Membangun Wawancara yang Efektif saat Asesmen Awal pada Kasus Kekerasan terhadap Perempuan

  • Whatsapp

Oleh:
Farhana ‘Ainaya Qalbi (1Alumni Psikologi UGM) & Desi Asmaret (Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat)

Wawancara menurut APA Dictionary merupakan percakapan terarah di mana seorang peneliti, terapis, dokter, pemberi kerja, atau sejenisnya (pewawancara) bermaksud untuk memperoleh informasi spesifik dari seorang individu (orang yang diwawancarai) untuk tujuan penelitian, diagnosis, perawatan atau pekerjaan. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di “Rekso Dyah Utami” Yogyakarta, penulis masih melihat bahwa tujuan wawancara pada tahap wawancara awal masih mengarah pada jenis wawancara investigasi, yaitu wawancara dengan fokus utamanya adalah mendapatkan informasi yang berkualitas sebanyak-banyaknya terkait kejadian (Milne & Bull, 2006).
Pentingnya wawancara pada asesmen awal tersebut menjadi fokus konselor untuk selalu berhati-hati dalam melakukan komunikasi terhadap korban. Konselor juga perlu memfokuskan perhatian penuh terhadap kerentanan korban yang berpotensi memiliki gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) agar terhindar dari kilas balik peristiwa dan memperhatikan kualitas informasi karena pasien PTSD umumnya rentan terhadap bias memori atau distorsi (Charusvastra & Cloitre, 2008). Berdasarkan beberapa perhatian tersebut, penulis menemukan beberapa aspek komunikasi yang perlu diperhatikan oleh konselor di salah satu Unit Pengaduan Kekerasan Perempuan dan Anak Daerah Istimewa Yogyakarta “Rekso Dyah Utami”. Permasalahan tersebut akan dianalisis berdasarkan laporan artikel dari Zehra & Tosun (2020) tentang “Assessing and Managing Risk in Cases of Violence Against Women and Domestic Violence”.

Analisis dimulai dari sesi building rapport. Rapport pada dasarnya adalah konstruksi dyadic, yaitu pelatihan keterampilan yang mengajarkan orang untuk meningkatkan hubungan dalam interaksi mereka sehingga dapat meningkatkan kepuasan kebutuhan (Baker et al, 2021) Building rapport penting dilakukan untuk membangun sebuah hubungan positif, memudahkan klien untuk mengungkapkan diri dan membangun kerjasama atau afiliasi bersama klien (Vacharkulksemsuk & Fredrickson, 2012).

Pada saat building rapport dilakukan, penulis masih menemukan perkataan judgmental, seperti “tapi masa kamu tidak tahu arti sudah berapa kali dilakukan sama pacar?” Mellish et al (2013) berpendapat bahwa sikap judgemental akan mengundang korban untuk tidak terbuka terhadap permasalahannya. Menghindari sikap tersebut, konselor perlu memiliki kemampuan peka terhadap emosi korban.. Kemampuan tersebut akan memudahkan konselor untuk mengenali ekspresi sedih senang dan marah korban di mana semua ekspresi tersebut memiliki perbedaan terhadap frekuensi, energi, kesimbangan spektral dan fitur temporal (Eyben et al, 2016) . Studi juga menunjukkan bahwa berbagai emosi positif selain kebahagiaan (misalnya, kelegaan, nafsu, minat, dan ketenangan) dapat dikenali secara akurat dari vokalisasi nonlinguistik (Laukka et al., 2013)
Pada saat sesi mengajukan pertanyaan, penulis menemukan beberapa pertanyaan yang
diajukan oleh konselor berupa pertanyaan tertutup, seperti “pada saat kejadian posisi anda sedang dimana? di kamar atau di ruang tamu?”. Pertanyaan tersebut merupakan salah satu jenis pertanyaan specific-closed questions, yaitu pertanyaan yang mengarahkan korban kepada sejumlah alternatif tanggapan. Specific-closed questions sebisa mungkin dihindari disebabkan kemungkinan perbedaan tanggapan korban terhadap pilihan jawaban, sehingga pilihan jawaban tersebut dirasa kurang tepat untuk mewakili tanggapan korban (Milne & Bull, 2008).

Jika dibandingkan dengan jenis pertanyaan lainnya menurut Milne & Bull (2008), open questions dirasa merupakan jenis pertanyaan yang paling sesuai untuk diajukan terhadap korban. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang disusun sedemikian rupa untuk memungkinkan saksi memberikan tanggapan yang tidak terbatas. Pertanyaan tersebut dapat mengurangi adanya harapan pewawancara terhadap suatu kemungkinan yang dapat mempengaruhi korban dan memungkinkan mendapatkan cakupan informasi yang luas. Saat mengajukan open question, harus diperhatikan agar tidak adanya interupsi saat korban sudah menjawab jawaban yang melenceng menurut konselor atau saat konselor mencoba mencari klarifikasi jawaban. Hal tersebut dapat menimbulkan kesan bahwa jawaban singkat dari konselor yang hanya dapat diterima dan dapat melemahkan atau membuatnya lebih patuh.

Fokus utama wawancara pada layanan pengaduan pada pusat pengaduan kekerasan ‘Rekso Dyah Utami” adalah mendapatkan informasi yang berkualitas dan berkuantitas dari korban untuk digunakan pada bidang kesehatan atau hukum. Informasi dapat diperoleh sebanyaknya jika konselor memiliki kemampuan yang memadai dalam melakukan teknik wawancara. Terutama pada teknik building rapport dan pengajuan pertanyaan. Teknik yang salah akan memunculkan sikap enggan, takut, atau informasi yang tidak relevan dari korban.

Agama Islam juga mengajarkan bagaiman teknik komunikasi mengatasi masalah orang lain atau klien dengan cara-cara yang mencerminkan akhlak dalam berinteraksi sosial yaitu bersikap rendah hati, sederhana dan memiliki jiwa toleransi. Hal ini sebagaimana tergambar dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 18-19 yang artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” Demikianlah akhlak al-Qur’an dalam menghadapi orang lain, apalagi sebagai konselor yang bertugas membantu orang lain menemukan solusi dalam mengatasi masalahnya sendiri.

Daftar Pustaka

Asessing and Managing Risks in Cases of Violence Against Wiomen And Domestic Violence. (2020, October 23). https: //rm. coe. int. Retrieved November 22, 2022, from https://rm.coe.int/trk-2021-assessing-and-managing-risks-in-cases-of-vaw-and-domestic-vio/1680a2a7cb
Baker, L. M. (2006). Observation: A complex research method. Library Trends, 55(1), 171–189. https://doi.org/10.1353/lib.2006.0045
Charuvastra, A., & Cloitre, M. (2008). Social bonds and posttraumatic stress disorder. Annual Review of Psychology, 59, 301–328. https://doi.org/10.1146/annurev.psych. 58.110405.085650
Eyben, F., Scherer, K. R., Schuller, B. W., Sundberg, J., Andre, E., Busso, C., Devillers, L. Y., Epps, J., Laukka, P., Narayanan, S. S., & Truong, K. P. (2016). The Geneva Minimalistic Acoustic Parameter Set (GeMAPS) for Voice Research and Affective Computing. IEEE Transactions on Affective Computing, 7(2), 190–202. https://doi.org/10.1109/TAFFC.2015.2457417
Hanbury, D. (2016). Anthropomorphism: Understanding Personality and Individual Differences in Nonhuman Animals. In Encyclopedia of Personality and Individual Differences. https://doi.org/10.1007/978-3-319-28099-8_961-1
Laukka, P., Elfenbein, H. A., Söder, N., Nordström, H., Althoff, J., Chui, W., Iraki, F. K., Rockstuhl, T., & Thingujam, N. S. (2013). Cross-cultural decoding of positive and negative non-linguistic emotion vocalizationscross-cultural decoding of positive and negative non-linguistic emotion vocalizations. Frontiers in Psychology, 4(JUL), 1–8. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2013.00353
Mann, L., & Tosun, Z. (2020, October 23).Asessing and Managing Risks in Cases of Violence Against Wiomen And Domestic Violence. https: //rm. coe. int. Retrieved November 23, 2022, from https://rm.coe.int/trk-2021-assessing-and-managing- risks-in-cases-of-vaw-and-domestic-vio/1680a2a7cb
Mellish, L., Morris, S., & Do, M. (2012). Interviewing Skills for Psychology Undergraduate Students PSYC3011 Psychology Lecture and Tutorial Outcomes : Planning the Interview : 1992, 1–16.
Milne, B., & Bull, R. (2008). Interviewing Victims of Crime, Including Children and People with Intellectual Disabilities. Practical Psychology for Forensic Investigations and Prosecutions, May, 7–23. https://doi.org/10.1002/9780470713389.ch1
Potter, J., & Hepburn, A. (2005). Qualitative interviews in psychology: Problems and possibilities. Qualitative Research in Psychology, 2(4), 281–307. https://doi.org/ 10.1191 /1478088705qp045oa
Psychology. (n.d.). APA Dictionary of Psychology. Retrieved November 23, 2022, from https://dictionary.apa.org/interview
Vacharkulksemsuk, T., & Fredrickson, B. L. (2012). Strangers in sync: Achieving embodied rapport through shared movements. Journal of Experimental Social Psychology, 48(1), 399–402. https://doi.org/10.1016/j.jesp.2011.07.015

Related posts