Memahami Makna Tersirat Petatah dan Petitih di Minangkabau

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya salah satunya yaitu budaya yang ada di Sumatera Barat tepatnya di Suku Minangkabau, suku ini memang sudah terkenal di Indonesia dan memiliki berbagai macam adat istiadat di dalamnya. Seperti yang kita ketahui filsafah dari budaya adalah tata cara atau gaya hidup yang berada dalam suatu wilayah yang diwariskan dari nenek moyang masing-masing daerah.

Salah satu aspek dari budaya adalah perilaku dalam berbicara, Suku Minangkabau yang memiliki keunikan budaya tertuang dalam bentuk petatah dan petitih. Arti dari kedua kalimat tersebut merupakan bentuk sastra yang diungkapkan secara lisan dan berbentuk puisi serta didalamnya terdapat kalimat yang mengungkapkan tata cara perilaku pada Suku Minangkabau.

Jika kita mendalami secara akurat mengenai petatah dan petitih terdapat makna tersirat serta realita dari kehidupan seperti realita dalam pernikahan, persahabatan, kekeluargaan, kedudukan tanah pusaka baik rendah maupun tinggi, yang sudah dipikirkan oleh nenek moyang Suku Minangkabau.

Adapun penjelasan secara bahasa mengenai petatah dan petitih itu sendiri seperti yang diungkapkan oleh Azriel (1997:33) mengungkapkan arti dari petatah itu sendiri yang ternyata kata petatah bisa disebut dengan kata pepatah dalam bahasa indonesia, kata tersebut bermula dari kata “Tatah” berarti patokan, pahatan, tuntutan, dari kata tersebut berarti terdapat aturan atau norma yang menjadi pedoman dari masyarakat Suku Minangkabau. Kemudian kata petitih yang berasal dari kata titih atau berarti jalan atau jembatan yang menghubungkan kebaikan sehingga dapat melakukan kegiatan kesehariannya. Terdapat penjelasan mengenai petatah petitih dalam artian terminologi yang mana kata tersebut merupakan ungkapan yang memiliki makna mendalam dalam artian luas, dalam, halus dan dalam bahasa klasik minangkabau termasuk bagian dari Kato Pusako berarti dalam masyarakat tersebut sebagai pedoman untuk kehidupan sehari-harinya maka dari itu petatah petitih juga mengandung nilai ajaran agama serta adat istiadat setempat.

Sesuai dengan adat istiadat yang diterapkan di Minangkabau terdapat faktor-faktor yang digunakan dalam petatah petitih sehingga dapat memiliki makna moral yang baik diantaranya adalah Raso, yang mana kata tersebut menurut masyarakat minangkabau yaitu hal yang dapat dirasakan oleh panca indra kita sehingga sebagai manusia kita harus memiliki rasa simpati dan empati kepada orang lain sehingga nantinya orang lain juga tidak segan untuk menolong kita. Kemudian yang kedua yaitu Pareso, dalam artiannya yaitu yang berarti dapat dirasakan oleh hati nurani setiap orang. Ketiga adalah Malu yang memiliki artian sifat atau perilaku manusia yang menjadi tanggung jawab setiap manusia. Terakhir adalah sopan yang berarti tingkah laku yang dilakukan oleh setiap manusia.

Adapun petatah petitih yang memiliki nilai keagamaan yang sebelumnya sudah dicantumkan di atas bahwasannya petatah petitih mengandung makna dari adat istiadat dan agama karena sebagai pedoman perilaku kehidupan manusia khususnya masyarakat Minangkabau. Nilai keagamaan pertama yang ada dalam petatah petitih adalah nilai kemanusiaan sejati yang memiliki makna sebagai manusia kita harus memiliki sifat jujur, ikhlas dalam beramal maupun dalam perbuatan serta menjauhi larangan sang pencipta.

Kemudian yang kedua adalah nilai keimanan, sebagai makhluk tuhan kita harus memiliki atau percaya pada iman makna dari iman tersebut adalah menjauhi apa yang dilarang atau tingkah laku yang buruk seperti maksiat, membuat kekacauan, berbohong, dan lainnya hal ini dilakukan agar mendapatkan makna yang baik dan berada dalam jalan yang lurus. Dari kedua nilai tersebut dapat disimpulkan bahwasannya petatah petitih minangkabau memiliki kiblat kepada apa yang sudah diajarkan dalam masing-masing agama secara universal seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki berbagai macam kepercayaan begitupun suku minangkabau yang mana petatah petitih tersebut tidak mencondongkan pada satu kepercayaan saja namun secara universal.

Dari nilai-nilai diatas kita sudah mengetahui kiblat dan makna dari petatah petitih, kemudian terdapat bentuk dari petatah petitih diantaranya adalah bentuk pakaian yang mana pada bentuk ini petatah petitih menggunakan unsur pakaian untuk membuat kalimatnya contoh dari petatah petitih ini adalah “Adat dipakai baru, jikok kain dipakai usang” Arti dari kalimat tersebut adalah setiap manusia harus mengamalkan ajaran adat istiadat yang sudah diajarkan oleh nenek moyang masing-masing. Kemudian bentuk berikutnya adalah tubuh manusia yang mana terdapat 12 kategori tubuh manusia yang digunakan untuk petatah petitih salah satunya adalah sebagai berikut
“Basuluah matohari, bagalanggang mato rang banyak” . Makna yang tersampaikan dalam kalimat tersebut adalah persoalan pribadi merupakan privacy yang tidak boleh diketahui oleh masyarakat luas hal ini sangat penting karena untuk menjaga harga martabat seseorang. Kemudian yang ketiga yaitu tumbuhan, memang tumbuhan memiliki makna yang begitu banyak sehingga petatah petitih juga menggunakan tumbuhan untuk kalimat petuahnya. Contohnya adalah “Bak Kayu lungga pangabek, bak batang dikabek ciek” , Artinya yaitu masyarakat yang terpecah belah, sebagai manusia tidak lazim jika kita juga tidak menyukai sifat seseorang namun dengan memutuskan tali silaturahmi persaudaraan atau kekerabatan hal tersebut tidak diperbolehkan karena setiap manusia membutuhkan satu sama lain. Selanjutnya yaitu gejala alam yang mana dalam bentuk ini terdiri dari lima petatah petitih salah satunya adalah “Dek hujan sahari, ilang paneh setahun” . Seperti yang diungkapkan dalam kalimat tersebut menjelaskan mengenai sebaik-baiknya perbuatan manusia jika ada satu kesalahan maka kebaikan tersebut tidak ada maknanya. Bentuk terakhir adalah hewan yang mana dalam petatah petitih terdapat delapan jenis, salah satunya adalah berikut
“Takilek ikan dalam tabek lah tantu jantan jo batino”.Makna dari petatah petitih tersebut adalah adanya perbuatan manusia yang baik dan buruk, sebagai manusia kita tidak mungkin terhindar dari dua sifat tersebut karena manusia bukan merupakan makhluk sempurna. Namun, alangkah baiknya kita sebagai manusia juga memperbanyak sifat baik dan meminimalisir sifat buruk.

Dari beberapa argumen di atas maka dapat diberi kesimpulan jika setiap adat istiadat memiliki keunikannya masing-masing salah satunya adalah Suku Minangkabau yang memiliki petatah petitih sebagaimana pedoman bagi masyarakat minangkabau untuk kehidupannya sehari-hari oleh sebab itu didalamnya terdapat makna dari adat istiadat serta kepercayaan agama. Sebagai masyarakat suku minangkabau kita harus menghormati dan mengimplementasikan petatah petitih dalam kehidupan sehari-harinya.

*/Oleh  : Sigit Pamungkas, Universitas Andalas jurusan Sastra Minangkabau.


Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Minangkabaunews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Related posts