Masker Bisa Mengancam Ekosistem

  • Whatsapp
Filka Khairu Pratama
Filka Khairu Pratama.

Oleh: Filka Khairu Pratama, S.Sos

Kegiatan Aksi bersih-bersih telah serentak di dunia (World Cleanup Day) kembali digelar, walau masih pandemi pada 18 September 2021. World Cleanup Day adalah sebuah gerakan sosial yang bertujuan mengajak dan mengedukasi masyarakat guna memiliki kesadaran membersihkan, menjaga dan memelihara lingkungan mulai dari diri sendiri, rumah dan masyarakat.

Read More

Tema yang diambil dari Aksi Bersih-Bersih tahun ini adalah Pilah Sampah dari rumah. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan kesadaran kepada masyarakat bahwa menanggulangi masalah sampah dapat dilakukan dengan cara memilah sampah dari rumah.

Gerakan Nasional Pilah Sampah dari rumah menjadi tema WCD tahun ini mengingat situasi dan kondisi masih dalam pandemi Covid-19, sehingga kegiatan aksi bersih bersih ini dilakukan dari rumah masing-masing, yaitu masyarakat melakukan pemilahan sampah di rumah kemudian dikumpulkan.

Khusus di Kota Padang, simbol kegiatan aksi bersih-bersih dilakukan di Pantai Muaro Lasak. Kegiatan ini diprakarsai oleh PT Pegadaian, Pangea Movement, Bank Sampah Panca Daya, Komunitas Peduli Sampah. Kegiatan ini dibuka Walikota Padang diwakili Plh Sekda Kota Padang, Bapak Edi Hasymi. Beliau mengajak semua orang untuk lebih mengelola limbah, dan sampah yang dihasilkan oleh keluarga masing-masing. Memisahkan sampah organik dan anorganik, ketempat yang telah disediakan agar tidak berserakan dimana-mana.

Berhubungan dengan sampah, mengutip dari CNN Indonesia, selain bahaya langsung pandemi covid-19 bagi kehidupan manusia, ternyata dampak lain dari pandemi yang imbasnya juga dirasakan oleh ekosistem lingkungan. Banyak kasus burung dan makhluk laut yang terperangkap limbah masker dalam jumlah yang mengejutkan.

Masker bedah sekali pakai umumnya ditemukan, dan telah tersebar di sekitar trotoar, saluran air, dan pantai di seluruh dunia sejak negara-negara mulai mewajibkan penduduk menggunakannya selama berada tempat umum untuk memperlambat penyebaran pandemi.

jika dipakai sekali, bahan pelindung yang tipis ini membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Ashley Fruno dari kelompok hak asasi hewan PETA kepada AFP menjelaskan, masker wajah tidak akan hilang dalam sekejap mata, ketika kita membuangnya sembarangan, barang-barang ini dapat merusak lingkungan dan hewan yang berbagi planet dengan kita.

Sekelompok monyet terlihat mengunyah tali dari masker bekas yang dibuang di perbukitan di luar ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur . Hal ini tentu menjadi potensi bahaya tersedak bagi monyet kecil itu.

Pada sebuah insiden yang menjadi berita utama di Inggris, seekor burung camar diselamatkan oleh RSPCA di kota Chelmsford setelah kakinya tersangkut di tali masker sekali pakai selama seminggu.

RSPCA diberi tahu setelah burung itu terlihat oleh warga, tidak bergerak tetapi masih hidup, dan mereka membawanya ke rumah sakit satwa liar untuk diberikan perawatan sebelum dilepaskan.

Cara membuang limbah masker

Dampak signifikan mungkin terjadi di air, para aktivis lingkungan sangat khawatir dengan masker bekas, sarung tangan lateks dan alat pelindung lainnya yang mengambang dan berserakan sampai ke laut, maupun ke sungai yang sudah terpolusi sebelumnya.

Lebih dari 1,5 miliar masker masuk ke lautan dunia tahun lalu, terhitung sekitar 6.200 ton tambahan pencemaran plastik laut, menurut kelompok lingkungan Oceans Asia.

Sudah banyak tanda-tanda bahwa masker semakin menjadi ancaman bagi kehidupan laut.

Ahli konservasi di Brasil menemukan satu masker bekas di dalam perut penguin setelah tubuhnya terdampar di pantai. Sementara itu pada kejadian yang lain, ikan buntal yang mati ditemukan terperangkap di dalam masker bekas di lepas pantai Miami.

Operasi Mer Propre menemukan seekor kepiting mati yang terperangkap dalam masker, di laguna dekat Mediterania pada bulan September.

George Leonard, kepala ilmuwan dari LSM Ocean Conservancy yang berbasis di AS menginformasikan, masker dan sarung tangan “sangat bermasalah” bagi makhluk laut. Ketika plastik itu terurai di lingkungan, akan membentuk partikel yang semakin kecil.

Lebih lanjut, partikel-partikel itu kemudian memasuki rantai makanan dan berdampak pada seluruh ekosistem. Telah terjadi pergeseran ke arah penggunaan masker kain yang dapat digunakan kembali, tetapi banyak yang masih memilih jenis masker sekali pakai yang dianggap lebih ringan.

Banyak para pegiat telah mendesak orang-orang untuk membuang limbah masker dengan benar dan memotong talinya guna mengurangi risiko hewan-hewan di alam yang terjerat oleh sampah masker.

OceansAsia secara khusus juga meminta bantuan pemerintah dan semua pihak untuk meningkatkan denda jika membuang sampah sembarangan dan mendorong penggunaan masker yang bisa dicuci.

Melalui momentum hari bersih-bersih sedunia tahun inilah, selain menumbuhkan kesadaran dalam diri dengan mengontrol sampah pribadi ketempat yang semestinya, juga tidak lupa saling mengingatkan.

Saling mengingatkan dan mengajak generasi muda untuk mengadvokasi kelompok masyarakat, agar lebih memperhatikan proses pembuangan masker bekas dan alat pelindung diri lainnya. Membuang masker bekas yang talinya tidak diputus, begitupun dengan alat pelindung diri lainnya tentu akan mengancam dan berbahaya bagi kelangsungan hidup rantai makanan serta ekosistem. (*)

/* Penulis adalah Analis Bina Ketahanan Remaja Perw. BKKBN Sumatera Barat.

Related posts