‘Masjid Musafir Payakumbuh’ Diresmikan, Rumah Ibadah yang Terbuka bagi Muslim dan Pejalan Jauh

  • Whatsapp
Masjid Musafir Payakumbuh di Jl. By Pass Lingkar Utara, Kelurahan Kubu Gadang, mulai beroperasi setelah diresmikan, Kamis (18/12/2025). (Foto: Aking Romi Yunanda)

MINANGKABAUNEWS.COM, PAYAKUMBUH – Di tengah riuh lalu lintas Jalan By Pass Lingkar Utara, Kelurahan Kubu Gadang, Kota Payakumbuh, berdiri sebuah masjid dengan konsep yang tak biasa. Kamis (18/12/2025) pagi, Masjid Musafir resmi dibuka untuk publik – bukan sekadar sebagai tempat salat, melainkan rumah singgah spiritual bagi siapa pun yang sedang dalam perjalanan hidup maupun perjalanan fisik.

‎Masjid ini diresmikan dengan penuh khidmat, dihadiri Wakil Wali Kota Payakumbuh Elzadaswarman, jajaran Kementerian Agama Kota Payakumbuh, Kapolres Payakumbuh, Majelis Ulama Indonesia (MUI), serta tokoh masyarakat, niniak mamak, alim ulama, dan bundo kanduang.

Read More

Tak ketinggalan sejumlah tokoh masyarakat, seperti mantan anggota DPRD yang juga Ketua Partai Hanura, Basril Latief, mantan anggota DPRD, Maharnis Zul, organisasi masyarakat Warga Padang Cinta Damai (WPCD), puluhan wartawan, serta sederet tokoh lainnya. Kehadiran berbagai unsur tersebut menjadi penanda bahwa Masjid Musafir lahir dari semangat kebersamaan.

Pemilik PCM dan Dedevi’s Advertising, Aldi Yunaldi, selaku penggagas dan pendiri masjid, menuturkan bahwa pembangunan Masjid Musafir dimulai sejak tiga tahun lalu. Prosesnya tidak mudah. Kondisi tanah yang labil mengharuskan dilakukan penimbunan dan pengerasan secara bertahap sebelum bangunan masjid dapat berdiri kokoh.

‎”Sejak awal, niat kami membangun masjid ini bukan hanya membangun tempat salat fardhu,” ujar Aldi dalam sambutannya. Aldi Yunaldi sendiri, merupakan saudara kandung dari wartawan senior Luak Limopuluah, Doddy Sastra.

‎Masjid ini, lanjutnya, dirancang agar bisa dibuka selama 24 jam, memberi ruang ibadah bagi musafir, pengendara, dan masyarakat sekitar kapan pun mereka membutuhkan ketenangan.

‎Untuk mewujudkan konsep tersebut, pengelola masjid telah menyiapkan personel khusus yang akan mengoperasionalkan Masjid Musafir sepanjang hari. Kehadiran masjid di jalur utama By Pass atau Jalan Lingkar Utara Kota Payakumbuh diharapkan menjadi oase spiritual bagi umat Islam yang singgah sejenak dari perjalanan panjang.

‎Lebih dari itu, Masjid Musafir diproyeksikan menjadi pusat kegiatan keagamaan, terutama bagi generasi muda Kota Payakumbuh. Berbagai agenda seperti majelis taklim, tabligh akbar, hingga kegiatan edukatif keislaman direncanakan akan rutin digelar di masjid ini.

‎Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kota Payakumbuh, Fajri Nur, menegaskan bahwa fungsi masjid sejatinya tidak terbatas pada ibadah ritual semata. Menurutnya, masjid adalah pusat peradaban umat.

‎”Masjid Musafir ini kita harapkan bisa menjadi contoh masjid yang memadukan ibadah, kegiatan sosial, pendidikan, dakwah, hingga pemberdayaan ekonomi umat,” kata Fajri.

‎Ia menyebutkan, masjid ini ke depan bisa juga dilengkapi Unit Pengumpul Zakat (UPZ) sebagai sarana penyaluran dan pengelolaan zakat, infak, serta wakaf.

‎Fajri juga menyampaikan apresiasi kepada Aldi Yunaldi yang telah menghibahkan begitu banyak materi dan tenaga untuk pembangunan masjid Musafir.

‎”Jika mengandalkan sumbangan masyarakat, mungkin masjid ini belum tentu siap dalam waktu singkat. Karena itu, mari kita manfaatkan dan makmurkan masjid ini sebaik-baiknya,” ujarnya.

‎Ia mengingatkan, pada masa Rasulullah SAW, masjid menjadi pusat segala aktivitas umat. Dari pendidikan, musyawarah, hingga penyusunan strategi penting, semua dilakukan di masjid. Spirit itulah yang diharapkan kembali hidup di Masjid Musafir.

‎Wakil Wali Kota Payakumbuh, Elzadaswarman, dalam sambutannya menyebut bahwa tidak semua orang yang diberi kekayaan mendapatkan panggilan untuk membangun rumah Allah.

‎”Masjid Musafir ini adalah bukti bahwa kekayaan yang dibarengi niat baik akan melahirkan manfaat besar bagi umat,” tuturnya.

Pria yang akrab disapa Om Zet itu menilai konsep Masjid Musafir sangat relevan dengan perkembangan zaman. Di tengah dunia yang kian terdigitalisasi dan bergerak cepat, masjid dituntut untuk adaptif tanpa kehilangan ruh spiritualnya.

‎Ia menyoroti fenomena banyaknya rumah ibadah yang hanya ramai pada waktu-waktu tertentu. Masjid Musafir, menurutnya, hadir dengan konsep berbeda – menjadi pusat kegiatan umat, tempat istirahat bagi pengendara, sekaligus ruang interaksi sosial dan ekonomi masyarakat.

‎”Masjid sejatinya tidak hanya pusat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan, ekonomi, bahkan pembentukan karakter umat,” kata Elzadaswarman.

Pemerintah Kota Payakumbuh, lanjutnya, memberikan apresiasi penuh atas kehadiran Masjid Musafir. Dengan diresmikannya Masjid Musafir, harapan besar pun disematkan.

‎”Semoga masjid ini tak hanya megah secara fisik, tetapi juga hidup oleh aktivitas umat di dalamnya — ramai oleh doa, ilmu, dan kepedulian sosial. Sebuah rumah Allah yang terbuka bagi siapa saja, kapan saja, dalam setiap perjalanan kehidupan,” imbuh Wakil Walikota Payakumbuh, Elzadaswarman. (akg)

Related posts