MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Ribuan seragam loreng dan biru laut memadati bantaran Kali Mati dan Muaro Padang, Kamis (2/10). Mereka bukan hanya sekadar memunguti sampah dan mengeruk sedimen, tetapi juga menggelar pemeriksaan kesehatan gratis, pasar murah, dan beragam stan UMKM. Aksi bertajuk bakti sosial ini menjadi puncak peringatan HUT TNI ke-80 di Kota Padang, namun para pejabat menegaskan bahwa ini jauh lebih dari sekadar seremoni.
“Kolaborasi menjadi kunci. Komunikasi yang baik ini akan kita pertahankan ke depan,” ujar Wali Kota Padang, Fadly Amran, di sela-sela kegiatan
Komitmen jangka panjang justru datang dari jajaran TNI. Wadan Lantamal II Padang, Kolonel Laut (P) Mulyadi, dengan tegas menyatakan bahwa program pembersihan dan revitalisasi ini bukan proyek sesaat. “Seumur hidup kita,” katanya, ketika ditanya tentang durasi program.
Menurut Mulyadi, inti dari semua ini adalah membangun kesadaran kolektif. “Yang kita bangun adalah kesadaran masyarakat untuk menghadap ke kali, bukan membelakanginya sebagai tempat pembuangan. Sumber kehidupan kita ada di kali dan air,” tegasnya.
Visi besar pun digaungkan: mengubah Kali Mati yang selama ini identik dengan bau anyir dan tumpukan sampah, menjadi sentra ekonomi, bisnis, dan wisata seperti kota-kota metropolis dunia. “Kita ingin seperti Paris dengan kafe di atas sungai,” ucap Mulyadi, menyebut rencana pembangunan fasilitas labuh, kapal terapung, dan kawasan kuliner “Taste of Padang”.
Tanggapan Pemuda Muhammadiyah: Butuh Keberlanjutan dan Partisipasi Aktif
Menanggapi ambisi tersebut, Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sumatera Barat, Ade Herdiwansyah, menyambut baik inisiatif TNI dan Pemkot. Kegiatan ini bisa di kabupaten kota lainya di Sumatera Barat.
Namun, dia mengingatkan agar program ini tidak berhenti pada euforia seremonial belaka.
“Kami apresiasi langkah nyata TNI dan Pemko Padang. Komitmen ‘seumur hidup’ dari Pak Mulyadi sangat luar biasa dan kami harap itu betul-betul diwujudkan,” kata Ade ketika dihubungi
Ade menekankan, keberhasilan jangka panjang terletak pada kemampuan melibatkan seluruh elemen masyarakat secara berkelanjutan. “Pembersihan kali adalah pekerjaan rumah yang massive. Tidak bisa hanya mengandalkan program insidental, sehebat apapun itu. Perlu ada mekanisme partisipasi aktif dan berkelanjutan dari warga, pemuda, dan dunia usaha. Pemuda Muhammadiyah siap turun dan menggerakkan komunitas untuk mendukung ini, asal ada roadmap yang jelas dan transparan,” paparnya.
Dia juga berharap rencana besar menjadikan muara sebagai pusat wisata tidak mengabaikan aspek ekologis dan sosial masyarakat sekitar. “Jangan sampai nanti revitalisasi hanya menguntungkan investor, sementara warga kecil tergusur atau ekosistem sungai justru rusak oleh pembangunan. Prinsip berkelanjutan dan keadilan sosial harus jadi panglima,” tambah Ade.
Sementara itu, Wali Kota Padang Fadly Amran mengakui adanya tantangan anggaran. Pengurangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada 2026 diprediksi akan berdampak pada program-program kota. “Kita membantu banyak target pemerintah pusat yang harus kita dukung. Namun kita akan carikan solusi, kerja sama serupa seperti ini akan tetap berjalan demi kejayaan visi Kota Padang,” janjinya.
Dengan ribuan personel, puluhan tenaga medis, dan semangat “seumur hidup”, langkah awal membersihkan Kali Mati telah dimulai. Kini, semua mata tertuju pada komitmen dan konsistensi di hari-hari mendatang, menunggu apakah Kali Mati benar-benar akan bangkit dari “kematiannya” atau hanya menjadi utopia di atas puing sampah yang suatu hari akan kembali.






