KRISIS AIR BERSIH PADANG MAKIN PARAH! Ribuan Warga Antre Air Tangki Gratis, PDAM: “Intake Tersapu Banjir, Entah Kapan Pulih”

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Di tengah kepungan air banjir yang kotor dan keruh, ironi terjadi di Kota Padang. Ribuan warga justru kehausan, antre panjang demi mendapatkan seember air bersih untuk memasak dan minum. Kran-kran di rumah mereka mati total, tidak mengeluarkan setetes air pun.

Bencana banjir yang melanda Padang sejak beberapa hari lalu bukan hanya merendam rumah dan jalan, tapi juga melumpuhkan total sistem distribusi air bersih PDAM. Yang lebih mengkhawatirkan, hingga kini belum ada kepastian kapan pasokan air akan kembali normal.

Read More

Siti, warga Seberang Palinggam, terlihat frustasi saat ditemui di salah satu titik distribusi air tangki. Sudah hampir seminggu keran di rumahnya tidak mengeluarkan air sama sekali.

“Seluruh bulan November ini kami jarang sekali dapat air bersih dari PDAM. Sekarang malah mati total. Kami harus antre dengan jerigen dan ember setiap hari. Anak-anak mau mandi saja susah,” keluhnya dengan nada kecewa.

Ia bahkan meminta PDAM memberikan kompensasi atas layanan yang tidak bisa dinikmati pelanggan selama sebulan ini. “Tagihan tetap datang, tapi air tidak pernah mengalir. Ini tidak adil,” tambahnya.

Menanggapi keluhan warga, PDAM Kota Padang melalui Kepala Humas, Adhie Zein, mengakui situasi kritis yang tengah dihadapi. Bencana banjir telah menyapu habis seluruh intake sumber air baku PDAM, membuat sistem produksi air bersih benar-benar lumpuh.

“Intake kami tersapu banjir dan tidak berfungsi. Ini bencana yang sangat dahsyat dampaknya terhadap infrastruktur PDAM,” jelas Adhie, Jumat (28/11/2025).

Tapi itu bukan satu-satunya masalah. Meskipun perbaikan terus dilakukan, kondisi air baku saat ini sangat keruh—bahkan melampaui batas maksimal yang bisa diolah oleh instalasi pengolahan air.

“Airnya sangat keruh, seperti kopi susu. Walaupun saluran sudah diperbaiki, kalau kualitas air baku seperti ini, kami tidak bisa memproduksi air bersih. Mesin pengolahan kami tidak dirancang untuk tingkat kekeruhan seextreme ini,” ungkap Adhie dengan nada pasrah.

Situasi ini membuat PDAM mengambil langkah darurat dengan mengoperasikan armada mobil tangki untuk mendistribusikan air bersih gratis ke seluruh wilayah terdampak. Layanan ini menjadi kompensasi bagi pelanggan yang tidak bisa menikmati pasokan air normal.

“Kami sediakan air secara gratis melalui mobil tangki yang beroperasi setiap hari. Warga bisa mengambil langsung tanpa dikenakan biaya apa pun,” tegas Adhie.

PDAM memprioritaskan kawasan padat penduduk dan daerah-daerah yang sejak awal benar-benar tidak mendapat aliran air sama sekali. Petugas bergerak dari kelurahan ke kelurahan, memastikan tidak ada warga yang kehabisan air untuk kebutuhan sehari-hari.

“Tim kami akan terus bergerak di lapangan. Kalau ada wilayah yang butuh suplai tambahan, silakan lapor ke kami,” kata Adhie.

Namun, proses pemulihan tidak semudah yang dibayangkan. Tim PDAM bersama instansi terkait kini bekerja 24 jam nonstop melakukan perbaikan di berbagai titik rusak—mulai dari pembersihan intake yang tertimbun lumpur, pengecekan pipa utama yang bocor, hingga pemulihan mesin instalasi yang terendam air keruh.

“Semua tim bekerja maksimal. Tapi kita tetap bergantung pada kondisi lapangan dan cuaca. Selama hujan masih terus turun dan air sungai masih keruh, proses pemulihan akan sangat lambat,” jelas Adhie dengan jujur.

Di tengah ketidakpastian ini, PDAM mengimbau masyarakat untuk bersabar dan menghemat penggunaan air selama masa pemulihan. Meski gratis, air dari tangki tetap terbatas dan harus dibagi rata untuk semua warga.

Sementara itu, Siti dan ribuan warga lainnya hanya bisa berharap—berharap hujan segera berhenti, air sungai kembali jernih, dan keran-keran di rumah mereka kembali mengalirkan air bersih seperti sediakala.

“Kami tidak minta banyak. Kami hanya ingin hidup normal kembali, bisa mandi dengan tenang, masak dengan air bersih. Itu saja sudah cukup,” ujar Siti sambil membawa jerigen berisi air dari mobil tangki, pulang menuju rumahnya yang masih basah bekas banjir.

Related posts