Ngeri! Buaya 2,5 Meter Serang Bocah 7 Tahun di Pantai Air Bangis, Kaki Korban Menganga Hingga Tulang Kelihatan

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, PASAMAN BARAT – Teror buaya kembali menghantui warga Air Bangis. Kali ini, seorang anak berusia 7 tahun menjadi korban serangan buaya muara yang diduga semakin berani mendekati pemukiman warga. Shakel Alfaris, siswa kelas 2 SD, harus merasakan trauma mendalam setelah kakinya dicengkeram buaya berukuran 2,5 meter saat bermain air di pantai bersama teman-temannya.

Kejadian mengerikan ini terjadi pada Senin, 15 Desember 2025, sekitar pukul 12.00 WIB di Jorong Kampung Padang Utara, Nagari Air Bangis, Kecamatan Sungai Beremas. Siang itu, Shakel bersama kurang lebih 10 anak-anak lainnya sedang asyik bermain air laut di pantai yang biasa menjadi tempat rekreasi warga setempat.

Read More

Kegembiraan anak-anak yang bermain air laut tiba-tiba berubah menjadi kepanikan luar biasa. Seekor buaya berukuran sekitar 2,5 meter tiba-tiba muncul dan mendekat ke arah mereka. Melihat sosok predator ganas itu, anak-anak segera berlarian menuju pantai untuk menyelamatkan diri.

Namun nahas, Shakel yang masih berada di dalam air tidak sempat menghindar. Dalam sekejap, buaya itu langsung menangkap dan menarik kaki kanan bocah malang tersebut. Jeritan kesakitan Shakel memecah keheningan pantai, membuat teman-temannya yang sudah berada di darat berteriak histeris meminta tolong.

“Anak-anak berteriak-teriak minta tolong sambil menangis. Mereka semua panik melihat Shakel ditarik buaya,” ungkap sumber dari Pokdarling (Kelompok Sadar Lingkungan) Kampung Padang yang memberikan informasi kejadian ini.

Beruntung, jeritan anak-anak tersebut terdengar oleh seorang nelayan bernama Buyen yang berada tidak jauh dari lokasi. Tanpa berpikir panjang, Buyen langsung berlari menuju lokasi dan nekat melakukan aksi penyelamatan yang sangat berbahaya.

Terjadilah adegan yang sangat dramatis – Buyen tarik-menarik dengan buaya untuk merebut kembali Shakel. Dalam momen yang terasa seperti selamanya bagi para saksi mata, akhirnya kaki Shakel berhasil dilepaskan dari cengkeraman rahang buaya yang mematikan.

“Sempat tarik-menarik antara Buyen dengan buaya. Akhirnya kaki Shakel bisa dilepaskan, tapi lukanya sangat parah,” jelas sumber yang sama.

Kondisi Shakel setelah serangan buaya sangat memprihatinkan. Betis kaki kanannya mengalami luka menganga sangat dalam hingga tulang terlihat jelas. Selain itu, bagian paha dan betis kaki kanannya juga mengalami luka-luka akibat cengkeraman dan tarikan buaya.

Shakel segera dibawa ke Puskesmas Sungai Beremas untuk mendapatkan pertolongan pertama. Tim medis melakukan tindakan penanganan intensif dengan memberikan puluhan jahitan pada luka-luka di kaki korban untuk menutup kedalaman luka yang menganga.

Husnul Rifsi, ayah Shakel yang dapat dihubungi di nomor 083842596773, tentu sangat terpukul dengan musibah yang menimpa buah hatinya. Bocah yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan riang gembira, kini harus terbaring dengan luka parah dan trauma mendalam.

Saat ini, Shakel berada di rumah orangtuanya di Jorong Kampung Padang Utara. Kondisinya masih sangat lemah dan tidak bisa beraktivitas sama sekali. Selain luka fisik yang parah, bocah berusia 7 tahun itu juga mengalami trauma psikologis yang mendalam akibat pengalaman mengerikan tersebut.

“Anak mengalami demam dan trauma berat. Dia ketakutan dan sering terbangun menangis,” ungkap informasi dari Pokdarling Kampung Padang.

Trauma psikologis pada anak-anak korban serangan hewan buas seperti ini memang memerlukan penanganan khusus. Selain perawatan fisik, Shakel juga membutuhkan pendampingan psikologis untuk memulihkan mental dan mengatasi rasa takut yang luar biasa.

Kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi di kawasan Air Bangis. Konflik antara manusia dan buaya di wilayah pesisir Pasaman Barat memang sudah menjadi persoalan serius yang belum menemukan solusi tuntas. Buaya-buaya muara yang habitatnya semakin terganggu kini semakin berani mendekati pemukiman dan area aktivitas warga.

Beberapa faktor diduga menjadi penyebab meningkatnya serangan buaya, antara lain:
– Berkurangnya habitat alami buaya akibat pembangunan dan aktivitas manusia di pesisir
– Berkurangnya sumber makanan alami buaya di habitat mereka
– Populasi buaya yang terus bertambah tanpa kontrol yang memadai
– Kurangnya kesadaran masyarakat tentang area berbahaya yang menjadi jalur buaya

Pokdarling Kampung Padang melalui kontaknya di nomor 082386002200 meminta kejadian ini menjadi perhatian serius dari semua pihak terkait. Pemerintah daerah, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan instansi terkait lainnya diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi konflik manusia-buaya ini.

Beberapa langkah yang mendesak untuk dilakukan antara lain:
– Pemasangan rambu peringatan di area-area yang menjadi jalur buaya
– Sosialisasi intensif kepada masyarakat, terutama anak-anak, tentang bahaya buaya dan area berbahaya
– Patroli rutin di kawasan pesisir untuk mendeteksi keberadaan buaya
– Relokasi buaya-buaya yang terlalu dekat dengan pemukiman warga
– Penyediaan bantuan medis dan psikologis untuk korban serangan buaya
– Pemberian kompensasi dan bantuan untuk keluarga korban

Sambil menunggu tindakan dari pemerintah, masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat beraktivitas di area pesisir. Orang tua harus mengawasi anak-anak mereka dengan ketat dan tidak membiarkan mereka bermain air di area yang berpotensi menjadi habitat atau jalur buaya.

“Kami mengimbau kepada semua orang tua untuk tidak membiarkan anak-anak bermain di pantai tanpa pengawasan. Kejadian ini bisa menimpa siapa saja,” pesan dari Pokdarling Kampung Padang.

Kejadian yang menimpa Shakel Alfaris menjadi pengingat keras bahwa konflik manusia dan satwa liar bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Ketika habitat alami terus berkurang dan batas antara wilayah manusia dan hewan semakin tipis, insiden seperti ini berpotensi terus berulang.

Semoga Shakel segera pulih, baik secara fisik maupun mental, dan semoga kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk segera mengambil tindakan preventif yang efektif. Nyawa anak-anak adalah hal yang paling berharga dan tidak boleh terus terancam oleh bahaya yang sebenarnya bisa diminimalisir dengan penanganan yang tepat.

Related posts