakwah pencerahan di tengah masyarakat.
Dr. Bakhtiar juga menyoroti fenomena yang kerap terjadi di internal Muhammadiyah, yakni adanya tarik-menarik interpretasi terhadap Himpunan Putusan Tarjih (HPT). “Tarik menarik dalam penjelasan Tarjih versi individu dan versi pemahaman agama bab lain dapat mempengaruhi cara menyampaikan tarjih menjadi beragam dan ini sering terjadi di tingkat PDM, PCM, dan PRM,” jelasnya.
Dia mengingatkan bahwa mengamalkan Manhaj Muhammadiyah berarti menjalankan keputusan yang telah diputuskan melalui paham keagamaan Muhammadiyah sebagai Manhaj Tarjih. “Hal ini untuk meminimalisir serta menghindari perbedaan yang datangnya dari individu kader Muhammadiyah atau Muballigh Muhammadiyah terhadap kecenderungan dalam memilih rujukan dan referensi keagamaan,” ujarnya.
Dr. Bakhtiar menekankan pentingnya membedakan antara Manhaj Muhammadiyah dengan fatwa personal. “Sebagai warga Muhammadiyah harus mampu membedakan Manhaj Muhammadiyah atau Manhaj tarjih dengan fatwa personal oleh ulama atau Muballigh Muhammadiyah,” tegasnya.
Menurutnya, sering terjadi di kalangan ulama dan mubaligh Muhammadiyah yang berangkat dari pandangan pribadi, bukan mewakili Manhaj Muhammadiyah. “Baik berbentuk video ceramah, tulisan buku, syarah HPT, maupun kajian-kajian lainnya yang bersifat individu-umum,” jelasnya.
Ketua PWM Sumbar ini juga memberikan arahan khusus bagi warga Muhammadiyah Aisyiyah akar rumput. “Sebagai warga Muhammadiyah akar rumput, jamaah, dan kader yang tidak memahami mendalam paham keagamaan alangkah baiknya cukup mengikuti saja dengan taat dan patuh kepada Manhaj Muhammadiyah yakni Manhaj Tarjih yang bersifat taqlidul hikmah,” katanya.
Dr. Bakhtiar menyarankan agar kader Muhammadiyah fokus pada hal-hal produktif. “Fokus untuk membangun amal usaha Muhammadiyah, mengabdikan diri dalam Persyarikatan dan juga menjalankan program kerja atau berpartisipasi dalam kegiatannya,” ujarnya.
Dia mengingatkan bahwa kultur Muhammadiyah adalah belajar dan menjadi pembelajar untuk mendapatkan pencerahan dan kemajuan. “Bukan justru untuk mendapatkan perdebatan apalagi kebencian dalam pemahaman keagamaan,” pungkasnya.






