Kolaborasi STIT dan Pesantren Luhur, Bakal Hadirkan Buku Warisan Hidup Syekh Burhanuddin

  • Whatsapp
oppo_0

PADANG PARIAMAN, — Ketua Yayasan Islamic Center Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syekh Burhanuddin, Prof. Dr. H. Duski Samad, M. Ag, Tuanku Mudo terus mengkaji ulama pembawa Tarekat Syattariyah ke Sumatera Barat itu.

Tak salah, Duski Samad tersebut sebagai pakar Syekh Burhanuddin. Banyak tulisan dan karya ilmiah yang bercerita tentang Syekh Burhanuddin, ditulis oleh Ketua Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB) Sumatera Barat ini.

Belum tuntas buku ensiklopedia “Seratus Syekh dan Tuanku Bersanad ke Syekh Burhanuddin”, kini Duski Samad membuat draf atau rencana buku yang berjudul “Warisan Hidup Syekh Burhanuddin”.

Rabu 27 Agustus 2025, kalawang, istilah rang peladangnya, diserahkan ke Syekh H. Syahril Luttan Ulakani Tuanku Kuniang, Khalifah ke 15 Syekh Burhanuddin Ulakan, untuk ditelaah dan diteliti, sebelum dijadikan buku.

Duski Samad membawa Sekretaris Yayasan Islamic Center Ali Amran, Wakil Rektor UNU Sumbar, Firdaus Djafri, bertemu dengan Syahril Luttan Ulakani Tuanku Kuniang di rumahnya di Gunuang Basi, Nagari Pauh Kambar, Kecamatan Nan Sabaris, Padang Pariaman.

Menurut Duski Samad, sejarah itu ada dua. Yakni sejarah rakyat dan sejarah ilmiah. “Draf ini tentunya diharapkan meliputi keduanya,” katanya.

Rancangan draf buku itu memuat lima warisan hidup Syekh Burhanuddin. “Pertama Surau Gadang Tanjung Medan Syekh Burhanuddin. Bersuluh matahari bergelanggang mata rang banyak. Diliek tampak diesek taraso. Sudah menjadi situs cagar budaya yang diakui oleh dunia,” katanya.

“Yang kedua, jaringan Tarekat Syattariyah yang terbangun setelah Syekh Burhanuddin. Ini dinilai jaringan yang kuat dan jelas, sudah banyak ditulis oleh profesor dan peneliti. Tentunya Syattariyah dengan jaringan yang begitu luas, merupakan warisan hidup dari Syekh Burhanuddin,” ujar Guru Besar UIN Imam Bonjol kelahiran Sikabu Lubuk Alung ini.

Yang ketiga, katanya, tradisi khalifah. Hingga sekarang, pasca Syekh Burhanuddin telah dijalankan oleh 15 khalifah. Syahril Luttan Ulakani Tuanku Kuniang tercatat sebagai Khalifah ke 15. Tradisi kekhalifahan ini telah berlangsung sejak awal, dan terus berkesinambungan hingga saat ini.

Keempat Basapa. Basapa tiap tahun adalah warisan hidup dari Syekh Burhanuddin.”Yang kelima adalah rekognisi atau pengakuan masyarakat. Semisal, seseorang akan jadi labai, harus mengaji dan berwirid di Ulakan dulu. Kalau tidak, tidak sah labainya, serta tradisi lainnya yang menyangkut dengan pengakuan masyarakat dan banyak orang,” ungkap Duski Samad.

“Draf dan rancangan ini tidak berpihak kemana pun, terapi bicara apa adanya, sesuai dari warisan hidup Syekh Burhanuddin itu sendiri,” sebutnya.

Rencananya, buku itu akan diterbitkan oleh Yayasan Islamic Center dan Yayasan Pondok Pesantren Luhur Syekh Burhanuddin, dengan koordinator penulisnya, Dr. Zalkhairi, Ketua Majelis Syekh dan Tuanku Nasional.

Syahril Luttan Ulakani Tuanku Kuniang sendiri sangat setuju dengan rencana itu. “Sepenuhnya saya serahkan ke Prof. Duski Samad,” ujar dia.

Syahril Luttan Ulakani Tuanku Kuniang ini memang sudah lama tak pulang kampung. Musim Basapa kali ini, tercatat sudah jalan lima kali Basapa sebelumnya dia tidak hadir di Ulakan.

Didampingi Walinagari Sandi Ulakan, Amsaidi Luttan Tuanku Khalifah dan sejumlah ulama lainnya, Syahril Luttan Ulakani Tuanku Kuniang menyebutkan, bahwa dia aktif jadi Khalifah tapi dari jauh. “Saya menjalankan amanah dari rang gaek, Luttan Ulakani Tuanku Mudo yang merupakan Khalifah ke 14,” katanya.

Syahril Luttan Ulakani Tuanku Kuniang menjalankan Khalifah itu terhitung sejak tahun 1976, sejak Khalifah sebelumnya, Luttan Ulakani Tuanku Mudo wafat. “Tuanku Mudo Josan yang menerima amanah dari ayah saya, Luttan Ulakani Tuanku Mudo, agar menyampaikan pesan Khalifah itu ke saya,” katanya.

“Tepatnya menjelang dua kali tujuh ayah, Tuanku Josan mendatangi saya, lalu menyampaikan pesan ayah saya tentang kelanjutan Khalifah,” ulasnya.

Basapa, katanya, dimulai setelah 100 tahun Syekh Burhanuddin wafat. Adalah fatwa dari Syekh Muhammad Yatim Ampalu Tinggi yang diminta oleh Syekh Muhammad Hatta awal mulanya kegiatan Basapa. (ad)

Related posts