MINANGKABAUNEWS.com, BUKITTINGGI – Dalam ceramah Subuh yang disampaikan di Surau Buya Gusrizal, Ketua Umum MUI Sumbar, Kamis, (27/3). Buya Dr. Gusrizal Gazahar, menyoroti fenomena menurunnya kekhusyukan dalam salat sebagaimana telah diperingatkan oleh para ulama sejak dahulu. Mengutip riwayat dari Ubadah bin Somit, beliau menjelaskan bahwa ilmu pertama yang diangkat dari manusia adalah ilmu tentang khusyuk.
“Yusiku an tadkhula masjidan fala tara fihi rajulan khasian”, demikian sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ubadah bin Somit. Artinya, “Akan datang suatu masa ketika engkau masuk ke masjid, tetapi tidak lagi menemukan seorang pun yang khusyuk.” Buya Gusrizal mengingatkan bahwa hadis ini telah ada sejak 14 abad yang lalu, namun semakin hari semakin relevan dengan kondisi umat Islam saat ini.
Beliau menjelaskan bahwa khusyuk adalah bagian dari a’mal al-qulub (amalan hati), meskipun secara zahir juga berhubungan dengan ketenangan anggota tubuh dalam ibadah. Dalam kajian bahasa, beliau mengutip pendapat Ibnu Faris dalam Maqayisul Lughah bahwa khusyuk lebih terkait dengan suara dan penglihatan yang tunduk, sedangkan khudu’ lebih banyak digunakan untuk fisik.
Lebih lanjut, Buya Gusrizal mengutip pemaparan ulama seperti Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarijus Salikin dan Ibnu Rajab Al-Hambali, yang menegaskan bahwa khusyuk adalah bentuk ketundukan hati di hadapan Allah SWT dengan penuh rendah diri dan kepasrahan. Imam Junaid Al-Baghdadi bahkan mendefinisikan khusyuk sebagai rasa hina seorang hamba di hadapan Sang Pencipta.
Namun, Buya Gusrizal juga memperingatkan adanya bahaya khusyuk nifaq (khusyuk kemunafikan), sebagaimana ditekankan oleh Hudzaifah ibnu Yaman. “Aku peringatkan kalian dari khusyuk orang munafik, yakni mereka yang secara lahir tampak khusyuk, tetapi hatinya berkelana ke mana-mana.” Beliau menjelaskan bahwa khusyuk sejati berasal dari hati yang benar-benar tunduk kepada Allah, bukan sekadar tampilan fisik.
“Kalau ada orang salat tapi pikirannya melayang ke sana kemari, bahkan sempat memikirkan barang yang hilang, itu tanda bahwa khusyuknya masih kurang,” ujar Buya Gusrizal. Beliau menegaskan bahwa kekhusyukan sejati akan tampak dalam ketenangan dan konsentrasi penuh dalam ibadah.
Sebagai penutup, beliau mengajak jamaah untuk terus belajar dan memperdalam pemahaman tentang salat serta khusyuk, karena inilah amalan yang pertama kali diangkat dari umat manusia. “Rajin-rajinlah menuntut ilmu tentang salat dan khusyuk, karena semakin hari ilmu ini semakin berkurang,” pungkasnya.
Ceramah ini menjadi pengingat bagi umat Islam agar tidak hanya menampilkan kekhusyukan secara lahiriah, tetapi benar-benar menghadirkan hati dalam ibadah kepada Allah SWT.






