Oleh: Mustofa, Guru SDN 02 Panjunan, Petarukan — Bulan November dikenal sebagai bulan peringatan Hari Guru Nasional di Indonesia, yang diperingati setiap 25 November. Tanggal ini dipilih untuk mengenang berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tahun 1945. Hari Guru Nasional bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum untuk mengapresiasi peran penting para guru dalam mendidik dan mencerdaskan generasi penerus bangsa.
Sebagai bentuk penghargaan atas jasa para guru, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menetapkan November sebagai Bulan Guru Nasional. “Semoga rangkaian acara Bulan Guru Nasional 2024 ini berjalan dengan baik, sehingga kita bisa mewujudkan cita-cita bersama, Guru Hebat, Indonesia Kuat!” ujar Abdul Mu’ti saat meluncurkan program Bulan Guru Nasional di SD Negeri 59 Kota Palembang, Sumatra Selatan, pada Jumat (1/11/2024).
Pada tahun 2024, tema “Guru Hebat Indonesia Kuat” dipilih sebagai bagian dari program Bulan Guru Nasional. Dalam sambutannya, Abdul Mu’ti menyampaikan visi Presiden Prabowo Subianto yang berfokus pada pembangunan sumber daya manusia unggul melalui pendidikan. Pemerintah berkomitmen untuk menjalankan program Wajib Belajar 13 Tahun, dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga pendidikan menengah. Dalam Kabinet Merah Putih yang dipimpin Presiden Prabowo, peran guru dalam membentuk karakter serta membimbing generasi penerus terus dihormati dan dihargai.
Strategi Guru dalam Proses Belajar Mengajar dari Perspektif Historis, Filosofis, dan Sosiologis
Proses belajar mengajar dapat dilihat dari berbagai perspektif: historis, filosofis, dan sosiologis. Setiap perspektif memberikan pandangan unik terhadap peran guru dan metode pengajaran.
1. Perspektif Historis Pendidikan di Indonesia banyak dipengaruhi oleh sejarah perjuangan bangsa. Pembelajaran Pancasila di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi, mencerminkan semangat ini. Pendekatan historis menunjukkan bagaimana pendidikan berkembang seiring perubahan zaman dan tantangan sosial-politik yang dihadapi.
2. Perspektif Filosofis Dari sudut pandang filosofis, belajar mengajar lebih dari sekadar transfer ilmu; ini adalah proses kolaboratif untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam, mengembangkan pemikiran kritis, dan membentuk karakter. Sebagaimana dikatakan Wendy Kopp dalam One Day Children, guru perlu bertanya, “Masa iya saya tidak mampu mewujudkan ini?” Sebagai tambahan, Syaiful Bahri Djamarah menekankan pentingnya variasi metode mengajar dan suasana kelas yang mendukung keterlibatan siswa.
3. Perspektif Sosiologis Perspektif sosiologis menyoroti bagaimana pembelajaran dipengaruhi oleh struktur sosial, interaksi, dan budaya. Lingkungan sosial, termasuk keluarga dan sekolah, sangat berperan dalam membentuk pola belajar anak-anak, di mana dukungan yang positif berkontribusi pada motivasi belajar yang lebih tinggi.
Meningkatkan Kompetensi Guru
Peningkatan kompetensi guru merupakan langkah penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Program pelatihan berkelanjutan seperti workshop, seminar, dan kursus online diadakan untuk meningkatkan kemampuan pedagogis, teknologi pendidikan, dan manajemen kelas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007, seorang guru perlu memiliki empat kompetensi utama:
Pedagogik: Kemampuan dalam mengelola proses belajar mengajar.
Kepribadian: Karakter positif seperti sabar, disiplin, dan jujur.
Profesional: Penguasaan materi pelajaran yang diajarkan.
Sosial: Keterampilan komunikasi dan interaksi yang efektif.
Dengan kompetensi ini, guru diharapkan mampu membangun kualitas pendidikan yang berkelanjutan dan menciptakan suasana belajar yang efektif.
Harapan di Bulan Guru Nasional
Peringatan Hari Guru Nasional setiap 25 November adalah momen untuk menghargai peran guru dalam pendidikan. Beberapa harapan guru pada Bulan Guru Nasional antara lain:
1. Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
2. Penghargaan dan pengakuan yang memadai bagi kontribusi guru.
3. Perlindungan hukum yang memadai dalam melaksanakan tugas.
4. Peningkatan kesejahteraan melalui penyesuaian gaji dan tunjangan.
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen memenuhi syarat untuk menciptakan guru yang profesional dan sejahtera. Semoga program pendidikan dalam Kabinet Merah Putih dapat mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia dan mencerdaskan generasi bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Pada Hari Guru yang spesial ini, seluruh guru di Indonesia menerima penghargaan atas kontribusi mereka dalam mendidik generasi penerus. Dirgahayu Hari Guru Nasional, “Guru Hebat Indonesia Kuat!”.