Menjaga Ucapan dan Tertawa: Nasihat Penting dari Ketum MUI Sumbar Buya Dr. Gusrizal Gazahar

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Ketum MUI Sumbar, Buya Dr. Gusrizal Gazahar menekankan urgensi menjaga etika dalam ucapan dan tindakan. Buya menyoroti bagaimana tertawa atau mendukung perilaku tidak beretika (su’ul adab) dapat berdampak buruk bagi diri sendiri maupun masyarakat. Sebagai rujukan, Buya mengangkat kisah Abu Bakar ra, yang menegur Mistah Ibn Ustsatsah ra, seorang kerabatnya, karena ikut tertawa dalam majelis yang menyebarkan fitnah terhadap Ummul Mukminin, Aisyah ra. Tindakan tertawa ini dianggap sebagai bentuk keterlibatan dalam kesalahan meskipun tanpa peran langsung.

Ketum MUI Sumbar Buya Gusrizal menggarisbawahi bahwa kisah ini memberikan pelajaran penting, yaitu agar setiap individu berhati-hati dalam bertutur kata, bertindak, maupun bereaksi. Tertawa yang tampak ringan sekalipun dapat membawa konsekuensi besar jika dilakukan dalam konteks yang tidak tepat, seperti mendukung penghinaan atau perilaku buruk lainnya.

Read More

Buya Gusrizal juga menegaskan bahwa dalam Islam, sikap dan ucapan seseorang mencerminkan akhlaknya, sehingga setiap tindakan harus selaras dengan nilai-nilai kebaikan dan kemuliaan.

Ceramah ini relevan dalam konteks kehidupan modern, di mana candaan yang tidak pantas atau penghinaan sering kali dianggap wajar. Buya Gusrizal mengingatkan bahwa seorang Muslim harus bijak dalam menyikapi situasi semacam itu, dengan mempertimbangkan dampak terhadap diri sendiri dan masyarakat.

Buya juga mengajak umat untuk menjadikan etika Islam sebagai pedoman dalam berinteraksi, baik secara langsung maupun di media sosial, agar terhindar dari perilaku yang berpotensi menyakiti orang lain.

Pesan ini menjadi pengingat penting, khususnya dalam menjaga harmoni sosial, di mana akhlak mulia dapat menjadi penangkal dari berbagai fitnah dan perpecahan yang kerap terjadi.

Related posts