INTERNASIONAL – Meski sudah menggelar beberapa kali dialog untuk berdamai, Rusia dan Ukraina tak kunjung mencapai kata damai. Dialog pun dilanjutkan di Turki pada hari ini, Senin (28/3), dengan setidaknya enam poin penting.
Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan, dalam putaran dialog sebelumnya, kedua belah pihak belum menyepakati satu pun poin.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, kemudian menyatakan bahwa proses negosiasi dengan Rusia memang sulit.
Adapum enam poin perundingan antara Rusia-Ukraina menurut Erdogan yaitu:
1. Keanggotaan Ukraina di NATO
Menurut Erdogan, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mulai tak lagi bersikeras berupaya menjadi anggota NATO.
“Di awal, Ukraina sangat terobsesi dengan isu ini, tetapi kemudian Zelensky mulai berbicara bahwa ia bisa mundur dari keanggotaan NATO,” tutur Erdogan seperti dikutip di berita CNN Indoneia.
Rusia sendiri sangat menentang keinginan Ukraina untuk masuk ke NATO. Bagi Rusia, keanggotaan Ukraina di NATO membawa ancaman militer ke negaranya.
“Coba bayangkan, Ukraina merupakan anggota NATO dan memulai operasi militer ini. Apakah kami harus berperang dengan blok NATO? Apakah ada orang yang memikirkan hal ini? Sepertinya tidak,” ujar Presiden Rusia, Vladimir Putin.
2. Bahasa Rusia di Ukraina
Erdogan menuturkan, penerimaan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi di beberapa wilayah Ukraina turut menjadi perbincangan kedua negara.
Menurut Erdogan, hampir ada konsensus mengenai penggunaan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi di beberapa wilayah Ukraina. Namun, Kuleba membantah negaranya sepakat dengan tuntutan ini.
3. Jaminan keamanan
Isu lain yang juga menjadi perdebatan antara Rusia-Ukraina adalah jaminan keamanan. Selama ini, Rusia meminta jaminan keamanan dengan kepastian Ukraina tak bergabung dengan aliansi militer mana pun.
Rusia juga mendesak Ukraina menjadi negara yang resmi berstatus non-nuklir. Dengan demikian, Rusia dapat memastikan Ukraina tak punya senjata nuklir.
Menjelang dialog pada hari ini, Zelensky menyatakan siap menyepakati status netral dan non-nuklir Ukraina demi menghentikan perang dengan Rusia.
“Jaminan keamanan dan status netral, non-nuklir dari negara kami. Kami siap menerima ini. Ini merupakan poin yang paling penting,” kata Zelensky, seperti dikutip CNN Indonesia.
Namun, Zelensky ingin jaminan keamanan tersebut dibuat dalam bentuk perjanjian serius yang dapat ditandatangani.
4. Pelucutan senjata
Erdogan juga menyampaikan, pelucutan senjata merupakan salah satu isu yang hampir mencapai konsensus.
Sebagaimana dilansir DW, Ukraina harus bersedia menjalani pelucutan senjata demi memastikan negara itu tak lagi menjadi ancaman bagi Rusia.
5. Crimea
Berkaitan dengan Crimea, Putin meminta Ukraina mengakui secara resmi wilayah itu sebagai bagian dari Rusia. Crimea sendiri dicaplok oleh Rusia pada 2014 lalu.
Awalnya, Zelensky menegaskan ia tak akan menyerahkan wilayah Ukraina ke tangan Rusia. Namun, Zelensky kemudian membuka opsi membahas status Crimea.
Ia mengaku bersedia bertemu Putin dengan format apapun untuk membahas sejumlah isu, termasuk Crimea.
6. Donbas
Donbas merupakan wilayah timur Ukraina. Di Donbas, ada dua daerah yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia, yakni Donetsk dan Luhansk.
Sebelum menginvasi Ukraina, Rusia lebih dulu mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai negara yang merdeka. Pengakuan ini menuai respons negatif dari Ukraina dan sejumlah negara Barat.
Dalam kasus invasi Rusia ke Ukraina, Putin mengklaim sejumlah penduduk Ukraina, terutama di wilayah timur, mengalami diskriminasi dan genosida. (**)






