MINANGKABAUNEWS.com,PADANG – Banjir lahar dingin Gunung Marapi yang melanda Sumatera Barat pada Mei 2024 menyebabkan kerusakan signifikan pada ratusan hektare lahan persawahan di Kabupaten Agam dan Tanah Datar. Data Kementerian Pertanian menunjukkan 439 hektare sawah terdampak dengan tingkat kerusakan bervariasi, mulai dari ringan hingga berat.
Menurut Prof. Musliar Kasim, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand), optimalisasi lahan yang tertimbun material vulkanik setebal 70 cm hingga 1 meter menjadi tantangan besar. Material seperti batu, pasir bercampur lumpur, dan sisa pepohonan menutupi lahan, sehingga proses rehabilitasi membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah.
Proses pemulihan diawali dengan pengangkatan material vulkanik. Setelah itu, irigasi yang rusak akibat banjir juga harus diperbaiki sebelum lahan bisa ditanami kembali. Prof. Musliar menekankan pentingnya rehabilitasi yang tuntas, termasuk penyediaan benih, pupuk, serta alat dan mesin pertanian bagi petani terdampak.
Pemanfaatan Metode SRI
Sebagai langkah strategis meningkatkan produksi padi pascabencana, Prof. Musliar menyarankan penerapan kembali metode System of Rice Intensification (SRI). Metode yang pernah populer di Sumatera Barat pada era Gubernur Gamawan Fauzi ini terbukti mampu menggandakan hasil panen. Pada 2006-2007, metode SRI menghasilkan 7,5–8 ton per hektare di Kabupaten Padang Pariaman dan Solok, jauh di atas rata-rata produksi tanpa SRI yang hanya 4,5 ton per hektare.
Keunggulan SRI terletak pada penggunaan bibit muda dan pengelolaan lahan hemat air, menjadikannya solusi berkelanjutan untuk meningkatkan hasil pertanian sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, metode ini diharapkan dapat diterapkan kembali, khususnya di lahan persawahan yang sedang dipulihkan.
Dukungan Pemerintah dan Percepatan Pemulihan
Direktur Perlindungan dan Penyediaan Lahan Kementerian Pertanian, Atekan, menjelaskan bahwa pemerintah telah mengalokasikan anggaran Rp10 miliar untuk mempercepat rehabilitasi lahan terdampak. Proses pemulihan didukung oleh personel TNI yang membantu pengerukan material vulkanik. Material yang diangkat akan dimanfaatkan sebagai dinding penahan arus sungai untuk mencegah banjir di masa mendatang.
Selain itu, pemerintah juga menyediakan benih, pupuk, alat, dan mesin pertanian bagi petani terdampak. Namun, proses pemulihan sempat terhambat oleh pemetaan dan validasi data kerusakan. Dengan upaya yang kini semakin intensif, produksi padi di Sumatera Barat diproyeksikan kembali normal pada awal 2025.
Produksi Padi Menuju Pemulihan
Badan Pusat Statistik Sumatera Barat melaporkan penurunan luas panen padi sebesar 1,45 persen pada 2024, dengan total produksi mencapai 1,35 juta ton gabah kering giling. Namun, melalui program pemulihan lahan dan perluasan area tanam, pemerintah optimis produksi padi di daerah ini akan surplus pada 2025.
Langkah optimalisasi ini juga mencakup pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian, sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Pemerintah terus berupaya memastikan lahan pertanian di Sumatera Barat kembali produktif, memberikan harapan baru bagi petani setempat.






