MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – “Zaman new ini semuanya sudah serba digital.” Kalimat sederhana itu meluncur dari bibir Bunda Mulyati Jabir, Ketua Panitia Training of Trainer Mubalighat Aisyiyah Sumatera Barat. Ungkapan yang merangkum kegelisahan organisasi Islam perempuan terbesar di Indonesia menghadapi gempuran teknologi informasi.
Kegelisahan itu berujung pada langkah konkret. Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumbar menggelar pelatihan intensif tiga hari, 26-28 September, di kompleks kantor mereka. Target: melahirkan 40 mubalighat andal yang siap bertempur di medan dakwah digital.
“Program unggulan dari Majelis MTK PWA Sumbar ini,” kata Mulyati dengan nada apologetik. Dia mengaku terlambat melaksanakan program setelah mengikuti ToT tingkat nasional di Yogyakarta beberapa waktu lalu. “Mohon maaf karena sudah agak terlambat melaksanakannya, karena beberapa hal dan lain hal.”
Keterlambatan itu tampaknya tak mengurangi semangat. Tema ambisius dipilih: “Perempuan berkemajuan memperkuat kompetensi mubalighat untuk dakwah pencerahan.” Ambisi besar untuk organisasi yang didirikan Ahmad Dahlan 108 tahun silam.
Kurikulum dirancang berlapis dan komprehensif. Penguatan ideologi Muhammadiyah menjadi pondasi, dilengkapi manhaj gerakan, manhaj tarjih, hingga konsep perempuan berkemajuan. Yang tak kalah penting: materi ketablighan yang mencakup sosiologi dakwah, manajemen dakwah, dan yang paling krusial—tabligh digital.
“Lebih-lebih di masa zaman new ini dalam rangka menyampaikan dakwahnya semuanya sudah serba digital,” tegas Mulyati. Pernyataan itu seolah menjadi alarm bagi para mubalighat tradisional yang masih bergantung pada metode konvensional.
Tantangan memang tak main-main. Budaya nativistik, modernisme, sekularisme, hingga beragamnya paham agama mengepung dari berbagai sisi. Belum lagi arus globalisasi yang membawa teknologi informasi sebagai senjata ampuh.
Peserta datang dari seluruh Pimpinan Daerah Aisyiyah se-Sumatera Barat. Setiap PDA mengutus tiga orang, meski hingga pembukaan beberapa daerah masih absen. “Mudah-mudahan nanti dapat menyusul, karena acara ini sangatlah penting sekali,” harap Mulyati.
Komposisi peserta strategis: perwakilan Majelis Tabligh dan Ketarjihan tingkat wilayah dan daerah, plus Angkatan Muda Muhammadiyah Putri. Jejaring dakwah yang solid diharapkan tercipta dari perpaduan generasi dan tingkatan organisasi ini.
Narasumber tak sembarangan. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Aisyiyah turun langsung berbagi ilmu. Sementara MTK PW Aisyiyah bertindak sebagai fasilitator utama.
Ketua PW Aisyiyah Sumbar Dr. Syuraini menegaskan urgensi pelatihan ini. “Islam dan dakwah adalah satu kesatuan. Tanpa juru dakwah yang mumpuni, nilai-nilai Islam tidak akan berkembang di tengah masyarakat,” katanya tegas.
Optimisme Mulyati terpancar ketika menjelaskan harapan besar pada peserta. “Mari kita ikuti rangkaian ToT ini dengan penuh khidmat, serius, disiplin dan dengan niat yang ikhlas, semoga Allah meridhai acara kita ini.”
Dia menutup sambutan dengan pantun khas Minang yang mencerminkan harapan besar: “Burung camar terbang tinggi, hinggap di dahan kala petang. Sambutan ini cukup sampai di sini, semoga hikmahnya dapat berkembang.”
Pelatihan ini menjadi bagian strategi besar Aisyiyah menghadapi transformasi dakwah digital. Dengan membekali mubalighat kompetensi memadai, organisasi berjuta anggota ini berharap mampu mempertahankan eksistensi di tengah gempuran “zaman new” yang tak kenal ampun.






