MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah, membuka pintu lebar-lebar bagi peningkatan kualitas pendidikan di wilayahnya. Dalam sebuah pertemuan di Istana Gubernuran pada Jumat, 7 November 2025, ia menyambut antusias program pengabdian masyarakat yang diusung oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pertemuan dengan Prof. Salman dari ITB ini menghasilkan sebuah komitmen nyata. Fokus utamanya adalah pada peningkatan kompetensi guru-guru pengampu mata pelajaran inti, yaitu Matematika, Kimia, dan Fisika.
“Guru adalah garda terdepan dalam membangun karakter dan masa depan bangsa,” tegas Gubernur Mahyeldi. Ia menegaskan bahwa komitmen Pemprov Sumbar untuk mengutamakan pendidikan dan mendukung peningkatan kompetensi serta kesejahteraan guru adalah mutlak.
Harapannya, melalui kolaborasi dengan ITB ini, para guru dapat terdorong untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana (S2) dan memperluas wawasan. “Hal seperti inilah yang kami harapkan, agar semua guru, khususnya di Kepulauan Mentawai, mendapatkan kesempatan,” ucapnya.
Gubernur juga menekankan bahwa guru yang berkualitas adalah kunci cetak generasi unggul untuk menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), menurutnya, tidak hanya untuk pelajar, tetapi harus menyentuh para pendidiknya. Ia secara khusus meminta guru-guru di Mentawai untuk memanfaatkan peluang emas ini.
Dukungan penuh juga dijanjikan Pemprov Sumbar untuk mendorong peningkatan kompetensi guru, dengan harapan mereka dapat menjadi teladan dan penggerak perubahan di era digital.
Program Khusus untuk Guru MIPA
Di sisi lain, Prof. Salman dari ITB memaparkan bentuk program yang ditawarkan. ITB membuka kesempatan bagi guru Matematika, Kimia, dan Fisika di Sumbar untuk melanjutkan studi S2. Tidak hanya itu, akan diadakan pula lokakarya khusus untuk mempertajam kompetensi mengajar.
“Ini baru pertama kali diadakan di Sumbar khusus untuk guru-guru MIPA. Sesuai motto kami, belajar matematika dengan logika dan cinta,” jelas Prof. Salman.
Program perdana ini akan difokuskan di daerah Tuapejat, Mentawai, dengan melibatkan 20 guru dari SMA, SMK, dan SLB. Pertemuan perdana dengan para guru tersebut rencananya akan dilaksanakan pada Senin berikutnya. Sebuah langkah awal yang konkret untuk membawa perubahan nyata pada mutu pendidikan di daerah terpencil.






